Tiffany kini sudah tenang di pelukan Yuri, perlahan keduanya memberika sedikit jarak tubuh mereka baik tangan Yuri atau pun Tiffany masih melingkar di tubuh masing-masing.
"Ini bukan salahmu, kenapa kau selalu meminta maaf jika aku menangis walaupun itu bukan salahmu?" Tiffany berkata lirih menatap Yuri
"Entahlah.. " Yuri juga tidak tau kenapa dirinya selalu marasa gagal dan bersalah jika wanita ini menangis ataupun terluka.
"Fany... Kita bisa menikah tanpa kau harus meninggalkan Taeng. " Tiffany berkerut tidak suka dia melepaska pelukan mereka dan dengan tajam menatap Yuri.
"Kau fikir pernikahan adalah permainan? Kau fikir aku akan melakukan hal konyol dengan pernikahannku? Dan akan mempermainkannya?" Yuri tampak resah dengan reaksi Tiffany.
"A.. Aanieyo.. " Yuri mencoba menjelaskan tapi Tiffany nampaknya tidak berniat memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk menjelaskannya..
"Sebaiknya fikirkan lagi sebelum kita benar-benar menikah, " Tiffany menghapus sisa air matanya sebelum pergi meninggalkan laki-laki tan yang mematung di posisinya.
"Aiiisshh aku hanya ingin dia tetap bahagia, kenapa dia seperti itu... " Yuri benar-benar frustasi dengan keadaannya kini.
" Ini benar-benar membuaku gila.. Ya tuhaaan... " Yuri mengambil ponselnya yang tergeletak di meja, dia mencari nomor sahabatnya sebelum memanggilnya.
"Yeoboseyo.. " Suara sahabat menyambut saat panggilan mereka terhubung..
"Hyo... Kau dimana?"
"Aku di rumah, waee? kau merindukanku?" Sahabtnya yang bernama Kim Hyoyeon heran..
"Aku akan kesana, aku butuh minum, aku tidak bisa berfikir sekarang." Setelah menyelesaikan kalimatnya panggilan mereka terputus karena Yuri mematikannya, dia berjalan meninggalkan ruangannya dengan langkah terburu-buru.
"Aaiiishh monyet gila.. benar-benar tidak sopan" Heyoyeon kesal saat menyadari Yuri mematikan panggilan mereka.
Hyoyeon adalah seorang DJ dan memiliki beberapa Club malam di Korea Selatan, itulah alasannya kenapa dia berada di rumahnya siang hari. Yuri mengendarai mobilnya dengan cepat sehingga hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke rumah sahabatnya yang satu ini.
Bel rumah Hyoyeon berbunyi dengan tidak sabaran saat Yuri menekannya dengan tidak sabar, pintu pun akhirnya terbuka, laki-laki tan itu pun langsung menerobos masuk sebelum dia di persilahkan masuk.
"Tuan Kwon yang terhormat, bisakah anda bertamu dengan cara yang benar? " Hyoyeon berkata sinis pada sahabatnya yang paling menyebalkan dan Yuri tidak memperdulikannya..
Yuri merebahkan tubunya di sofa berwarna merah yang terletak menghadap dinding kaca tinggi yang menampilkan kolam berenang dan halaman belakang rumah itu..
"Apa yang membuatmu datang kesini seperti orang gila yul?" Hyo duduk di kursi lain menatap sahabatnya yang nampak seperti orang hilang arah.
"Aku akan menikah.. " Yuri mendesah menatap sahabatnya tanpa merubah posisinya..
"Wow itu mengejutkan.. " Hyoyeon tampak terkejut..
"Lalu kenapa kau seperti ini, bukankah itu kabar baik? Lalu apa masalahnya?" Dia menatap Yuri heran..
"Masalahnya wanita yang akan menikah denganku Tiffany Hyo.. "
"Hahahahaaa... Serius Kwon.. " Hyo tidak bisa mempercayai apa yang di katakan sahabatnya
"Aku serius bodoh... " Yuri melotot kearah sahabatnya
"B..bbagaimana bisa?" Hyo terkejut dengan apa yang dia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Excellent Women
FanfictionTiffany adalah wanita berparas dewi dengan segala kesempurnaan dan kebaikan hatinya, dia di paksa merelakan cinta dalam hidupnya karena perjodohan konyol orang tuanya mengaharuskannya menjadi istri dari sahabat terbaiknya..