Perlahan pintu kamar mereka terbuka, Yoong masuk tanpa berniat membangunkan kedua manusia yang masih asik berpelukan di balik selimut tebal yang menutupi mereka, dia mengambil ponselnya membuka aplikasi kamera dan mengambil gambar keduanya.
"uuhh benar-benar manis.." dia menandai fotonya dan menyentuh icon share dan mencari kontak ibunya.
"umma harus segera menikahkan mereka sebelum calon keponakan ku lebih cepat tumbuh di perut Tiffany nuna." Dia bergumam sembari mengetikkan pesan pada ibunya.
Dia memasukan kembali ponsel kedalam sakunya dan melangkah kearah jendela besar yang tertutup tirai, lalu membuka tirai menyebabkan matahari menyeruak masuk ke ruangan itu.
"enghh.." Tiffany mengerang semakin menekan dada Yuri dengan wajahnya.
"bangun nunaaaa... Hyung banguuuuuun... aku lapaaaarrr" Yoong mengguncang keduanya dan merebahkan tubuhnya di samping Tiffany membuat wanita itu berada di tengah, walau mereka sudah dewasa tetap saja Yoong akan bertingkah sebagai adik kecil mereka,
"Yoongie-ah ini masih pagi.." Tiffany bergumam..
"nuna apa pelukan hyung sangat nyaman sehingga kau tidak akan pernah bangun huh?" dia memiringkan tubuhnya memeluk Tiffany dan Yuri karena jarak mereka sangat dekat sehingga tangannya bisa mencapai tubuh Yuri.
"hmmm.." Tiffany bergumam menjawabnya
"ayolaahhh aku benar-benar lapar..." Yoong merengek
"suruh pacarmu membuatkannya Yoong." Yuri membuka matanya.
"hyung kau bangun?" Yoong menatap kakaknya..
"hyuuuung...buatkan aku sesuatu.. pacarku bisa menghancurkan dapur jika dia memasak.." dia mengguncang tubuhnya seperti orang tersengat listrik membuat tubuh Yuri dan Tiffay ikut terguncang.
"geurae...berhenti merengek seperti kau akan mati kelaparan Yoongie-ah." Tiffany akhirnya mengalah jika tidak Yoong akan semakin berisik,
"morning Yuri-ah.." Tiffany menengadah menatap Yuri dan mencium dagunya.
"morning.." Yuri hanya memberikan senyumnya.
"tidak ada ciuman selamat pagi untukku?" Dia cemberut bersiap merajuk.
"aahh..mian.." Yuri segera mencium dahinya.
"tidak disisni?" Tiffany memberi isarat dengan bibirnya, Yuri yang mengerti langsung mencium bibirnya.
"yaaakk kenapa kalian semakin mesum... aigoo mataku selalu ternodai.." Yuri dan Tiffany melepaskan ciuman mereka, wanita itu memutar tubuhnya bersiap mencium Yoong tapi Yoong menjauhkan wajahnya..
"jangan menciumku nuna, bibirmu sudah terkontaminasi liur Hyung" Tapi mata Tiffany menangkap sesuatu di leher, bercak merah kehitman..
"yaahh.. apa yang kalian lakukan semalam Kwon Yoong?" Yoong menatap Tiffany bingung.
"mwo?" Tangan Tiffany mendorong dagu Yoong sehingga dia sedikit menengadah.
"ini.. apa yang kau lakukan dengan Krystal semalam?" Tiffany menunjuk tanda di leher Yoong dengan telunjuknya, Yuri mendongak melihat apa yang Tiffany tunjukan.
"aigooo.. uri Yoongie sudah besar." Yuri menatap adiknya tak percaya.
"y..yaaakk, wae? wae? wae? Kalian juga melakukannya." Yoong bangun dan menjauh dari keduanya, dia gelagapan seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah.
"apa yang kita lakukan Kwon Yoong?" Yuri matap adiknya dengan serius, sebenarnya dia hanya menggoda adiknya
"berpelukan, berciuman, bercumbu dan....aaaiiishh kalian menyabalkan,." Yoong menginjakkan kaki nya kesal meninggalkan kedua orang yang sedari tadi menahan tawanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Excellent Women
FanfictionTiffany adalah wanita berparas dewi dengan segala kesempurnaan dan kebaikan hatinya, dia di paksa merelakan cinta dalam hidupnya karena perjodohan konyol orang tuanya mengaharuskannya menjadi istri dari sahabat terbaiknya..