Grumpy Beginnings

28 3 0
                                    

CHAPTER  ONE :  GRUMPY BEGINNINGS

Mari kita mulai dengan memperkenalkan 3 bersaudara dalam bertahan  hidup dihari libur panjang.  Rumah yang sudah mereka tempati selama 2 tahun cukup nyaman kalau sudah memasuki musim gugur. Jaxen anggota tertua, biasanya dia menghabiskan waktunya untuk membenahi dinding yang rapuh. Judith satu-satunya perempuan diantara mereka kalau Jaxen tidak mengajak kekasihnya yang kedelapan menginap di rumah ini. Dan Jonah anggota termuda sebelum kekasih Judith yang seminggu lalu menyatakan cinta datang tiap dua hari sekali.

 Jaxen keluar dari kamarnya setelah mandi untuk membetulkan atap yang bocor. Karena kadang burung kecil masuk dan meninggalkan kotorannya berserakan. Sungguh keberuntungan disaat sarapan tidak ada kotoran burung yang mengering tidak jatuh kepiring salah satu dari mereka. Matanya tertuju pada Judith yang memakan sepotong pizza dingin. 

Menepuk pundak saudara perempuanya  untuk menggeser duduknya, "Sebaiknya kau lebih memilih oatmeal dipagi hari" Jaxen mengambil satu potongan pizza terakhir.

"Sebaiknya kau cepat betulkan atap rumah ini, sofa ini harus ada di tempat semula" balas Judith mendorong kakaknya untuk bangkit.

Lalu Jonah membuka pintu dan segera merebahkan tubuhnya yang berkeringat di sofa dekat pintu. " Aku gak percaya ada anak smp yang berkemah 500 meter dari rumah kita. Oh mereka akan memalukannya untuk  melepas masa anak-anak."

"Kau datang tanpa membawa apapun dari luar?" Tanya Jaxen sedikit kecewa.

Jonah segera bangkit mengambil handuk kecil mengeringkan keringatnya,  "Aku tidak bawa uang, dan aku masih memiliki prinsip " dia berjalan ke arah dapur, "Gerobak sudah ku siapkan, kau harus mengambil cukup banyak untuk simpanan kalau-kalau cuaca berubah drastis" Jonah berucap setelah meneguk minum lalu duduk bersebelahan dengan Judith.

Jaxen mengembuskan napas lelah mengingat baru saja mereka berdua menyuruhnya untuk melakukan hal berat. Eh, ini bukan hal berat tapi mereka berdua tidak mau bergantian melakukannya.  "Setelah aku membawa kayu untuk makan malam kalian, tolong suguhkan aku lemon jus." Jaxen memutar bola matanya kesal dan keluar dari ruangan.

Ada beberapa alasan mengapa Jonah masih mau tinggal bersama dengan dirinya dan Judith. Sebelumnya dia tinggal di asrama selagi  SMA lalu lulus SMA dia tinggal di motel bersama teman karibnya. Lalu Judith dengan kata-kata motivasinya datang disaat Jonah belajar. Jaxen di balik pintu karena saat itu dirinya dan Jonah kurang begtu akrab.

Karena Jaxen menemukan rumah tak berpenghuni di pinggir hutan dan jauh dari pemukiman. Jonah cukup keras kepala dan selalu menjauh apapun tentang keluarga. Padahal dia tau yang kehilangan ayah gak cuma dirinya. Kedua kakaknya juga. Mereka bertiga menyaksikan ayah pergi dan merasakan kehilangan ibu. Ayah meninggal karena serangan jantung  kalau ibu pergi begitu saja tanpa alasan jelas.

Itu cukup menyakitkan bagi Jonah, dulu ibu dan dia sangat dekat. Dan setelah itu cukup merepotkan untuk Jaxen apalagi Judith untuk membereskan setiap masalah yang diperbuat Jonah sewaktu SMP. Lalu setelah SMA dia berubah menjadi dingin, keras kepala dan arogan dengan begitu banyak prestasi yang ia capai hingga mendapat beasiswa universitas.

Tahun ini Jonah akan wisuda. Dan bicara soal Judith, dia bekerja menjadi  koki karena mantannya yang sebelumnya memberinya pekerjaan itu. Beruntung sekali kan mantannya yang bernama Deaken itu tidak mendepak Judith. Dan Jaxen masih magang untuk mendapatkan lisensi Instalasi listrik yang profesional. Setidaknya itu satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan uang ditambah jaminan menjadi profesional tanpa harus jadi sarjana.

Sebenarnya cukup repot juga kalau tinggal jauh dari pemukiman. Seperti butuh kabel lebih, sinyal jelek dan tidak ada selamat pagi dari tetangga yang sedang menyiram tanaman.  Tapi ya mau gimanapun  harga rumah di Amerika sangat tidak masuk akal untuk mereka tidak ada warisan. 

 Jaxen duduk sejenak meregangkan kakinya. Kayu-kayu sudah memenuhi gerobak yang ia bawa. Kalau lagi sendirian begini, dia suka teringat bagaimana Jonah marah padanya dan Judith melerai mereka. Masalah Jonah yang membahayakan dirinya  karena mencari ibu yang pergi sampai sampai saat ini. Dia dihajar habis-habisan oleh preman dan Jaxen memarahinya karena telah ke daerah berbahaya itu. Sendirian.

Mereka bertengkar hingga Jaxen  pergi untuk beberapa hari dan Jonah sudah pergi untuk tidak lagi tinggal bersama. Lalu seminggu kemudian ayah meniggal. Jaxen tidak melanjutkan kuliahnya karena terhalang biaya. Sedangkan Judith berhasih lulus setelah 2 tahun kuliah kuliner.

Dia menghela napas, "Aku harap tidak ada pertengkaran lagi." Harapan yang jelas.

"Wait, kenapa tiba-tiba angin rasanya ingin menyerangku?" Pohon-pohon bergoyang karena angin yang tiba-tiba datang dengan kencang.

Dia segera mendorong gerobak berisi kayu yang cukup berat kembali ke rumah. "C'mon" ucapnya gelisah ketika roda malah macet disaat genting, "I'll be dead".

Semenit kemudian sesuatu jatuh dengan hentakan keras. Jaxen menoleh seketika. 

...

Seorang cowok dengan setelan putih yang cukup usang masih tak sadar. Jaxen masih membeku karena dia baru saja melihat garis bercahaya melayang di udara. Dan kemungkinan cowok ini jatuh dari sana. "Aku akan benar-benar mati" gumamnya dengan keringat yang bercucuran. Dia munduru perlahan meraih gagang gerobak dan meninggal cowok misterius ini sebelum dia dikutuk.

"Oke, aku gak peduli dulu soal kayu-kayu sialan ini." Dia lari.

...

Dia membuka pintu dengan keras membuat Judith yang sedang memasak kaget  dan menoleh. "Kau ini! Ingin merusak properti ya?" Teriaknya pada Jaxen yang terengah-engah.

Jaxen segera menutup pintu dengan terburu-buru dan Judith mematikan kompor untuk menampar Jaxen yang malah ling-ling sendiri. "Kenapa sih kamu ini? Kaya bakal ada pembunuh berantai mengejar aja."

"Ya, bedanya dia akan membuat pesta bencana alam di kota ini."

"Apasih, terus kau lari--kau meninggalkan kayu-kayunya?"

Jaxen melewatI Judith yang masih bermuka judes, "I left those damn logs to save my damn life!" dia membasuh mukanya untuk menyegarkan lalu mengambil minum dan meneguknya, "Oh God, kau tadi ngerasain ada angin kencang gak?"

Judith kembali menghidupkan dapur dengan mengumpat kalau saudaranya itu berlebihan, "Ya, halaman belakang berantakan lagi dengan daun-daun kering."

"Aku baru saja melihat portal dan menjatuhkan cowok berjas putih yang sepertinya kabur dari pernikahannya. Aku rasa dia seorang penyihir yang kabur."

"Kau gila."

"Aku akan gila kalau tidak lari dari sana dan tetap mendorong gerobak yang penuh kayu!"

"Kau berlebihan."

"Aku bisa mati."

"Kau tidak pantas untuk diterima di neraka  apalagi surga bulan ini."

"Maksud kau aku pantasnya bulan depan gitu matinya?"

"Aku akan mengadakan pesta untuk itu."

"Kau--ARRGHHHHH!" Jaxen teriak sangat kencang hingga Jonah keluar dari kamar menggebu-gebu.

Cowok misterius itu ada di depannya sekarang.

...

Dimeyah note's :

Aku lelah

The Mess You Made Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang