act04:specialone

122 26 4
                                    

Udara di jam makan siang lebih panas dari hari-hari kemarin. Aku berbaring di atap sekolah dengan jaket sebagai alasnya. Di sini hening dan tidak ada siapa-siapa jadi hanya langit yang bisa melihat luka-luka yang aku sembunyikan selama ini. Mataku terpejam sebentar, tapi kemudian kembali terbuka karena yang kulihat saat menutup mata adalah bayangan tentang apa yang terjadi semalam.

Buruk. Buruk sekali. Kak Yeonjun hampir mematahkan semua tulangku sementara aku tidak bisa bergerak dan terpaksa menerima semua perlakuan bengisnya. Tubuhku luluh lantak tak karuan. Kini aku memeluknya dan merasakan nyeri di sana-sini.

Sekali lagi aku mencoba untuk memejamkan mata. Angin mulai berhembus lebih kencang sehingga kantuk mendatangiku secara sukarela. Bayangan semalam perlahan hilang tertiup angin. Aku merasa lega. Mulutku bungkam dan pandanganku meredup nyaris mati.

Tap. Tap. Tap.

Terdengar suara langkah kaki. Ia seperti berhenti di depan wajahku. Aku pun mengerjap pelan dan mendapati sosok pria yang tak asing lagi karena kami sempat bertemu beberapa hari yang lalu. Pria itu memiringkan kepala dan menatapku dengan mata hitamnya yang berisi kegelapan tak berdasar.

"Kau Choi Mio, 'kan? Masih ingat denganku?" tanya pria itu dengan suara tenang dan nyaman didengar. Berbeda dengan saat pertama kali bertemu.

"Choi Soobin," jawabku singkat.

Aku pun memaksakan diri untuk bangkit, namun tangannya memegang bahuku. Ia lantas menyentuh pergelangan tanganku dan mengusap jejak kemerahan yang ada di sana. Aku cepat-cepat menarik jaket lalu membalutkannya ke tubuhku.

"Entah apa aku pantas menanyakan ini, tapi... apa kau juga ingin bunuh diri?" Pertanyaannya yang tiba-tiba itu membuatku terdiam sejenak.

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

"Karena kau mirip dengan Beomgyu sebelum ia melompat dari sini. Kalian sama-sama tidak berinteraksi dengan sosial, mengenakan jaket padahal cuacanya sedang panas, memiliki luka-luka, dan sering melamun. Sebelum kejadian itu, Beomgyu juga suka datang ke sini untuk tidur atau menyendiri." Ia menjelaskan dengan sangat perlahan dan suara yang bergetar.

Aku mengangguk mengerti. "Jadi, kau takut aku akan melakukan hal yang sama dengan temanmu itu?"

"Beomgyu... lebih dari sekedar teman bagiku." Soobin menarik napas panjang dan menghembuskannya sebelum melanjutkan dengan kalem. "Kami sudah bersama sejak SMP dan ia selalu dirisak karena punya hubungan spesial dengan orang sepertiku. Padahal sebentar lagi kami lulus dan akan pindah ke tempat di mana ada yang bisa menerima hubungan kami, tapi... tapi, Beomgyu..."

Aku menghela napas panjang dan menepuk-nepuk bahu Soobin ketika pria itu menangis. Entah ceritanya benar atau tidak, tapi aku kurang lebih mengerti karena aku juga berada dalam hubungan yang salah dengan kakakku sendiri. Kami berdua sama-sama terjebak di lingkaran yang dianggap tabu oleh banyak orang. Tentu saja kami stress dan ingin melarikan diri, tapi ke mana tepatnya kami harus lari?

CAN'T YOU SAVE ME? | cyj,csb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang