Part 5 : Dua Lelaki

423 83 75
                                    


Permisi, Kang Damar mau lewat ...

Permisi, Kang Damar mau lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Abah, Najmi mau bantu milah lada dulu." pamit Najmi pada Abah. Ia sudah merasa tak nyaman berada dalam ruangan itu.

"Pergilah, Abah juga mau bicara penting dengan Damar."

Najmi merasa lega, ia tak perlu berlama-lama di sana. Tatapan tajam Damar dan keberadaan ayahnya adalah kombinasi mematikan untuk dirinya.

Najmi bergegas pergi tanpa pamit pada Damar. Berikutnya Abah bicara serius pada Damar. Entah apa yang mereka bicarakan, Najmi tidak mau tahu.

~~~

Agustus 1522 Kerajaan Pajajaran dengan rajanya Prabu Surawisesa menandatangani perjanjian dengan pihak Portugis. Sebuah prasasti dibuat mengenai hal tersebut dan diletakkan di muara sungai Ciliwung tak jauh dari gudang milik bangsa Portugis.

Adriano menatap padrāo atau prasasti tentang perjanjian itu, dibacanya isi prasasti tersebut berulang-ulang.

Kerajaan Pajajaran akan memberi 1000 kantung lada jika Portugis membuat benteng, sampai saat ini belum ada benteng yang dibangun lalu untuk apa kemarin aku diperintahkan mengecek panen lada? Pertanyaan itu berkelebat di kepalanya.

Kerajaan Pajajaran akan memberi 1000 kantung lada jika Portugis membuat benteng, sampai saat ini belum ada benteng yang dibangun lalu untuk apa kemarin aku diperintahkan mengecek panen lada? Pertanyaan itu berkelebat di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Prasasti tersebut kini telah ada di Museum Nasional sebelumnya ada di kawasan Kali Besar, Jakarta Barat. Replikanya bisa dilihat di Museum Sejarah Jakarta)

Ada praduga di kepalanya bahwa bangsanya menyalahi perjanjian dan hanya ingin mendapat keuntungan.

Apakah yang Abah katakan benar adanya?

"Tuan Adriano," panggil seorang pria pribumi yang bertelanjang dada. Bangsa Portugis memang mempekerjakan warga pribumi untuk membantu aktivitas mereka.

"Iya."

"Tuan Fransisco de Sa memanggil Anda, Tuan." ucap sang pribumi sambil menunduk, mereka tak berani menatap seorang perwira seperti Adriano karena akan dianggap tak sopan.

"Baiklah saya segera ke sana."

~~~

Najmi berlari sekencang-kencangnya, beberapa pria bertubuh besar dengan wajah mengerikan dan bersenjata mengejarnya. Nafasnya terengah-engah.

Ya Allah tolong aku, pintanya dalam hati.

Najmi masuk ke dalam hutan yang gelap berusaha bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya.

"Lari Najmi! Lari sejauh mungkin!" Teriakan Abah terdengar jelas di telinga Najmi.

Abah? Dimana Abah?
Najmi menoleh ke sana dan ke sini mencari Abahnya, pria yang paling disayanginya. Akhirnya setelah mencari sosok Abah, Najmi menemukannya.

Pria-pria menyeramkan itu menangkap Abah, memukulinya hingga penuh darah. Najmi ingin menolong Abahnya namun tubuhnya tidak bisa bergerak.

Abah!
Teriakan itu hanya ada di kepalanya tidak bisa keluar dari tenggorokannya.

Najmi menyaksikan semua penyiksaan yang dilakukan mereka pada Abahnya. Tiba-tiba dua lelaki datang, Adriano dan Damar.

Najmi membuka matanya, "Alhamdulillah cuma mimpi, tapi begitu nyata."

Merasa haus Najmi keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil air. Sayup-sayup terdengar suara-suara seperti orang berkelahi, Najmi melongok ke jendela namun tidak menemukan apa pun.

Rasa penasaran Najmi tak terbendung, ia mengambil kerudungnya lalu ke luar melalui pintu belakang rumahnya mengikuti arah suara.

Berjalan dengan hati-hati di tengah gelapnya malam, Najmi menuju asal suara yang terdengar semakin jelas. Kilat cahaya obor mulai terlihat, rasa penasaran Najmi kian memuncak.

Najmi bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan, mengintip belasan pria yang sedang berlatih bela diri silat. Najmi menajamkan pandangannya, ada Abah di sana dan Mang Sobri. Yang paling mengejutkan adalah Kang Damar yang melatih mereka.

Mereka bertarung satu sama lain menggunakan bendo (golok). Najmi merasa ngeri khawatir mereka yang ia sayangi terluka.

"Seru ya tontonannya?" bisik sebuah suara bariton di belakang Najmi.

Najmi menoleh dilihatnya Damar yang penuh peluh menatap sambil tersenyum. Gelapnya malam tak bisa menutupi pesona ketampanan Damar.

"A ..." Najmi tak mampu berkata-kata. Ia merasa tertangkap basah mengintip mereka berlatih.

"Tidak baik perempuan keluar malam-malam. Pulanglah dan kembali tidur!" perintah Damar dengan suara yang pelan namun tegas.

"Tapi, ..."

"Aku tidak akan mengadukan ini pada ayahmu, ayo kuantar pulang!"

Seperti gadis kecil yang dimarahi ayahnya Najmi menurut lalu berjalan menuju ke rumah. Damar mengikuti selangkah di belakangnya.

"Terima kasih." ucap Najmi saat keduanya sampai di pintu belakang rumah.

"Jaga dirimu baik-baik, jika Allah berkehendak kita akan bersatu dalam pernikahan."

~~~

Brak!
Fransisco de Sa menggebrak meja.

"Kamu harus mematuhi saya!" bentaknya pada Adriano perwira kesayangannya. Adriano telah menjadi anak angkatnya semenjak ia berusia 7 tahun.

"Tapi bangsa kita tidak memenuhi perjanjian itu,"

"Kita membutuhkan lada, Adriano!"

"Lakukan jual beli,"

"Tidak bisa, kamu pikir untuk apa kita datang ke negeri ini dengan 600 tentara yang bersenjata. Kita datang bukan untuk berdagang,"

"Kalau begitu batalkan rencana pengambilan lada secara paksa dari rakyat negeri ini!"

"Tidak, mereka harus tahu siapa yang berkuasa. Lada-lada itu milik bangsa kita. Portugis."

"Aku tidak akan melakukan perintahmu," tolak Adriano dengan tegas.

"Kamu harus mematuhi perintahku!"

"Tidak! Aku tidak akan memaksa rakyat negeri ini untuk patuh pada bangsa kita."

"Baiklah, aku akan memerintahkan perwira lain untuk melakukannya."

***

Makin menegangkan ya, kira-kira Najmi pilih siapa? Adriano yang jago ngerayu dan gak ragu ngungkapin isi hati atau Kang Damar yang tegas dan jago silat?

22Juni 1527Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang