Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengambil Jurusan Teknik Arsitektur bikin waktu gue tersita, gue hanya punya waktu semalam-dari seminggu, untuk benar-benar tidur dan istirahat, sisa waktu gue terpakai untuk mengkomunikasikan skala melalui titik dan garis, rendering menggunakan teknik pensil hitam, pensil warna, rapido, raster dan lain-lain. Seminggu kemarin gue bahkan full diam di kamar hanya untuk mempelajari gambar figuratif.
Selama tiga bulan gue menjadi mahasiswa, beberapa bagian dari kebiasaan gue pun mau nggak mau ikutan berubah. Untuk beberapa alasan, gue tidak lagi antar-jemput Aca ke kampus, karena walau kami berada di satu kampus yang sama, gue sama dia jarang ada jadwal yang barengan. Jadi biasanya dia akan pergi menggunakan ojek online, atau dijemput Javi-kalau dia lagi nggak sibuk sama ceweknya. Terakhir gue denger dari Javi, dia sekarang lagi mencoba deketin Fisca-anak angkatan tua di fakultasnya yang bentar lagi mau wisuda.
Untuk masalah hangout pun, biasanya gue akan membawa beberapa tugas yang harus gue kerjakan, berakhir dengan Aca yang marah-marah karena gue masih aja bawa tugas saat sedang nongkrong, tapi ya mau gimana. Mahasiswa baru biasanya masih punya setidaknya 90% effort untuk belajar, kan?
"Dim, besok anter gue beli cakwe yuk" saat gue sedang membuka-buka buku Architecture, Problems, and Purpose karangan Jhon W. Wade, si pemilik suara-Tasya, sedang tiduran di atas kasur gue sambil sesekali memetik senar gitar dengan asal, "lo kemarin baru beli cakwe sama Javi, jangan cakwe terus nanti sakit tenggorokan" gue menjawab dengan mata yang tidak terlepas dari buku yang gue pegang, "ih nggak akan, gue udah makan cakwe itu 6 tahun, fyi" dia mengambil kembali gitar gue yang beberapa menit lalu dia simpan dan memetiknya kembali dengan asal-emang nggak ada bakat seninya ini orang.
"Besok sabtu, dia buka cuma sampe jam 11, gue ada acara jam segitu" buku yang sudah hampir dua jam gue baca itu gue tutup, panas juga mata lama-lama liat tulisan, "ya ampun, sibuk banget ah males" dia mengeraskan petikan asal di gitar gue, "padahal gue cuma cari alesan biar gue bisa ngobrol berdua sama lo" lanjutnya, "sini gue yang main, lo asal banget dari tadi metik gitarnya" gitar yang dipangku Tasya kini beralih ke tangan gue.
I'll be better than I was before
Despite every text of yours ignored
Will you call me still?
Just to hear my vioce, I swear
Always, I'll care
I'll care
Flipping through our photographs
Those moments never seem to last
Listening to self control
There's feeling that you'll never know
Leave me, it's never easy
I've had a lifetime to be alone
If you let me
When it gets heavy
No, I'll never let you be alone
"Lo nggak perlu alasan untuk ngobrol sama gue, ca" lagu Always, I'll care milik Jeremy Zucker selesai gue nyanyikan, "besok jam 3 gue jemput lo, nggak usah dandan"
Instagram Update
tasya.maladivas
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤ 746 likes
tasya.maladivas Dimas gerah, gue juga jadi gerah
View all 127 comments
Javierkeva_ Bangsat gue gak di ajak
Dimasrvl_ ganti captionnya atau hapus postingannya