Kak Yeonjun selalu membabat habis adiknya-yaitu aku- saat berada di bawah pengaruh alkohol. Tapi, malam ini tidak. Aku bisa memasak telur gulung dan sup dengan tenang di dapur yang minggu lalu hampir terbakar karena ada Soobin yang menemani Kak Yeonjun.
Awalnya Soobin datang dengan tujuan menghabisi Kak Yeonjun karena melukaiku. Katanya ia sudah siap menghukum Kak Yeonjun, tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Mereka bermain ular tangga, membuka semua bungkus camilan yang barusan kubeli di supermarket, dan menonton televisi sambil tertawa terbahak-bahak. Kak Yeonjun bilang Soobin adalah nomor dua dalam list 'Orang yang Aku Sukai'. Soobin mengiyakan dan bilang kalau Kak Yeonjun lucu.
Aku mengantarkan makan malam ke meja tengah tempat mereka bersenang-senang. Kak Yeonjun menarik tubuhku duduk di pangkuannya sementara Soobin jelas-jelas berusaha memalingkan pandangannya. Ia belum terbiasa dengan perlakuan Kak Yeonjun karena memang ini pertama kalinya ia bertamu. Sialnya, kakakku yang tidak tahu adab ini berani menekan dadaku di depan tamunya.
"Kau mau menginap, Soobin-ie?" tanya Kak Yeonjun di sela-sela iklan.
"Boleh juga, Kak." Soobin tampak agak terkejut dengan tawaran tersebut, tapi ia tetap berusaha membentuk senyuman manis untuk Kak Yeonjun.
"Bagus! Karena besok hari libur jadi kita bisa bergadang sampai pagi!" seru Kak Yeonjun sambil mengangkat kaleng bir yang sudah separuh kosong.
Aku bangkit dari pangkuan Kak Yeonjun dan berkata, "Di lemari masih ada camilan. Aku lelah hari ini jadi ingin tidur lebih awal. Nikmati waktu kalian, ya."
Kemudian aku mundur dari pesta mereka. Boleh aku jujur? Aku sangat senang ketika bisa memasuki kamar dengan perasaan damai dan tenang. Sudah lama sekali aku tidak tidur sendirian di kasurku yang padat, menggulung tubuhku dalam selimut tipis, dan terpejam tanpa meneteskan air mata. Malam ini adalah malam terbaik berkat kehadiran Soobin. Aku harus membayar jasanya suatu hari nanti.
Kalau tidak salah ingat, jam digital di mejaku menunjukkan pukul 02.02 dini hari saat aku tidak sengaja terbangun karena merasa haus. Aku pun mendorong tubuhku menuju pintu lalu membukanya tanpa menimbulkan suara apapun. Aku memang selalu begitu karena terbiasa untuk tidak membangunkan Kak Yeonjun dari tidurnya.
Selangkah keluar dari kamar, pandanganku yang buram perlahan menjadi lebih jelas. Di sana, di sofa besar di ruang tengah, terdapat dua pria yang sedang saling melahap satu sama lain. Kak Yeonjun menjadi lebih ganas dan mendesah jauh lebih kencang dari yang pernah kudengar. Soobin masih tetap menjadi pria kalem, tapi desahannya tak kurang menggoda telinga.
Aku akan menganggap kejadian di ruang tengah itu biasa saja kalau Kak Yeonjun tidak tiba-tiba berubah dan mulai memukuli wajah Soobin seakan punya dendam besar. Tidak sampai di situ, ia bahkan mendorong pria itu jatuh dari sofa kemudian menendangnya berulang kali di perut, kaki, bahkan kepala.
Sebelum aku sadar, aku sudah berdiri di tengah celaka itu. Kak Yeonjun menenggak minuman kerasnya sekali lagi lalu membuang botolnya ke sembarang tempat. Aku bisa lihat api menyala-nyala di kedua mata Kak Yeonjun seakan api itu baru disiram berliter-liter minyak.
"Dasar jalang tidak tahu berterimakasih! Beraninya kau mengkhianatiku dan berteman dengan pria lain. Yang lebih parah adalah pria ini bahkan tidak normal!" Kak Yeonjun geram dan menarik rambutku kuat-kuat.
"Lantas kau pikir hubungan kita normal? Berbeda dengan Soobin yang sudah berusaha menjaga kekasihnya, apa kau pernah menjagaku setidaknya sekali saja? Apa kau pernah?! Jawab, Kak!" Aku membentak lalu mendorongnya menjauh.
"Sekarang ini aku sedang menjagamu dari pria sepertinya!"
"Berhenti membual! Kau hampir membunuhnya! Aku tidak akan bisa menerima tindakan itu sebagai tindakan penjagaan!"
Kak Yeonjun menggeram marah. Aku menatap muak. Kami saling memalingkan wajah dan tenggelam dalam emosi masing-masing yang meluap hebat. Soobin yang di ambang hidup dan mati tidak bisa menggerakkan tubuhnya seperti yang pernah aku alami. Sudah pasti ia disuntik dengan obat-obatan oleh Kak Yeonjun.
"Aku akan membawanya ke rumah sakit. Jangan ikuti kami dan membuat masalah lain," kataku.
Aku pun membalut tubuh Soobin yang bergetar ketakutan dan menopangnya keluar dari rumah. Kak Yeonjun sama sekali tidak menahan atau membantu. Pria itu ambruk di sofa, meminum sebotol minuman keras lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN'T YOU SAVE ME? | cyj,csb ✔
Fanfictionmaincasts: yeonjun,soobin,mio type: shortstory code: 30052020-31052020 img: -pinterest ⚠️warning: mentalillness,lgbt,frienship,family,maturecontent