Hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu oleh anak ekskul forografi yang ditugaskan pergi ke Anyer. Mereka senang karna akhirnya bisa berlibur meskipun nantinya mereka harus tetap berkerja untuk mendokumentasikan anak Pecinta Alam.
"Udah siap semuanya?" Tanya Ardhan yang menutup bagasi mobilnya.
"Udah bang" jawab Bagas mewakili yang lainnya.
"Sekarang gue aja yang nyetir. Nanti boleh siapa aja yang gantiin. Bima, Rania, sama Arlinda kalian di tengah lo sama gue di depan. Sebelum kita lanjut perjalanan kita berdoa dulu. Kalo gitu langsung ke mobil" ucap Ardhan yang langsung memasuki mobilnya.
Selama diperjalanan hanya suara mesin yang terdengar. Semuanya larut dalam kegiatan masing masing. Bima dan Bagas yang memilih tidur, Rania yang sedang berselancar dalam dunia mayanya, dan Arlinda yang hanya melirik jalan aspal. Sesekali ia memejamkan matanya atau melirik Ardhan yang fokus menyetir.
Saat sedang melamun, Arlinda dikejutkan dengan suara Ardhan.
"Tolong ambil kartu tol yang ada di ransel bawah lo" pinta Ardhan kala mobil mulai mendekati pintu masuk tol. Dengan segera Arlinda pun mengambiltas dibawahnya dan langsung memberikan kartu tol pada Ardhan.
"Ini kak" ucap Arlinda menyerahkan kartu tol pada Ardhan
"Makasih"
"Sama sama"
⁂⁂⁂
Kini mereka berlima tengah berada di rest area untuk mengisi bensin dan pergi ke toilet. Setelah hampir satu jam mengendarai mobil, kini Ardhan bergantian dengan Bima. Setelah dirasa cukup, Ardhan kembali mengajak adik kelasnya ini untuk melanjutkan perjalanan.
Ardhan duduk di belakang dengan sisi kanan Arlinda dan sisi kiri Bagas. Mengingat Rania adalah pacar Bima dan saat sebelum melanjutkan perjalanan Bima meminta izin agar Rania menemaninya, Ardhan pun mengalah dan duduk di belakang. Ardhan mengeluarkan earphone di saku jaketnya dan langsung menyumbat telinganya. Sesekali ia melirik adik dari sahabatnya yang tengah tertidur dengan ponsel di genggamannya.
Saat tengah memainkan poselnya, tiba tiba saja Ardhan dikagetkan dengan kepala Arlinda yang berada di bahunya. Ingin sekali Ardhan memindahkan kepala Arlinda, namun mengingat bagaimana perlakuan Arlinda kepada adiknya, ia pun memilih membiarkan kepala Arlinda di bahunya.
Sekitar setengah jam, Arlinda kembali bangun dan kaget melihat kepalanya ada di bahu Ardhan. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya dengan pipi yang sudah memerah. Akan tetapi rasa haus yang mendera tenggorokan Arlinda sangat mengganggu. Dengan gerakan pelan Arlinda menghadap kebelakang untuk menggapai tasnya.
Meskipun Arlinda bergerak dengan sepelan mungkin, tetap saja Ardhan bangun karna sikut Arlinda yang tak sengaja mengenai bahu pria itu.
"Cari apa?" tanya Ardhan karna kesal tidurnya terganggu oleh Arlinda yang grasak grusuk tidak jelas.
"Air minum kak" jawab Arlinda tanpa mengalihkan pandangannya dan terus berusaha menggapai tasnya di belakang,
"Nih" ucap Ardhan tiba tiba yang menyodorkan air mineral tinggal setengah. Sedangkan Arlinda hanya memandangi air minum itu tanpa berniat mengambilnya. "Ambil buat lo" lanjut Ardhan sambil menyimpan air mineral di pangkuan Arlinda.
Dengan secepat kilat Arlinda pun langsung menghabiskan air yang tinggal setangah tanpa berucap apapun karna masih merasa malu tidur di bahu Ardhan.
⁂⁂⁂
Mobil Ardhan mulai memasuki kawasan pantai Anyer dan berhenti di lahan kosong yaang sudah berdiri beberapa tenda kemah. Arlinda turun lebih dulu dan disusuh oleh Ardhan. mereka mulai mengeluarkan semua perlengkapan dan mulai beres beres di tenda.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Us
Teen FictionBagi Arlinda, Ardhan bukanlah cowok dingin nan cuek yang hobinya balapan dan ikut ikutan geng motor. Ardhan hanyalah Ardhan. Dengan segala sikap yang mampu menjungkir balikan lawan bicaranya. Bagi Ardhan, Arlinda adalah cewek langka. Bukan nerd gir...