Senja, katamu aku tak benar-benar menyukainya. Bagaimana bisa? Aku suka, tentu saja. Walau jarang melihatnya. Siapa yang tak akan kagum pada perpaduan gradasi jingga? Dan, aku mengabadikannya dalam memori kepala.
Bintang, katamu sejak kapan aku suka bintang? Sejak dulu. Sejak bintang itu bertaburan bagai kerlap-kerlip yang mampu membuatku terpaku. Meski aku jarang menyinggung hal itu padamu.
Hujan, katamu... Ah apa kau pernah bertanya apa aku menyukai hujan? Karena hujan itu air, dan aku senang bermain air. Karena itu aku suka berenang walau tak bisa berenang.
Hutan, katamu kau begitu suka hutan dan susana alam. kau tau? Aku juga begitu, sering memikirkan betapa sejuk dan tentramnya hutan dengan beraneka ragam bunga liar. Pasti cantik sekali bukan? Tapi, aku tak suka suasananya yang kelam.
Banyak hal yang tak kau tau, apa jika tak kuberi tau kau tak akan pernah mau tau? Kenapa selalu harus aku yang menyinggung hal itu. Kenapa tak kau perhatikan sejak dahulu, bagaimana aku? Bukan hanya mempercayai apa yang ada dalam kepalamu. Aku pernah terluka karena sebuah prasangka, apakah kau benar-benar ingin melihatku sama seperti prasangka mu itu?
Nadasenja
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Nada Senja
Puisi"Hanya rangkaian aksara yang mengalun bagaikan nada" "Dilarang keras untuk plagiat hargailah karya seseorang!"