Dan disinilah aku bersama dengan pria-pria berdasi lainnya dan perempuan stylish terjebak dalam sebuah ruangan 10 x 12 meter untuk satu tujuan, profit.
Menyimak setiap ucapan yang sudah dipersiapkan dalam laporan, seperti mendengarkan hal yang bisa ku baca sendiri, membosankan.
Aku tidak menyukai kegiatan ini, kegiatan yang sebenarnya menurunkan tingkat produktivitas perusahaan, namun aku harus tau bagaimana kinerja perusahaan sebelumnya.
Hingga waktu yang ditungguku tiba. Kulihat semua orang yang terjebak dalam ruangan ini pun sepertinya menunggu waktu ini, waktu makan siang.
Semua beranjak dengan tergesa hingga menyisakan aku dengan satu perempuan. Perempuan misterius itu.
Ku kerjap-kerjapkan mataku untuk dapat melihat perempuan itu lebih jelas. Dan hati ku seolah meminta keluar dari tempatnya, dan jantungku berdetak lebih kencang saat mataku menjadi lebih jelas melihatnya.
Aku menemukannya, aku menemukan separuh hatiku yang kutinggalkan. Disanalah, di ujung ruangan ini jantung hatiku berada.
***
"Neng, apa kabar neng ?" Dengan suara yang kubuat-buat ku sapa ia yang selalu berhasil membuat jantungku berdetak tak berirama."Aldi.." mata indah itu terbelalak menatapku kaget, tangan kecil itu hendak segera memelukku, namun aku kecewa kala ia menahan hasrat itu.
Aku tak memilih diam, hasrat dan kegugupanku membuatku ingin menggodanya, mantanku.
"Ga jadi meluk neng Adel ?" Ia menjawab sesuatu namun aku tidak menyimak ucapannya, aku hanya memastikan bahwa ruang ini sudah kosong.
Sejurus kemudian ku biarkan hasrat membimbingku, ku lingkarkan tanganku di pinggangnya, pinggang yang tak berubah kali terakhir ku memeluknya, aku sungguh merindukannya.
"Makan siang bareng yuk?" Bisikku di telinganya. Wangi tubuhnya membuat hatiku berdesir dan hasratku memilikinya kembali semakin nyata.
"Yuk." Jawaban antusias itu meyakinkanku, hatiku masih dimilikinya.
***
"So, how's germany?" Tanyanya dalam antusiasnya berhasil membuatku tersenyum.
"Nice. I've made it." Ujarku sembari tersenyum padanya, menikmati pemandangan indah di hadapanku.
"You should make it." Ujarnya sembari menyeruput minumannya. "Kamu udah sacrifice almost everything including me."
"Are you missing me?" Desir di dadaku membuatku ingin menggodanya.
Ia tersenyum, ah senyuman indah itu betapa aku merindukannya, ditambah lagi dengan semu merah wajahnya, cantik ujarku dalam hati.
"Menurut kamu, am i missing you ?" Dan godaan itu membuatku ingin memeluknya erat, seandainya saja kami hanya berdua ditempat ini.
"I don't know. But something i know when i choose to back here, what i think the most is you." Aku mencebikkan bibir lalu tersenyum sembari menatap wajahnya yang terkejut.
"I miss you too, Di."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss II
Chick-LitFabian yang kembali ke kota itu akhirnya menemukan cinta lamanya yang ia tinggalkan, Adel yang kini justru sudah berpaling darinya. Ia bertekad untuk merebut hatinya kembali. namun, saat itulah justru ia bertemu cinta sejatinya.