1.Putih biru

27 3 1
                                    

Terdengar suara seseorang mengetuk jendela kamar Tiana, Tiana yang tengah terlelap sontak terbangun mengucek-ngucek matanya
Tiana pun bangun dari tempat tidurnya berjalan lunglai menuju jendela kemudian membuka jendela kamarnya yang tanpa teralis besi berukuran cukup lebar hampir sama lebarnya dengan pintu kamar Tiana.

"Lama banget sih Ti aku kan takut ketauan orang, nanti di sangka maling lagi".

"Ya maaf... aku kan tadi udah tidur"
Jawab Tiana kepada sahabatnya itu yang sering kali menginap di kamar Tiana dengan cara mengendap-ngendap masuk lewat jendela kamar Tiana hanya sekedar nenumpang tidur.
Sebenarnya bisa saja kalau Dyan ingin menginap kemudian meminta izin kepada Ayah atau Ibunya Tiana terlebih dahulu tetapi ah masa iya sering menginap kan tidak enak lebih baik ambil simplenya saja menginap dengan cara sembunyi-sembunyi menyelinap masuk lewat jendela, lagi pula rumah Tiana dan Dyan bertetangga besok pas adzan subuh Dyan balik lagi kerumahnya.

Dyan adalah sahabat Tiana dari duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekarang kelas 9 SMP mereka masih bersahabat dengan baik mereka sering sekali di sebut anak kembar oleh teman-teman sekolahnya karena tinggi badannya sama, potongan rambutnya pun juga sama panjang sebahu tanpa poni dan cara berpakainnya sama, jika di lihat sekilas memang mereka seperti anak kembar walau wajahnya tidak sama sekali mirip.

"Ah Kamu nih Ti dasar beler" Celetuk Dyan.

"Iya deh maaf, Udah yu tidur" Ajak Tiana.
🌹🌹🌹

Jam weker Tiana berbunyi nyaring jam menunjukan pukul 04:30 wib tak lama di susul dengan suara Adzan subuh di Masjid berkumandang.
Tiana terbangun dan meraih jam wekernya yang berada di meja tepat di samping ranjang Tiana kemudian mematikan alarm nya.

"Yan Bangun sudah subuh".
Tiana membangunkan Dyan sambil mengguncang-guncang pelan bahu sahabatnya berusaha untuk membangunkannya.

"Hmm, Iya Ti ini aku sudah bangun". Jawab Dyan berusaha mebuka matanya.

"Tiana sayang, Bangun nak sudah subuh". Tak lama terdengar suara Ibu Tiana dari bilik pintu kamar mengetuk-ngetuk pintu kamar Tiana membangunkan anak semata wayang nya itu.

"Ya Bu, ini Tiana sudah bangun". Jawab Tiana, sementara Dyan sudah pergi keluar lewat jendela kamar berlalu seperti angin lalu.

Seperti biasa pagi-pagi setelah selesai berkemas Tiana sarapan pagi bersama Ayah dan Ibunya di ruang makan, sesudah sarapan Tiana pamit kepada kedua orang tuanya untuk pergi kesekolah.

"Ibu, Ayah, Tiana pergi dulu ya".

"Iya nak, hati-hati di jalan jangan ngebut-ngebut ya naik sepedanya". Jawab ibu Tiana.

Tak lama Ayah Tiana pun juga pamit kepada isteri tercintanya untuk pergi ke tambak budidaya kepiting air tawarnya, ya Ayah Tiana tidak bekerja di kantor seperti kebanyakan orang-orang di kota besar tinggal dekat dengan laut mata pencahariannya menamabak, budidaya ikan, kepiting atau pun udang, ada juga yang menjadi nelayan dan bertani.

Tiana mengayuh sepedahnya dengan pelan sesekali, Tiana di lewati oleh beberapa teman-teman SMP satu sekolahnya yang mengendari sepedah juga dan beberapa siswa/siswi SMA yang mengendari sepedah motor, memang kalau SMP peraturannya tidak di perbolehkan membawa sepeda motor berbeda dengan siswa/siswi SMA yang sudah di perbolehkan membawa sepeda motor.

"Tiana tungguin". Terdengar suara Dyan memanggil Tiana dari arah belakang.

"Eh kamu Yan".

"Kamu ko tinggalin aku sih Ti".

"Siapa yang ninggalin kamu, aku kan sengaja jalannya pelan sambil nungguin kamu".

"Ya deh, nungguin sambil jalan ya?".

TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang