Dering alarm menyentak seorang gadis yang tengah tertidur lelap. Bergerak perlahan memiringkan tubuhnya sembari mengulurkan tangan untuk mematikan alarm dari jam weker yang terdapat di atas nakas. Namun, sesuatu yang keras membatasi pergerakannya. Gadis itu mengernyit, memaksa matanya perlahan terbuka. Tapi naasnya, pemandangan di depan mata nyaris membuatnya jantungan.
"Aaaa!!!" Teriakan gadis itu bergema di dalam ruangan kamar, membuat seseorang yang ada di hadapannya terusik.
"Berisik!" Suara serak berat yang berhasil menggetarkan seluruh saraf kewarasan gadis itu, membuat matanya makin melotot hampir keluar dari tempatnya.
"Aaaa!!!" Dan gadis itu kembali berteriak lebih kencang dari sebelumnya, histeris bercampur panik seraya memukuli orang yang tidur di sisinya secara membabi buta. "Maling!" Bahkan ia juga meneriaki orang itu dengan sebutan maling.
"WOY!!!" Bentakan dari orang yang dipukuli berhasil menghentikan aksi anarkis gadis itu. "Apa-apaan si lo!" Tangan kekar berotot itu mencekal pergelangan tangan si gadis, membuat gadis itu menegang dengan mata berkedip-kedip.
"Masih pagi, berisik banget sih!" gerutu orang itu yang kemudian menghempaskan tangan si gadis dan kembali merebahkan diri di atas ranjang.
Gadis itu bernama Alice Olivia Hansen, menatap tak percaya pada sosok yang berada di atas tempat tidurnya. Tubuhnya menegang, seakan ada batu besar yang menghimpit sampai membuatnya serasa sesak napas. Matanya mengerjap, memastikan sekali lagi kalau yang ada di depannya benar-benar nyata, bukan sekedar mimpi buruk.
"Aaw!" Alice memekik setelah nekat menampar pipinya sendiri, upaya untuk mengembalikan kewarasan dan meyakinkan diri kalau ini bukan mimpi. "Bukan mimpi," gumam Alice.
Alice kembali memusatkan pandangan kepada sosok yang tengah terlelap di depannya. Merasa matanya ternoda oleh tubuh telanjang itu, meski matanya tak memungkiri kalau dada bidang, perut kotak-kotak, lengan berotot itu begitu memanjakan pandangan matanya untuk sepersekian detik.
Namun, menyadari kekonyolan pada dirinya sendiri, Alice buru-buru menggelengkan kepala, menepuk-nepuk pipinya agar tetap waras. "Ini nggak bener!" cetusnya.
Alice benar-benar merasa terguncang, syok mendapati seorang laki-laki berada di atas tempat tidurnya dalam keadaan naked. Seakan mimpi buruk, rasanya ia ingin cepat terbangun. Tapi sayangnya semua ini nyata, lelaki di atas tempat tidurnya benar-benar nyata dan Alice mengenalnya.
Ragas Aldebaran, si bad boy kampus yang terkenal playboy sekaligus tetangga samping rumahnya. Meski bertetangga, tapi hubungan Alice dan Ragas layaknya orang asing yang tidak saling mengenal. Bahkan keduanya juga berada di kampus yang sama dan keduanya tidak pernah sekalipun saling menyapa. Meski kadang-kadang mereka saling berpapasan, tapi Alice seperti menganggap kalau Ragas tak terlihat oleh pandangannya begitupun sebaliknya dengan Ragas.
Walau tak saling mengenal apalagi bertegur sapa, tapi Alice cukup tahu mengenai Ragas. Wajahnya yang tampan blasteran Indonesia-Rusia, membuat lelaki itu sering dibicarakan oleh gadis-gadis di kampusnya. Terlebih dengan kepopularan dan track record Ragas yang hobi gonta ganti pasangan. Berbanding terbalik dengan Alice yang jarang bersosialisasi. Perbedaan yang sangat signifikan itulah yang membuat Alice memilih enggan mengenal Ragas dan cenderung menghindari lelaki itu.
Namun pagi ini, Ragas justru berada di dalam kamarnya, di atas tempat tidurnya dalam keadaan naked, hanya mengenakan boxer ketat bewarna hitam.
Astaga!
