Empat Belas

16 8 11
                                    

Fira memberikanku sebuah undangan, entah undangan apa ini. sepertinya undangan resmi yang datang dari sekolah. Kubuka undangan itu, dengan perlahan kubuka staples agar undangan ini tidak sobek. Dan ternyata surat ini berisi tentang kegiatan LDKS calon anggota pengurus osis.

"Nanti sepulang sekolah disuruh kumpul di perpustakaan," ujar Fira.

Aku mengangguk seraya mengacungkan kedua jempolku.

*** 

Tanpa menunggu di depan kelas Angga, aku segera menuju perpustakaan. Aku yakin jika Angga sudah tahu tentang hal ini. Kubuka Pintu perpustakaan yang sedang tertutup. Tak ada hal lain yang pertama aku lihat, mataku tiba-tiba tertuju pada Angga yang seperti sedang mengajari Widya Mengerjakan tugas di laptopnya. Aku cukup terperangah melihat mereka berdua yang cukup romantis. 

Aku tak tahu, kenapa Widya ada di sini. Bukannya ini hanya rapat anggota pengurus osis. Tanpa berpikir panjang, aku segera berjalan mendekati mereka. Kuedarkan senyum pada mereka berdua, Angga nampak kaget melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba—ia tersenyum kaku dan mengubah posisi duduknya yang semula sangat dekat dengan Widya, kini ia bergeser beberapa senti. Berbeda dengan Widya, ia tersenyum santai dengan menepuk-nepukkan tangan kanannya pada lantai, memberiku kode agar duduk di sampingnya. Tanpa menolak, aku segera duduk di sampingnya. "Kamu kok ada di sini, ngapain, kancil?"

Ia tersenyum simpul dengan merapikan kerudungnya yang agak berantakan. "Masak kamu nggak tahu, anggota literasi besok juga ada kegiatan diklat, yang digabung dengan kegiatan LDKS anggota osis," jelasnya. "Ini gue lagi minta ajarin Angga buat proposal, hehe."

Aku mengangguk-angguk paham. "Jadi besok kita bersama, dong?" tanyaku dengan cukup semangat.

Ia angkat kedua alisnya yang cukup tebal itu dengan sebuah senyuman yang mengembang dari kedua sudut bibirnya. "Iya, heuheu." Ia nampak mengeluarkan napas besarnya. "Tadi malam kamu chat aku, tadi aku balas, tapi kamunya yang nggak balas. Nggak ada kuota?" celetuknya memprotesku.

"I ... iyaa, hehe," jawabku dengan malu.

Rapat osis hari ini ternyata digabung dengan anggota literasi yang juga akan mengadakan diklat, dengan tempat yang sama. Bu Cicik, sebagai pembina osis menjelaskan beberapa kegiatan yang akan dilakukan besok, mulai dari jam berangkat sampai jam selesai, dan barang yang harus dibawa. Entah kenapa hatiku tiba-tiba senang ketika mendengar kabar bahwa kegiatan LDKS besok digabung dengan diklat anggota literasi. Tak ada alasan lain, selain karena adanya Widya. 'enak dong gue bisa ketemu seharian dengan dia besok' celetukku dalam hati.

***

Pagi ini, hari sabtu. Suasana sekolah yang sepi,tak ada satupun kegiatan yang dilakukan. Hanya aku, Angga, dan Fira yang saatini sedang disibukkan dengan menyiapkan beberapa barang sekolah yang hendak dibawa untuk kegiatan LDKS. Tiga mobil Elf yang akan mengangkut kami, sudah berjejer rapi di depan sekolah. Satu persatu peserta yang sudah mencalonkan diri menjadi anggota osis, mulai berdatangan. Pun juga dengan anggota literasi. 

Selama aku menyiapkan beberapa barang sampai dengan konsumsi, aku tidak mengetahui keberadaan Widya. Mungkin ia juga disibukkan dengan kegiatannya sendiri—di dalam anggota literasi. Setelah Barang-barang sudah kami masukkan ke dalam bagasi mobil. Aku, Angga, dan Fira segera memasuki mobil. 

Mobil pun melaju membawa kami ke Kebun Raya. Kupasang earphone pada kedua telingaku, kumainkan lagu yang ada di dalam ponselku, agar suara deru mesin mobil tidak membisingkan telinga. Kuedarkan pandangan pada kaca mobil, menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.

*** 

Lebih kurang 25 menit perjalanan, kami sudah sampai di tempat kegiatan. Satu per satu di antara kami, menuruni mobil. Aku dan kedua temanku—Angga dan Fira, kembali menurunkan barang-barang dari dalam bagasi mobil.

Selaksa Rasa (SUDAH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang