4.Putih abu-abu

6 1 1
                                    

Sebentar lagi Tiana akan lulus SMP akan melanjutkan pendidikannya ke SMA.
Ada perasaan sedih di hatinya Tiana takut jika akan berpisah dengan Didy kalau Didy tidak melanjutkan di sekolah yang sama dengannya, Kalau Tiana dan juga Dyan sudah sepakat tidak akan jauh-jauh sekolah keluar kota mereka berdua akan melanjutkan sekolah SMA yang dekat dengan sekolah SMP nya hanya menyebrang jalan saja dari sekolah SMP nya.

Saat jam istirahat Tiana dan Dyan sedang berada di kantin mereka berdua makan siomay bersama.

"Ti kamu udah tau belum Didy mau lanjut kemana?". Tanya Dyan kepada Tiana.

"Belum". Jawab Tiana singkat sambil mengunyah siomaynya.

"Jadi sampai detik ini kamu belum nanya juga sama Didy?".

"Ya gimana setiap aku mau nanya aku enggak siap sama jawabannya, aku takut dia lanjutin bukan di SMA 1".

"Ya ampun ampe segitunya sih".

"Ya aku juga enggak tahu kenapa bisa selebay ini".

"Tapi kalau aku enggak salah denger nih ya pas di kelas erwin bilang Didy bakalan ngelanjutin ke SMA 1 tuh".

"Masa sih Yan yang bener kamu?"

"Beneran".

"Alhamdulilah". Tiana mengangkat kedua telapak tangan dan mengusapkannya ke wajahnya seperti orang yang tengah berdo'a. Dyan pun tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang terlihat begitu bahagia atas informasi yang ia katakan barusan.

"Ti, boleh kita bicara sebentar". Tanya Andri yang tiba-tiba menghampiri Tiana dan Dyan yang baru saja menghabiskan siomay di piringnya masing-masing, Taklama Dyanpun pamit untuk pergi ke kelas duluan.

"Ya boleh". Jawab Tiana kikuk.

"Ti, aku mau minta maaf soal kejadian waktu di Yogja saat itu aku bener-bener emosi". Kata Andri menyesal.

"Ya Ndri soal itu lupain aja ya kita kan temen harus saling memaafkan".

"Ya akhirnya aku sadar enggak ada gunanya aku marah seperti ini sama kamu dan Didy hanya karena aku enggak bisa terima kamu pacaran sama Didy, ya memang sih awalnya aku sempat kesel mikirin itu semua tapi lama-lama aku sadar Ti kalau perasaan itu enggak bisa di paksain".

"Makasih ya Ndri kamu udah bisa ngerti".

"Ya Ti, biar bagaimanapun kita temen, So biarpun aku enggak bisa jadi pacar kamu kita masih bisa jadi sahabat kan". Andri mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Tiana dan Tianapun membalasnya, jari kelingking mereka berdua bersentuhan satu sama lain dan saling mengikat, Andri tersenyum.

"Oke, Sahabat". Ucap Tiana membalas tersenyum. Kemudian melepaskan jari kelingking mereka masing-masing.

"Tapi Ti nanti kalau kamu udah putus sama Didy jangan lupa kabarin aku ya".

"Apaan sih kamu Ndri, kamu kan banyak yang ngefans cewek-cewek pada ngantri kali buat jadi pacar kamu, masih ngarepin  aku". Kata Tiana.

"Yeyy serius Ti, Kamu mah beda atuh sama mereka, kamu tuh di hati aku cewek yang special". Balas Andri.

"Uh gombal kamu ndri".

"Beneran Ti suer, Ohya by the way kamu nanti mau lanjut kemana Ti?".

"Aku enggak akan jauh-jauh Ndri di SMA 1 aja, Kalau kamu mau lanjut kemana?".

"Aku lanjut mondok Ti di luar kota".

"Yah kita enggak bisa ketemu lagi dong".

"Ya gitu deh sebenernya sedih juga sih aku nanti enggak bisa ketemu kamu lagi, tapi aku harus nurut sama bokap aku Ti".

TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang