Pandangan itu terus ia berikan, pada gadis yang duduk di hadapannya dengan pandangan yang terus merunduk. Makanan di hadapannya juga belum tersentuh olehnya, hanya mengaduk-aduknya tanpa berniat untuk memakannya.
Jimin tahu, dialah penyebab mengapa gadis itu kini hanya terus merunduk di antara pembicaraan yang sebenarnya juga begitu memuakkan baginya. Perjodohan, perjodohan, perjodohan. Hanya itu saja. Dan Jimin baru menyadarinya sekarang, mengingat kembali pembicaraannya dengan Rose saat berada di studionya. Mengapa gadis itu tak mau pulang, dan mengapa dia begitu tak senang akan kedatangan orangtuanya.
Sungguh, Jimin seperti orang yang bodoh tadi. Tak melakukan apapun dan hanya diam saja ketika ucapan Mina meluncur begitu saja untuk memperkenalkannya di depan semua orang. Belum lagi, reaksi kedua orangtua Mina yang begitu asing baginya, seolah mereka seperti bertemu pertama kali. Begitu bahagia ketika mengetahui putri mereka telah memiliki seorang kekasih.
Ini semua aneh bagi Jimin.
"Rose, kau tak menyukai makanannya?"
Jimin melirik ke arah Mina saat itu yang seolah mendahuluinya untuk berbicara. Sama halnya dengan perhatian semua orang saat itu beralih akan pertanyaan dari Mina, dan Rose yang menatap pada Mina di sana yang memberikan tatapan khawatirnya.
Rose bertemu tatap dengan Ibunya saat itu, dan seolah mengerti dengan tatapannya membuat Rose mengalihkan pandangannya dengan cepat.
"Apa aku perlu panggilkan pelayan untuk membawakanmu makanan yang lain?"
Rose berdehem, sembari meneguk air dalam gelasnya. "T-Tidak perlu, eonni. Maafkan aku semuanya. Aku hanya sedang dalam keadaan kurang baik."
Mina tersenyum mengerti di sana, melirik ke arah Ibunya setelahnya. "Maaf, eomma. Boleh tidak jika aku mengajak Rose untuk meminum teh bersama di halaman belakang? Bersama dengan Jimin dan Jungkook?"
Semua nama yang disebutkan oleh Mina sebelumnya bersamaan menatap pada gadis itu. Dimana gadis itu semakin melebarkan senyumnya ketika mendapatkan persetujuan Ibunya.
"Hmm, idemu sepertinya bagus. Eomma mengerti jika pembicaraan orangtua memang akan selalu membosankan. Bawa mereka bersama, sayang. Kalian juga bisa saling mengenal lebih dalam lagi dan menjadi dekat setelahnya."
Dan disinilah keempatnya sekarang, duduk bersama di halaman belakang saat itu yang memang memiliki sebuah tempat bagi mereka untuk bersantai. Setelah salah satu pelayan telah menempatkan gelas teh bagi mereka, suasana menjadi hening. Beruntung karena Mina saat itu memecah keheningan di antara mereka, menyuruh mereka untuk meminum teh mereka setelahnya.
"Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya, hyung."
Ucapan itu membuat Jimin menatap pada Jungkook di sana. "Benarkah?"
"Yah, ada salah satu temanku yang menunjukkan padaku bahwa ia telah memiliki kekasih. Wajah prianya mirip sekali denganmu. Maaf, hyung. Aku hanya merasa tak asing saja denganmu."
Jimin hanya tersenyum, berusaha untuk memaklumi. "Tak apa. Aku mengerti. Memang terkadang kita akan bertemu dengan beberapa orang yang terlihat sama dalam segi wajah. Apalagi di Korea."
Jungkook ikut tersenyum mendengar itu, menatap pada Rose yang mendapatkan tatapannya. Dimana Rose sangat tahu sekali apa arti tatapan itu padanya. Sial, Jeon Jungkook itu sangat menyebalkan.
"Sudah berapa lama hubungan kalian, noona?"
Mina mengangkat satu alisnya mendengar pertanyaan Jungkook, terdengar menggelikan baginya sebenarnya. "Terdengar aneh ketika mendengar kau bertanya seperti itu. Ada apa denganmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Touch
Fiksi Penggemar[18+] ✔ Tidakkah kau tahu? Bahwa dirimu begitu menginginkanku? Jadi cepatlah kemari. Dan berikan aku sedikit sentuhanmu. ----- ©A BTS's Jimin & BLACKPINK's Rosé Fanfiction ©iamdhilaaa, 2019