"Haruskah aku bunuh diri?" Alice serasa mendapat kutukan. Jantungnya berpacu lebih cepat, memaksa otaknya kembali waras dan kesadaran untuk bereaksi.
"Yaaa!!!" Alice tanpa pikir panjang memukuli Ragas yang tengah terlelap dengan bantal guling. "Pergi dari kamarku!" teriak Alice, ketakutan bercampur panik. Takut jika mamanya pulang dan melihat ada lelaki di kamarnya. "Pergi!"
"Cek! Berisik banget sih lo!" Ragas mengerang kesal, menarik guling yang memukuli punggungnya. Tarikannya yang terlalu kuat membuat si pemegang guling ikut terseret dan tersentak kasar di atas tubuhnya yang telentang.
Ragas terdiam ketika matanya sepenuhnya terbuka, sorot matanya beradu dengan mata melotot gadis di atasnya. Barulah Ragas sadar kalau gadis itu bukanlah gadis yang semalam ia temui di klub malam.
"Lo?" Spontan Ragas mendorong gadis itu sampai jatuh ke sisi ranjang. "Ngapain lo di sini?" sergah Ragas, galak. Tak percaya akan kehadiran Alice, tetangganya. Seperti gadis itu, meski tak mengenal tapi Ragas tahu karena mamanya sering membicarakan tentang Alice. Anak tetangga yang dibilang cantik oleh mamanya.
Alice mengembuskan napas kasar, ekspresinya berubah garang. "Bukankah harusnya aku yang bilang seperti itu? Apa yang kamu lakukan di kamarku?"
"What?" Ragas mengernyit. "Kamar lo?" Lalu pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan, alangkah terkejutnya ketika ia menyadari ruangan bernuansa pink dan terdapat stiker besar bermotif Hello Kitty di atas kepala ranjang. Ragas terdiam kaku memaksa ingatannya berputar pada kejadian semalam.
Ragas tersentak ketika mengingat semuanya. Dari mulai menghadiri pesta ulang tahun temannya yang diadakan di sebuah klub, sampai akhirnya ia mabuk dan diantarkan pulang. Ragas memang terbiasa pulang larut malam, itu kenapa ia terbiasa masuk ke kamarnya lewat jendela. Tapi sepertinya semalam Ragas salah memasuki kamar, karena nyatanya ia sekarang justru berada di dalam kamar seorang gadis yang tak lain tetangganya sendiri, Alice.
"Apa semalam kita ...?" Ucapan Ragas terhenti ketika menyadari keadaan dirinya yang naked. "Oh shit!" Ragas mengumpat, mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar tidak ingat, tapi melihat dirinya dalam keadaan telanjang sudah pasti semalam ia melakukan sesuatu yang tak diharapkan.
Ragas kembali memandang Alice yang masih menatap sengit dirinya. Memperhatikan wajah Alice yang tampak begitu cantik meski baru bangun tidur, ditambah pakaian yang membuat matanya jelalatan.
"Apa lihat-lihat?" hardik Alice menyadari ke mana pandangan Ragas tertuju, sontak ia mengambil bantal dan memeluknya. Melindungi asetnya yang beharga, pasalnya Alice hanya memakai gaun tidur tipis tanpa dalaman. Kebiasaannya jika tidur melepas bra, agar bisa tidur nyaman dan pulas. Tanpa mengira kejadian seperti ini akan terjadi.
Ragas berdehem, memasang wajah sok cool. "Gue——" Baru saja ia akan mengatakan sesuatu, ketukan di pintu menginterupsinya.
Sontak saja Ragas panik, begitu juga dengan Alice yang kalang kabut ketika mendengar panggilan dari luar kamar.
"Alice, kamu sudah bangun?"
"Mama!" pekik Alice, menoleh pada Ragas. Keduanya saling beradu pandang, mata keduanya saling melotot.
Mampus!
Haruskah aku benar-benar bunuh diri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy On My Bed (Re-Publish)
RomanceAlice Olivia Hansen terguncang di pagi hari saat mendapati seseorang berada di atas tempat tidurnya. Seperti dihimpit batu besar, Alice melebarkan mata dan merasa dadanya begitu sesak ketika mengenali sosok itu yang tak lain tetangganya sendiri. Rag...