Please vote before or after reading and leave the comment. Thank you for being a part of this story and Borahae💜
.
Terima kasih sudah menjadi pembaca yang jujur. Salam kenal yeorobun💜
.
Malam ini terasa begitu berbeda.Angin berhembus kencang dan suasana terasa begitu suram. Yola yang tengah mengendap dibalik pohon di belakang rumahnya, mengintip keadaan apakah sudah aman.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh dan suasana terasa begitu sepi.
Kian hari jantungnya terasa kian berdetak cepat. Ia takut jika ia akan dipergoki ayahnya membawa serigala ke rumah mereka.
Namun ternyata keberentungan memang tidak menyertai gadis itu. Bukan hanya ayahnya yang memergokinya, tapi ternyata kini oleh seluruh penduduk desa. Ia melangkah mundur dan menginjak ranting pohon. Tidak menyangka sama sekali jika para penduduk telah bersembunyi untuk menunggu kedatangannya.
“Kau lihat sendiri Eduard kelakuan anakmu?” ucap Tuan Feliks yang berdiri di sebelah ayahnya.
“Aku sudah curiga dari dulu jika anakmu memang aneh. Dan kali ini ia membawa serigala ke desa. Kau mau membunuh kita semua?” Penduduk yang lain ikut menimpali dan suara-suara tuduhan kini kian terdengar.
Wajah Yola memucat tidak tau harus berbuat apa. Tanpa sengaja ia menatap wajah ibu yang kini telah berurai air mata.
Oh tidak, apa yang sudah kulakukan.
Odin, Dva dan Tri yang merasa terancam kini mulai menggeram ke arah penduduk.
Yola tidak tau apa yang terjadi tapi suara di dalam kepalanya menyuruhnya untuk lari. Kaki-kakinya bekerja sesuai perintah otak. Yola berlari meninggalkan tempat itu disusul Odin, Dva dan Tri yang berlari di sisi kiri dan kanan.
Dari arah belakang, suara orang-orang terdengar mengikuti. Ia menoleh dan melihat cahaya-cahaya yang berasal dari obor api serta garpu rumput yang mereka acungkan.
Melihat itu, Yola semakin mempercepat larinya diiringi dengan lelehan air mata.
Ia tidak tau apa yang terjadi sekarang. Kenapa semua orang seperti ini? bahkan kepadanya? apakah kesalahan yang kali ini ia buat sangat fatal?
Kaki Yola mulai terasa sakit karena terus berlari ke dalam hutan. Sepatunya bahkan terlepas di tengah jalan. Ia mencoba pergi menuju gua namun belum sampai di sana, ia sudah melihat penduduk lain berkumpul siap menghadang. Lalu langkah kakinya menyuruh untuk pergi menuju pondok, namun nahasnya pondok kecil itu sudah hangus dilalap api.
Ia jatuh terduduk di tanah.
Pikirannya mendadak kosong atas semua kejadian yang terjadi.
Odin, Dva dan Tri yang baru ia sadari kembali eksistensinya kini menarik-narik pakaiannya dengan gigi. Mereka mencoba menarik serta mendorong Yola untuk pergi dari tempat itu.
Hingga suara-suara itu kembali terdengar di belakang, Yola kembali berdiri dengan tubuh limbung.
Aku harus pergi, atau tetap tinggal di sini?
Kumpulan para penduduk kembali terlihat di ujung sana. Di antara mereka, ia melihat Vaska dengan ekspresi yang rumit di wajahnya.Saat ia ingin mencoba membuka suara, sebuah tangan menariknya untuk lari dari sana.
“Rylan?” ucapnya di ambang kesadaran. Namun kakinya mengikuti langkah lelaki yang menariknya cepat meninggalkan tempat itu.
***
Rylan menatap Yola yang kini tengah meringkuk memeluk lututnya di depan perapian yang dibuat oleh Peter dan David. Di wajah manisnya, kini tecetak jelas jejak basah bekas air mata.
Untungnya ia datang di waktu yang tepat. Firasatnya mengatakan gadis itu berada dalam bahaya dan pengaduan yang diberikan oleh ketiga serigala teman gadis itu di waktu yang lalu seolah memperkuat firasatnya.
Para penduduk sudah mematai gadis itu sejak lama.
Sungguh hal itu sangat mengancam keselamatan Yolanda mengingat bagaimana konflik yang terjadi di antara ras mereka.
“Alpha,”panggil David dan Peter yang baru saja kembali dari berburu untuk makan malam mereka. Sebenarnya mereka berdua masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Namun lebih baik mereka menunggu hingga sang Alpha bercerita nanti. Sehingga setelah mereka menyerahkan hasil buruan, mereka kembali berpatroli di sekitar tempat itu untuk memastikan keadaan.
“Kau lapar?” tanya Rylan pada Yolanda yang kini menggelengkan kepalanya pelan. Pikiran-pikiran yang berputar di kepalanya membuat ia tidak bisa merasakan apa-apa.
“Kau harus mengisi perutmu agar bisa istirahat untuk malam ini,” tanpa menunggu jawaban gadis itu, ia memasak daging rusa yang dibawa oleh anak buahnya tadi di atas perapian hingga daging itu matang dan memberikannya pada Yola.
“Tidak mau,” tolak Yola saat melihat daging panggang yang disodorkan dihadapannya. Namun Rylan dengan sabar mendekatkan duduknya ke arah gadis itu dan kembali membujuknya untuk makan.
Hingga akhirnya Yola menyerah karena bujukan-bujukan serta aroma daging panggang yang mulai menggoda seleranya. Melihat itu, Rylan tersenyum dan mengusap rambut gadis itu yang tengah makan dalam diam.
Setelah makan malamnya yang sedikit, Yola terlelap dalam balutan mantel hangat milik Rylan dalam posisi duduk. Namun Rylan mengubah posisi gadis itu sehingga kepalanya bersandar di pangkuan lelaki itu.
“Gadis ini adalah ‘calon’ku. Jadi mulai sekarang, ia adalah prioritasku,” ucap Rylan pada David dan Peter yang telah berdiri dihadapanya.
***
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Touch • Min Yoongi
FanfictionNama: Yolanda Sweeney Lahir: 12 Maret 1998 Gender: Perempuan Golongan Darah: AB Cita-cita: Ingin Memelihara Serigala