Epistle • Yoonnie

854 69 11
                                    

Jennie menghela napas ketika meja tempat ia membaca sudah ricuh dengan kumpulan para gadis yang menyodorkan berbagai amplop yang di hias seapik mungkin. Ada juga beberapa kotak hadiah kecil.

Gadis cantik itu tidak akan menghembuskan napasnya keras-keras jika saja semua itu ditujukan padanya.

Niatnya memilih perpustakaan sebagai tempat bersembunyi rupanya sia-sia. Astaga, padahal ia sudah memilih tempat paling pojok dan cukup tersembunyi.

Sungguh, Jennie merutuki tanggal 14 Februari yang jatuh pada hari ini juga. Maka saat ini, ia akan beralih profesi menjadi tukang pos pengirim barang ataupun surat dari para gadis untuk idolanya. Lagi.

💌💢💌

Jennie terpaksa menghentikan langkahnya ketika melihat dua junior menghalangi dengan semburat merah muda di pipi.

"Sunbae, tolong berikan suratku untuk Yoongi oppa." Ujar gadis satu dengan malu-malu menyodorkan amplop berwarna merah jambu dengan simpol hati sebagai perekat di tengah.

"Sunbae, aku juga minta tolong. Berikan cokelat yang kubuat sepenuh hati ini padanya." Gadis dua ikut menyodorkan bingkisan cokelat yang di hias oleh pita putih.

Ya Tuhan, Bahkan saat Jennie sudah membawa setumpukan titipan, masih ada pula yang ingin menitip?

Namun apa daya, Jennie tak sanggup menolak ketika dua juniornya itu menampakkan wajah memelas. Mereka tahu kelemahan Jennie.

💌💢💌

Duk...Duk...

Suara pantulan bola basket menggema di seluruh lapangan indoor itu. Pun pria yang asik memantulkan bola oranye itu sejak tiga puluh menit lalu.

Mendengar suara pintu yang di buka, pria itu menghentikan sejenak kegiatannya dan menoleh. Tersenyum tipis ketika melihat Jennie yang nampak kualahan membawa tumpukan surat di tangan kanan.

Belum lagi tangan kirinya yang memegang satu kantong plastik penuh kotak hadiah berbagai ukuran.

Mendekat ke arahnya, Jennie meletakkan kantong plastik itu dengan sedikit hentakan kesal. Menatap tajam pada pria bermata sipit yang terkekeh kecil di hadapannya.

"Aigoo, rupanya kau sangat terkenal ya, Min Yoongi? Fans-mu bertebaran dimana-mana. Bahkan dari luar sekolah pun sampai rela kemari demi menitipkan hadiah untukmu." Sinisnya sambil membuang muka.

"Wae? Bukan mauku untuk jadi terkenal." Jawabannya sambil mengangkat bahu enteng sebelum kembali melanjutkan latihan basketnya.

Jennie menghela napas, "ya ya ya. Kau memang terlahir untuk terkenal." Gumamnya sambil mendudukkan dirinya pada lantai lapangan.

Mendengar gumaman Jennie yang sebenarnya sengaja di keraskan, Yoongi tersenyum geli dan melempar asal bola basket di tangannya. Berjalan menghampiri gadis itu dan duduk tepat di sebelahnya.

Mengambil botol minum yang di sodorkan Jennie, Yoongi sama sekali tak ada minat untuk sekedar menilik dua kantung penuh hadiah dan surat yang ditujukan untuknya.

Pria itu justru mengambil satu kantong surat dan berjalan santai menuju Tong sampah di ujung lapangan. Membuang tumpukan surat yang belum di bacanya dan berbalik begitu saja setelah menutup kembali Tong sampah tersebut.

Mengabaikan wajah terkejut Jennie dengan mulut menganga lebar. Kembali duduk dan menepuk sejenak puncak kepala Jennie.

"Aku tidak butuh semua surat itu." Ucapnya sambil merapikan anakan rambut Jennie dan mengarahkan mulutnya tepat di samping telinga gadis itu.

"Karena aku hanya akan mau menerima dan membaca satu surat saja. Surat da-ri-mu."





Cup...
















-Fin


Our Story's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang