prolog
[]
tujuh belas tahun.
tidak ada masalah yang begitu besar, beberapa dari kita menikmati carut-marutnya bumi di bawah bumantara selepas senja sejak pertama kali lampu-lampu jalan mulai dinyalakan, bersama lagu country ritme lambat mengkhawatirkan hari esok yang begitu di takutkan hari ini, saat lantas kemudian rintik hujan kecil-kecil pun turut bertandang menyampaikan kesah.
tujuh belas tahun.
masa dimana adolesens kian terkikis di penghujung hari meninggalkan tapak kaki pancarona di belakang tanpa bisa berbalik kembali, yang baru kita pahami bahwa hari kemarin selalu lebih dirindukan dari hari ini, masa dimana kita mulai sadar tentang penantian bumi akan teruna-teruna baru yang lahir dari kalpataru bersiram litani para Ibu pada sepertiga malam yang tak kita ketahui.
lantas sebenarnya apa yang begitu berat dari berumur tujuh belas tahun?
memicing sejenak netra sebab gumul kepul asap dari kendaraan bahan bakar minyak, sedang bunyi klakson sahut-menyahut memekak tiap angkutan biru sejenak berhenti menurunkan segerombol murid berseragam abu-abu, tak luput pula zebra cross penuh cakap sepasang dua pasang murid yang tak sengaja bersua sebelum meraih gerbang sekolah, berjalan lambat penuh kelakar tak mengindahkan pelican crossing yang hendak berubah merah.
menandai hari terakhir tambahan kelas sebelum ujian akhir semester, terlihatlah telah lepas dari kedua dekapan tangan buku-buku berlebih yang semula harus dibawa selama satu minggu penuh, menyabotase ekskul dan segala kegiatan organisasi, menjadikan sore hingga senja selama seminggu lalu hingga hari ini menjadi senja paling membosankan.
bagiku, tidak ada yang begitu berat tentang berumur tujuh belas tahun. walau naasnya kitaㅡpara teruna yang dituntut bumi untuk menjadi dewasa bersama dengan tumpukan ekspektasi, penuh sudah dibubuhi mesiu gamang yang terhirup penciuman menghentikan kinerja paru-paru.
tujuh belas tahun, dimana kita mulai ditanyakan dan menanyakan, pada dermaga mana kita akan bertolak, dan akan sampai dimana kita setelah jangkar kembali diturunkan.
tujuh belas tahun-ku tak ada bedanya denganmu,
tak berbeda dengan melempar pulpen sebab soal integral yang payah, tak berbeda dengan kerongkongan kering namun enggan meneguk air sebab waktu mengerjakan soal tinggal sepersekian detik. kita sama-sama teruna tujuh belas tahun yang hendak menuju dermaga.
hanya saja,
dalam perjalananku menuju dermaga, beberapa bintang saat petang berpijar, beberapa katak musim hujan bersahut-sahutan, lalu di antara lengangnya rerumputan yang basah sebab hujan, adalah bersuanya aku dengan lelaki tak sempurna ditengah-tengah menyeruaknya petrikor di pagi yang lindap.
[]
sila bersua di lembar selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
paramarta (under revision)
Ficção Adolescentelalu dengan tiap patah satu tungkainya yang menapak, bersualah kami di dermaga berlaut pasang, menaut genggam disela seruak ombak, basuhi jelaga-jelaga memori yang telah usang. pun untuk dirimu, sang tuan hujan. aku berharap kamu tak lagi menyimpan...