Part 3 : First and Last

115 12 3
                                    

Jisung berlari tergopoh mengejar trem yang sudah berjalan. Dia merutuki dirinya sendiri karena bangun kesiangan sehingga dia kehabisan trem yang menuju arah perusahaan arsitektur dimana dia akan mengerjakan proyek pertamanya dengan Tn. Brlyn.

Kenapa Jisung susah-susah mengejar trem padahal punya mobil? Jawabannya simpel. Dia lupa meletakkan kunci mobil setelah mengantar mereka ke bandara. Paham kan siapa yang dimaksud?

“ Arghh!!! Goblok! Pakek gamau berhenti lagi! ” umpatnya kesal.

“ Mana udah jam sembilan anjing! Ini mah bukan telat lagi! ” dumelnya.

Jisung berlari cepat di sepanjang trotoar sampai ia tak sengaja menangkap taksi lewat matanya.

‘ Lah iya. Kenapa gue gak naek taksi aja ya? ’

Dengan segera Jisung berlari keluar stasiun kereta dan memberhentikan sebuah taksi.

“ zur Firma xxx jetzt Sir. ” ucapku cepat. Beruntung supir taksi ini segera tanggap menjalankan mobilnya.

Tiga puluh menit kemudian taksi yang Jisung tumpangi sampai di depan Brlyn Corp. Dia buru-buru keluar dari taksi setelah membayar taksi dengan kartu transportnya lalu berlari secepat yang ia bisa menuju lift. Di dalam lift, Jisung harap-harap cemas kala membayangkan bagaimana jadinya kalau dia kena semprot Tn. Brlyn di hari pertamanya. Dia takut dicap tak menghargai waktu padahal itu tak sepenuhnya benar.

Ting.

Lift berdenting menandakan kalau dia sudah tiba di lantai tujuan. Pintu lift terbuka menampakkan ruang lapang serba putih dengan panel-panel yang menampilkan bentuk arsitektur sekumpulan gedung di Zurich. Jisung menghampiri salah seorang disana untuk bertanya.

“ Entschuldigen Sie, Sir, ich bin Jisung von der Abteilung für Architekturdesign.  Wo kann ich anfangen zu arbeiten? ” tanyanya hati-hati.

“ Oh, Sie sind der Architekt, der eingeladen wurde, zusammenzuarbeiten, oder?  Park Jisung, richtig? ”

Jisung mengangguk. “ Ja ich bin es ”

“ Bitte gehen Sie zur Nordseite des Raumes.  Es gibt eine Tafel mit Jisungs Namensschild. ”

Jisung mengangguk paham.

“ Vielen Dank.  Ich ging dorthin, wo ich früher war. ” ucap Jisung sopan lalu beranjak pergi setelah mendapat jawaban dari lelaki tersebut.

‘ Syukur ga ada Tn. Brlyn ’ batinnya lega.

Tiba di tempat yang dimaksud, Jisung segera ambil duduk dan mengeluarkan kertas khusus menggambarnya dari tas. Dia mulai membuat beberapa kerangka lantai bawah dengan penuh perhitungan dan perbandingan yang sudah ia bahas bersama Tn. Brlyn tempo lalu.

Dia menghitung benar-benar perbandingan antar ruangan dan membaginya dengan baik tanpa kendala. Dia menyingkronkan setiap ruangan tanpa terkecuali. Mencari celah yang mungkin bisa jadi salah kalau tidak dihitung benar-benar. Sebenarnya ajakan ini juga sebagai tempatnya berlatih karena setelah jadi denah ruangnya, dia harus menyerahkannya untuk dikoreksi lebih lanjut oleh ketua divisinya yang akan melatihnya langsung ke lapangan.

Menurut perkiraan, kalau Jisung bisa menyelesaikan skema ruang pada gedung baru dengan seratus dua puluh lantai ini tanpa salah dan kesinkronannya sesuai, kemungkinan besar proyek pembangunan ini akan selesai dalam kurun waktu satu tahun dari sekarang. Tapi kalau skema yang ia buat kurang menarik dan tidak memuaskan, Jisung juga bisa jadi lebih lama berurusan dengan proyek pembangunan ini.

Jisung menggambar ruangan dengan kompatible dan hanya memberikan ruangan yang benar-benar dibutuhkan gedung ini. Dia menggambar dengan sangat terperinci dan akurat karena saat di university dulu dia sudah pernah mengerjakan laporan tentang gedung seperti ini.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang