Location Unknown

8 0 0
                                    

"Skylar" ujar seseorang lembut, suara ini suara yang sangat kukenal dan kurindukan selama hidupku.
"Ibu." Ujarku menatapnya lirih.
"Kamu sedang bermimpi sky." Ujarnya memelukku erat mengusap air mataku. Kubalas pelukannya erat.
"Aku-aaku sangat merindukanmu ibu."
"Ibu juga merindukanmu Sky, kamu memiliki masalah Sky sebuah kekeliruan yang membuatmu berada disini, kamu harus menemukan orang tersebut dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri, kamu harus hidup, dan kami disini sudah tidak lagi Sky."
"Ibu bagaimana bisa?." aku menatapnya lirih.
"Ibu juga tidak mengerti hanya kamu orang yang datang kesini dan belum meninggal Sky."
"Apa kamu memiliki masalah yang mengganggumu saat ini?."
"Ibuu.." aku memeluknya kencang.
"Aku menyebabkan Kevan meninggal bu."

Flashback on

Ting tong... suara hp ku berbunyi
"Pukul lima di Brate Cafe, pakailah baju yang cantik ;)"
Pesan Kevan.
Jantungku terus berdebar kencang, aku sangat senang hari ini 01 Agustus 2019 aku akan mengenang hari indah sekaligus terburukku selamanya.

Hari itu aku memoleskan bedak bayi tipis pada wajahku, mengoleskan liptint merah pada bibirku. Kulihat jam menunjukkan pukul empat sore, aku sangat bersemangat. Ku kepang beberapa helai rambutku setelah itu kusatukan dibelakang. Kuingat betul warna dress yang kupakai saat itu putih sesuai dengan warna kulitku. Kutatap diriku dalam cermin dengan penuh percaya diri, aku tersenyum.

Pukul setengah lima aku berangkat sambil bersenandung, ku senyum setiap orang yang bertemu saat perjalanan tidak ada satupun orang yang kembali tersenyum padaku, tidak apa aku sudah terbiasa. Mereka melihat dan memandangku aneh. Aku terus melanjutkan langkahku sembari melompat dan menghentak kecil. Senyum cerah mengembang dalam bibirku saat itu. Aku sampai lima belas menit sebelum tepat jam lima.

Aku diam didepan Brate Cafe, menunggu kehadirannya layaknya anjing menunggu majikannya pulang. Aku tidak tahu apa yang ingin dikatakannya hari ini. Kami bertiga sudah berteman akrab sedari kecil. Aku menyayangi mereka berdua Kevan dan Arkan. Aku adalah gadis yang sangat beruntung memiliki teman seperti mereka dalam hidupku.

Ting Tong... hp ku kembali berbunyi
Aku melihat sekilas notif dari Arkan
"Kamu dimana? Pulang sekarang juga. Hari ini nonton saja." Begitulah isinya, cihh memangnya kau siapa aku membaca tanpa membalasnya. Dua menit kemudian ponselku berbunyi menampilkan nama Arkan, segera ku reject panggilan tersebut, tidak lama hp ku kembali berbunyi aku mengangkatnya dengan kesal.
"Arkan stopp aku sudah ada janji."
"Eeh aku sebentar lagi sampai, maaf menunggumu lama."
"Kevan? Ohh iya, tidak apa. Santai saja hati-hati."
Aku terus memandang kedepan hingga sosok itu datang. Ia melambaikan tangannya padaku dan berlari cepat menyerang menujukku. Aku melambaikan tanganku. Saat kulihat lbih luas sebuah mobil melesat menujunya dengan sangat kencang. Mataku membulat.
"KEVAANNN!!!." Teriakku kencang disusul dengan suara tabrakan yang tak kalah kencang tepat dihadapanku. Aku membantu, melihat Kevan didepanku berlumuran darah.
"Ini semua salahku." Batinku berteriak sakit.
"Sementara otakku membantahnya, tidak mungkin karenaku."
Kulihat bunga dan boneka yang dibawanya sangat ironi. Aku menangis kencang mendekatinya yang dibawa segera oleh ambulans. Pikiranku kosong. Aku menyalahkan diriku sendiri untuk kematian sahabat, dan orang yang kusukai.
Aku belum sempat mengatakannya.
Aku sangat mencintainya.
Ia telah tiada.

"Ibu, setelah kejadian itu aku tidak bisa bahagia. Kematian Kevan selalu menghantuiku, itu terasa sebagai mimpi buruk yang tidak pernah berujung bagiku bu. Apa yang harus aku lakukan saat ini bu?" Ujarku sembari memeluknya.

"Kamu harus selesaikan urusanmu dengan Kevan disini, mungkin ia mengetahui sesuatu untuk membantu ketika bangun nanti." Ujar ibu balas memelukku erat.

"Bagaimana jika aku tidak akan kembali, aku akan disini bersamamu bu."

"Tidak bisa Sky semuanya punya waktu dan alasan kamu berada disini. Kamu tidak dapat menantang alam semesta. ini takdir yang harus kamu lalui. Kamu bisa mengikuti alurnya dan menemukan sesuatu untuk membuat hidupmu lebih baik Sky."

"Apakah seperti itu?" Gumamku pelan. "Tspi dimana ayah? aku belum melihatnya sama sekali bu."

"Ayahmu, tidak berada disini." Seu ibu parau.

"Tidak mungkin semua itu benar kebaikan dan kejahatan dipisahkan nanti."

"Apakah disana tersiksa bu?"

"Ibu tidak tau Sky semuanya begitu terpisah. Namun jika tempat ini ada kemungkinan besar hal itu juga benar."

"Kembalilah Sky, kamu harus kembali melanjutkan hidupmu." Ibu mengenggam tanganku erat.

"Baiklah bu, aku akan pergi. Aku sangat menyayangimu bu." Ujarku pelan beranjak mencari Kevan.

Aku telah menyusuri tempat ini berulang kali dengan manikku. Aku melihat orang yang sangat kukenali berjalan dan tersenyum kepadaku. Ini bukan mimpi bukan, ah tentu ini mimpi yang sangat sempurna aku merasa hidup disini, sungguh ironis sekali semua yang kubutuhkan ada ditempat yang tidak seharusnya.
"Kevan" lirihku melihatnya menyebrang padaku. Aku berjalan dan berlari padanya. Aku sangat merindukannya kupeluk dirinya erat.
"Kevan ini benar-benar kamu. Kamu terlihat terrawat disini, Maafkan aku Kevan, ini semua salahku" Mata berkacaku meneliti setiap inch wajahnya mata hitam yang berkilau menatapku penuh kerinduan, hidung, bibir itu.

Kevan balas menatapku penuh kekaguman dan tertawa singkat "Kamu tidak terawat, aku memikirkanmu, dan kamu datang kesini tiba-tiba." 

"Dengar ada dua hal yang ingin kusampaikan padamu saat ini aku tidak memiliki banyak waktu jika kamu telah terbangun" Ia menggengam tanganku menuju ayunan.

"Pertama, mengenai hal yang ingin kusampaikan hari itu. Apakah kau masih ingin mendengarnya?." Ujarnya sembari berayun kecil.

"Iya." aku mengangguk singkat.

Dia tersenyum sebentar memegang wajahku, "Aku mencintaimu."

Jantungku berdebar kencang mendengarnya. " Aku juga mencintaimu Ke-."

"Stop, aku tidak ingin mendengar Sky. Aku ingin kamu melanjutkan hidupmu dan mencari cintamu. Cukuplah aku disini mencintaimu aku tidak bisa memilikimu."

"Maafkan aku Kevan, maaf." Ujarku menangis tersdu-sedu.

Ia menghapus air mataku dengan kedua jarinya.

"Jangan menangis, hal yang terpenting yang akan kukatakan adalah kamu tidak perlu merasa bersalah atas kematianku, ini sama sekali bukan salahmu Sky. Aku mengetahui siapa yang menabrak lariku saat itu. Ini bukan kecelakaan semata. Ini pembunuhan berencana Sky. Perempuan itu yang membunuhku adalah Liora. Aku memintamu untuk berhati-hati dengannya. Aku meminta bantuanmu Sky untuk membongkar kematianku, mobil itu sedan AX-8960 berwarna hitam. Didalam mobil itu terdapat Black box. Itu salah satunya bukti yang ada Sky."

"Li-liora?."

"Iya, Ia mencintaiku dan juga Arkan. Tapi aku mencintaimu dan Arkan menyayangimu. Saat itu, kamulah targetnya. Untunglah kamu datang terlebih dahulu. Rencana kedua adalah menabrak dan membunuhku. Seakan-akan kalah yang membuatku tidak berhati-hati dalam menyebrang."

"Ti-tidakk, tidak mungkin Liora sejahat itu. Kevan aku sangat takut." Kevan memegang tanganku erat.

"Skylarrr." Teriak Arkan membangunkanku dari mimpi indahku.

"Aaapa?.

"Lepaskan tanganku."

"Ehh, maaf." Ujarku melihat keselilingku aneh.

"Ini dunia nyata." bisikku lirih.

"Bangun! sampai kapan kau akan disini terus?." ketusnya.

"Eeh iya. Chef, mengenai Kevan apakah kasus itu masih diselidiki?"

Ia melrikku sinis "Tentu, mana mungkin kubiarkan pelaku itu bebas."

"Apa chef berfikir kalau kematian Kevan itu disengaja?" Ujarku menundukkan kepala.

"Apa? Kamu yang melakukannya? Kamu yang merencanakannya?." Ujarnya dingin sembari menegak kopi.

"Eh? Chef berfikir seperti itu?."

"Ya, selagi belum menemukan pelakunya. Semua orang yang dekat dengannya bisa saja menjadi tersangka. Dan aku tidak ingin berbaik hati sedikitpun terhadap orang yang mencelakai adikku sendiri." ujarnya meninggalkanku sendirian.

Above Our Life and Inside My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang