T I G A

21 2 0
                                        

Amanda mengambil dompet dan maskernya, ia ingin membeli beberapa cemilan di minimarket dekat rumahnya.

Selamat datang, selamat berbelanja.

Entah sudah berapa kali Amanda mendengarnya.

Ia menyusuri setiap lorong untuk mencari beberapa cemilan.

Setelah itu, ia segera membayar belanjaannya.

Duh ngantre, capek. Batin Amanda.

Sembari mengantre, Amanda melihat ke sekeliling. Tidak ada yang berubah dari minimarket itu.

Amanda memperhatikan laki-laki di depannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, tapi laki-laki itu masih menggunakan seragam sekolah, yang ia kenali sebagai seragam SMA Kejora.

bugh..

Tubuh Amanda menubruk tubuh kokoh laki-laki di depannya. Kaki Amanda terdorong oleh seorang anak kecil yang berlari-lari. Karena tidak siap, tubuh Amanda sedikit rubuh.

"Kak.. maafin aku ya." ucap anak kecil tersebut.

"Iya, gapapa."

"Eh sorry ya. Gue nggak sengaja." ucap Amanda ke laki-laki yang tadi ia tubruk.

"It's okay." ucapnya dengan senyuman kecil.

"Duluan ya." ucap laki-laki itu setelah membayar belanjaannya.

Setibanya di rumah, Amanda mengingat-ingat wajah laki-laki tersebut.

Amanda seperti merasa tidak asing dengan wajah dan senyuman itu.

***

"Eh, anak mama sudah pulang. Gimana tadi rapat OSISnya?" tanya Martha.

"Lancar ma, nanti kita ada forum OSIS se-Jakarta juga. Jadi, tadi kita bahas internal gitu."

"Yaudah, mana cemilan mama?"

"Nih ma." Marzio menyodorkan belanjaan di tangannya.

"Makasih, anak ganteng."

"Marzio ke atas dulu ya ma."

Setibanya di kamar, Marzio langsung berganti baju dan bergegas membersihkan tubuh.

OSIS seperti sudah mendarah daging pada seorang Marzio. Pulang selarut apapun, ia tetap bersemangat.

Tidak perlu banyak waktu, Marzio sudah siap dengan pakaian tidurnya.

"Zio, turun sini. Makan!" teriak Martha dari ruang makan.

Marzio melangkahkan kakinya ke ruang makan. Ada kedua orang tuanya.

Kehangatan itu selalu menjadi kebanggaan dalam diri Marzio. Ia bangga dan sangat bersyukur memiliki keluarga kecil yang bahagia.

Di sela-sela makan malam, sesekali Marzio berbincang dengan kedua orang tuanya.

"Kamu udah urus beasiswa ke Aussie belom?" tanya Baratha, kepada anak semata wayangnya.

"Belum pa. Zio masih harus pikirin mateng-mateng." ucap Zio.

Baratha yang memiliki banyak koneksi tentu saja akan sangat mudah mendapat penawaran-penawaran dari klien ataupun partner bisnisnya.

Salah satunya, beasiswa untuk perguruan tinggi di Australia. Baratha memberikannya kepada Marzio, supaya masa depan Marzio dapat terarah.

Miss Independent!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang