Chapter 3

26 3 0
                                    

Berlin, 2016

“Mas, gimana kerjaanmu? Lancar?”. Tanya mama Jimin menghampiri Minhyun yang sedang membaca di taman belakang.

Everything is fine, ma. Aku juga ga nyangka udah melewati fase fase berat dan udah jadi spesialis sekarang. Memang bias dibilang aku masih mentah soal pengalaman. Tapi untungnya dokter seniorku disana selalu libatkan aku dalam case yang sulit.”

“Syukur kalau gitu. Mas, mama mau nanya.  Kamu udah ajak Seongwoo nikah?”

Numorous times, ma. Hampir setiap hari aku ajak dia untuk nikah. Tapi ya, mama tau Seongwoo sendiri kayak gimana. It isn’t easy though.

“Dulu mama sama papa nikah muda loh mas. Sekitaran umur kalian begini. Sulit memang pada awalnya. Papa yang kelewat sibuk sama kerjaan hampir selalu cuekin mama kalo kerjaannya lagi numpuk. Tapi gimana lagi, toh memang itulah hal yang papa kamu sukai. Mama juga di satu sisi ga boleh egois dengan ngelarang apa yang papa kerjakan. Seongwoo, mama tau dia punya banyak impian yang dia anggap belum tergapai. Tapi, mas, kamu bakalan selalu nunggu Seongwoo sampai siap? Kamu ga akan bosen mas?”

Minhyun terlihat sedikit menimang perkataan mamanya. Memang benar, ketika Minhyun mendapatkan beberapa kali penolakan, He feels so devastated, so much. Bahkan sempat terbesit, apakah Seongwoo benar-benar serius dengannya? Minhyun sangat ingin membangun keluarga bersama Seongwoo.

“Aku juga manusia ma, sempet raguin Seongwoo. Tapi aku yakin sama pilihanku ma, Seongwoo memanglah orangnya. Orang yang ingin aku bahagiakan di masa depan. Jadi sekarang yang aku lakuin, aku coba untuk menunggu Seongwoo sampai siap ma. Gak lucu juga kalau aku setiap saat ngajak Seongwoo nikah terus, nanti anaknya kabur lagi. Mama doakan Minhyun dan Seongwoo ya ma, semoga cepet dapet akhir dari semua ini”. Jawab Minhyun sambil memeluk mamanya.

Benar. Saat ini Minhyun mencoba untuk memberikan Seongwoo waktu lebih. Minhyun juga memberikan waktu pada dirinya untuk lebih meyakinkan akan pilihannya tersebut. Memang, usia mereka masih 21 tahun, Minhyun coba untuk memahami itu. Minhyun juga tidak ingin terlalu terburu-buru dan terkesan memaksa Seongwoo untuk menikahinya secepatnya. Just let it flow for now. Toh mereka pun kini disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing. Hidupnya kini hanya dipenuhi Seongwoo. Seongwoo merupakan titik akhir dari segala pencapaian Minhyun. Tidak terbesit sekali pun jika Minhyun ingin menghabiskan masa depannya dengan orang lain, hanya Seongwoo. Jawabannya hanya Seongwoo. Minhyun memang se-bucin ini jika menyangkut perasaannya pada Seongwoo.

Di lain tempat, Seongwoo sedang asyik berbincang dengan keluarganya. Everything he spilled it. Memang, ketika di rumah, berbincang dengan keluarga adalah kegiatan utama yang mereka lakukan. Seongwoo yang sekarang jauh dari keluarga sangat merindukan momen-momen ini.

"Won, gimana kuliahmu? Gak kerasa ya kamu udah kuliah aja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Story (Ong Hwang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang