"Ayo pulang".
Arlinda menoleh dan menatap cowok dihadapannya dengan keterkejutan. Namun dengan cepat ia kembali menyesuaikan mimik wajahnya.
"Gue serumah sama Arsya ngapain lo yang ajak gue pulang" ucap Arlinda ketus sembari melirik name tag yang bertuliskan Ardhan Geonova.
"Arsya nyuruh gue. Dia lagi ngerjain tugas" terang Ardhan yang masih memakai jaketnya.
Arlinda hanya meangguk anggukan kepalanya. Mungkin dia adalah sahabat Arsya dan kakak kelasnya. Namun masa bodoh dengan siapa Arlinda. Ia ingin segera cepat pulang ke rumahnya. Dan mungkin akan membuat sedikit perhitungan dengan kakaknya tercinda.
Sedangkan kini cowok jangkung di depan Arlinda hanya mengernyit heran melihat adik dari sahabat karibnya ini yang tiba tiba tersenyum jahil namun masuh kentara gurat kesal di wajahnya. Dengan santai Ardhan berjalan mendahului Arlinda. Dan ia pun bisa mengetahui bahwa Arlinda mengekorinya dari belakang.
Saat sampai di parkiran Ardhan merasa heran karna merasa bahwa adik tingkatnya itu tak mengikuti dirinya. Dengan perlahan ia berbalik dan mendapati Arlinda yang sedang menengadah ke langit. Karna penasaran Ardhan pun melihat arah pandang Arlinda dan akhirnya ia tahy apa yang menyebabkan Arlinda berenti dan menatap langit dengan nyamannya.
"Ayo pulang" ucap Ardhan yang mambuat Arlinda terperanjat.
"Bentar lagi" pinta Arlinda yang kembali menaruh perhatiannya pada langit. "jarang banget gue liat bintang barat".
"ayo pulang nan--" ucapan Ardhan terpotong dengan berkumandangnya suara adzan. Sehingga membuat mereka memutuskan untuk mendengarkan Adzan terlebih dahulu.
"Kita shalat dulu" putus Ardhan saat adzan sudah berhenti berkumandang. Ardhan melirik sebentar Arlinda dan segera berjalan mendahuluinya.
Setelah melaksanakan shalat maghrib, mereka bergegas untuk pulang. Dengan mengendarai mobilnya, Ardhan mengantarkan Arlinda. Tak ada pembicaraan antara keduanya. Hanya deru mesin mobil yang menemanir. Setelah kira kira sepuluh menit perjalanan barulah keduanya sampai.
Dengan bergegas Arlinda keluar dan tak lupa mengucapkan terima kasih yang hanya dijawab dengan anggukan dari Ardhan.
⁂⁂⁂
"Assalamualikum. Abang pulang dek" ucap seorang lelaki dengan seragam yang masih melekat. Heran karna salamnya tak dijawab, Arsya pun mengedarkan pandangannya dan berhenti pada siluet seorang gadis yang tengah berdiri di balkon.
Melihat itu seketika senyum terbit di wajah Arsya. Ia senang melihat adiknya tumbuh dengan dewasa. Tumbuh sebagai seorang astrophile. Tak bisa ia bayangka jika Arsya tak dapat melihat adiknya lagi. Mungkin Arsya tak dapat hidup tanpa Arlinda.
"Diem disitu terus lama lama kamu jadi penunggu balkon loh Nda" ucap Arsya berniat menggoda adik semata wayangnya itu. Sedangkan yang digoda hanya bisa mendengus pelan dan memutar bolanya malas. Lagian mana ada Arlinda menjadi penunggu balkon.
"Abang kok nyuruh aku sama dia?" tanya Arlinda heran sambil sesekali memejamkan mata kala angin menerpa wajahnya.
"Gada pilihan lain Nda. Cuma dia satu satunya yang udah beres" terang Arsya. "dah ah abang mau mandi. Mau istirahat" lanjutnya dan bergegas keluar dari kamar adiknya itu.
⁂⁂⁂
Hari ini kediaman Ardhan nampak sangat ribut karna ulah dua bocah kembar yang tampak sedang berkejaran. Meskipun masih pagi namun tak menutup kemungkinan jika rumah kediaman Ardhan selalu ramai. Dan seprtinya sudah menjadu kebiasaan kalau setiap pagi Ardhan akan disuguhi oleh tingkah ajain bocah kembar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Us
Teen FictionBagi Arlinda, Ardhan bukanlah cowok dingin nan cuek yang hobinya balapan dan ikut ikutan geng motor. Ardhan hanyalah Ardhan. Dengan segala sikap yang mampu menjungkir balikan lawan bicaranya. Bagi Ardhan, Arlinda adalah cewek langka. Bukan nerd gir...