Umi is calling...........
"Hallo. Assallammualaikum mi,"
Alri baru saja meletakan secangkir kopi hitam yang baru saja ia sedu diatas meja, lalu ia mendudukan diri di kursi tempatnya setiap hari melakukan pekerjaan.
Mengelus elus sedikit bibir cangkir yang mengebul begitu panas sambil menunggu ibunya mengeluarkan kata.
"Waalaikumsallam. Al, apa kamu baik-baik saja?" Alri yang menangkap pertanyaan seperti itu mengernyit heran.
Pertanyaan semacam itu memang sudah biasa di katakan oleh seorang ibu ketika anaknya jauh dari rumah, atau tidak pernah mendengar kabarnya.
Tapi Alri tidak demikian, tidak begitu, di setiap sabtu dan minggu dia sempatkan untuk pulang, berkumpul dengan keluarga, keponakan dan juga teman-temannya, lagian dia pun tidak pergi terlalu jauh hanya pergi mengabdi ke tetangga kota.
"Al baik mi. Memang kenapa? Umi, tumben bicara seperti itu."
Ibunya lama menjawab, hanya suara napas tertahan di sebrang ponsel, dan itu membuat Alri tiba-tiba merasakan hal yang tidak enak.
Seingatnya saat ia meningalkan rumah kemarin malam keadaan keluarga baik-baik saja. Adiknya, maupun ayahnya, semua baik, ia tak mungkin membuat ibunya jadi mengatakan hal sedemikian itu jika memang terjadi sesuatu.
"Umi ....," panggilnya sejenak, "Ada apa? Apa terjadi sesuatu—"
"Apa Ajri melakukan sesuatu di sekolahnya?"
Ibunya berdehem pelan, "Tidak, ko Al. Ajri tidak melakukan apa-apa, dia baik-baik aja di sekolahnya."
Alri menghembuskan napas lega. Ia bediri mengambil buku bersampul hijau tua, yang ada di rak samping meja kerjanya. Melihat daftar para santri lelaki dan santri perempuan yang baru saja masuk di pesantren ini.
Sebelum masa orientasi santri berlangsung dia sudah harus membuat daftar nama-nama santri baru yang akan di serahkan di bagian penitia.
Dia lantas duduk kembali di kursi. "Lalu, ada yang ingin Umi sampaikan kan, sama Al?" ucapnya tak mengalihkan perhatianya dari buku hijau tersebut.
"Ya." jawab ibunya di sebrang sana.
Alri tak menjawab memilih ibunya kembali berujar.
"Umi minta kamu segera pulang secepatnya Al. Yah, memang terjadi sesuatu, ada seorang perempuan datang bersama walinya, dia ingin menemui mu." ucapan ibunya membuat pergerakan secangkir kopi yang ingin ia minum tertahan di bawah bibirnya.
Cangkir kopi tersebut ia letakkan kembali ke asal, memilih menajamkan pendengarannya.
"Maksudnya. Apa, yang Umi katakan?" jawabnya masih terheran dan belum mengerti apa yang ibunya katakan.
"Umi tidak bisa menjelaskan semuanya, sebaiknya kamu segera kembali, izin terlebih dahulu kepada ustadz Hamzah. Umi akan tunggu kamu di rumah."
"Tunggu mi ..., tolong, jelaskan terlebih dahulu, apa maksudnya. Perempuan siapa? Alri tidak mengerti?" dia benar-benar dibuat bingung mendadak. Perempuan siapa yang di maksud, Alri memang banyak teman perempuan. Tapi yang di maksud ibunya kenapa sampai setegang ini, ibunya bilang, bersama walinya lagi. Ah, ada apa sebenarnya.
"Perempuan yang kamu temui waktu di kairo dia bilang, dia datang ke sini bermaksud berta'aruf denganmu."
"APA!!"
Alri melecutkan ungkapan terkejut, ia mengerutkan kening semakin dalam, jatungnya tiba-tiba bertalu hebat. Ingatan-ingatan yang coba ia resapi yang sudah lama memudar secara mendadak muncul dan mengakibatkan dia bangkit berdiri dari kursi duduk sambil melebarkan mata bulat-bulat.
"Tidak mungkin ......," lirihnya tertahan, "Umi .., umi yakin?"
Ibunya disana menghela napas. "Umi tidak tau, Al. Umi rasa perempuan itu aneh, Umi baru melihat perempuan yang seperti itu, dia berani melamar seorang lelaki, yang mungkin Umi juga yakin dia tidak mengenalmu."
"Oh ....? apa jangan-jangan dia memang mengenalmu Al." sambung ibunya.
Alri berdecak. "Sudahlah mi. Al, benar-benar tidak mengenalnya. Baiklah, nanti, Al akan segera pulang secepatnya."
"Hmm ..., hati-hati, disini kami sedang berkumpul semua."
"Iya. Al, sholat ashar dulu. Assalammuallaikum ....." setelah telepon tersebut di matikan, dia meremas ponselnya dan berdecak kesal.
"Luna ..............."
Gumamnya, menyebutkan nama perempuan berani itu sambil membawa perasaan yang campur aduk. []
KAMU SEDANG MEMBACA
still the same || strangers
Spiritual"Falling for a stranger" ••• "Ingatlah namaku selalu-? namaku adalah Luna!!" Dan di saat hari itu Alri berfikir bantuan penuh tulus yang ia berikan adalah awal dari semua bencana di kehidupannya. Tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba saja Alri dil...