act03:foreverandever

135 26 11
                                    

Aku sedang memasak ramen untuk makan malam ketika kepalaku dihantam oleh botol kaca dari belakang. Sontak pandanganku kabur dan aku jatuh ke lantai. Seseorang menarik rambutku ke belakang sehingga aku bisa melihat jelas siapa yang barusan memukulku.

"Berhenti memasak dan bermainlah denganku, Mio," kata Kak Yeonjun.

Pria itu mulai mabuk setelah menghabiskan empat botol minuman keras. Tangannya tetap menjambak rambutku dan ia menyeretku menuju karpet di ruang tengah.

Kepalaku masih berkunang-kunang dan sulit bagiku untuk melarikan diri. Aku memegang pelipisku karena merasa ada cairan yang mengalirinya. Ah, rupanya darah segar. Aku menggeleng pelan ketika pandanganku kembali buram.

Kak Yeonjun mengambil sebuah stroberi lalu memasukkan setengah bagiannya ke dalam mulutku. Ia juga menuangkan sedikit madu sampai meleleh ke pipiku. Kemudian ia melumat stroberi dan bibirku sekaligus.

Ketika buah merah itu sudah habis dalam sekejap, Kak Yeonjun menguasai bibirku dengan nafsu yang tidak bisa dikendalikan. Ia beberapa kali menggigit bibirku sehingga aku bisa mencicipi darah di sela-sela cumbuannya yang semakin tidak terkontrol.

Tanpa sadar aku tidak sengaja menggigit bibir Kak Yeonjun. Bukan gigitan kecil. Aku rasa, aku hampir saja mengoyak bibirnya. Kak Yeonjun lantas berhenti dan menatap seakan ingin menghabisi nyawaku saat itu juga.

"Hentikan. Aku tidak ingin bermain, Kak," ucapku sambil menatap sedih ke arah pria itu.

Kak Yeonjun yang berada di atasku berkata dengan suara yang pelan, "Mio-ya, aku sangat mencintaimu. Aku hanya menginginkanmu. Apa kau tidak merasakan hal yang sama?"

"Apa mencintai artinya saling menyakiti seperti ini? Kalau kau benar-benar mencintaiku, kau tidak akan memukuli dan memperkosaku setiap malam!" Nadaku meninggi di akhir kalimat karena marah pada perkataannya yang berbanding terbalik dengan realita.

"Itu karena kau tidak patuh!" bentak Kak Yeonjun. "Dan aku bukannya memperkosamu. Kita ini bercinta, Mio-ya. Bercinta! Apa kau tidak memahaminya?!"

"Bercinta? Persetan, Kak! Kita ini saudara. Tidak akan ada yang merestui hubungan sedarah bahkan orang tua kita pun akan menentangnya."

Kak Yeonjun menamparku kuat-kuat. "Mereka sudah mati! Mereka membuang kita sendirian di dunia ini, Mio-ya. Untuk apa membahas mereka? Kini tersisa kau dan aku. Kita tidak akan bisa dipisahkan selamanya."

Aku ketakutan setengah mati mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Kak Yeonjun. Selamanya itu... sangat lama, 'kan?

Seakan tersihir oleh gelombang ketakutan yang amat besar, aku tidak bisa bergerak. Kak Yeonjun menangkup kedua pipiku dan mencumbuku dengan perlahan.

Tunggu, aku benar-benar tidak bisa menggerakkan tubuhku. Mataku terbelalak ketika menyadari Kak Yeonjun baru saja menyuntikkan obat-obatan di kakiku beberapa detik yang lalu. Ia selalu melakukan itu ketika aku menolak keinginannya.

Yang terjadi kemudian adalah aku diangkut ke kamar, kedua pergelangan tangan diikat kuat-kuat menggunakan tali tambang, dan Kak Yeonjun kembali menjadi hewan paling buas yang pernah kukenal.

Saat-saat seperti itu rasanya sangat lambat dan menyiksa hingga aku selalu berharap tidak akan bisa menyambut pagi keesokan harinya.

CAN'T YOU SAVE ME? | cyj,csb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang