2. Pak Jiemi

68 10 0
                                    

Akhirnya tiba juga hari yang nggak gue tunggu-tunggu dan sangat malas melangkahkan kaki di sore hari demi satu mata kuliah yang buat kacau balau kehidupan. Hari pertama masuk kuliah malem di semester ... ehm, tujuh. Iya, gue udah hampir menyerah karena nggak selesai kuliah. Dan apesnya nggak ada teman seangkatan yang gue kenal karena sebagian besar sudah pada lulus.

Gue harus berjuang! Pokoknya semester ini gue harus selesaikan skripsi dan tentunya khusus untuk mata kuliah ini, gue berharap banget ada keberuntungan setelah gagal karena dikasih nilai "D".

Please, Pak Jiem, be nice ...

Demi apapun ternyata kalau masuk malam itu malas juga ya. Biasanya menjelang sore gue menyibukan diri di teras rumah sambil baca novel dan menyesap cokelat hangat, tapi sekarang gue harus jalan ke kampus dan yaah ... kuliah. Mungkin gue harus cari kerja untuk mengisi waktu luang gue selain mengurus skripsi biar nggak terlalu mager dalam kehidupan ini selain dicibir tetangga nggak kerja-kerja. Moga segera dapat kerjaan tapi bukan bagian pajak deh, karena gue butuh sesuatu dalam hidup gue selain tentang pajak. Capek!

Meski gue ogah-ogahan sama kuliah Perpajakan, tapi gue nggak bego-bego banget kok masalah posisi duduk yang tepat supaya IPK gue nggak anjlok lagi. Gue akan mencari posisi dua bangku dari depan dan duduk di belakang orang yang kelihatan pintar, karena memilih duduk paling belakang pasti akan jadi incaran dosen, sangat jelas terlihat malasnya. Ehm ... Pengalaman, karena sebelumnya gue suka banget duduk di belakang.

Akhirnya posisi gue sudah aman dua bangku dari depan, apalagi di depan gue seorang cowok yang dilihat tanda-tanda orang pintar. Gue harus mempertahankan posisi ini sampai kuliah berakhir bila perlu harus kenal dekat dengannya. Bersyukurnya lagi di kelas ini nggak ada yang gue kenal.

Lima menit sebelum jam masuk. Ini dosen selalu tepat waktu buat mengajar. Siap-siap sebentar lagi dia akan datang. Gue sport jantung dan bingung sendiri mau gimana nanti, karena zuzur sazaaa alias jujur aja gue sama sekali lupa sama materi perpajakan. Nggak ada yang nyangkut ke otak gue. Huft! Ini otak benar-benar pentium satu.

"Selamat malam semua!"

Seorang cowok tinggi tegap mengenakan setelan abu-abu berjalan tegas ke meja dosen. Meletakkan tumpukan buku dan absen lalu menatap satu persatu termasuk gue. Tatapannya yang tegas dan tajam masih saja buat gue menciut untuk berbuat macam-macam alias nyontek kalau ada tugas nanti.

Pak Jiemi, meski masih muda nan ganteng tapi untuk urusan nilai dia paling buruk. Dia tidak bisa dinego apalagi kalau masalah absen akan dikurangi nilainya. Tapi yah, mau gimana lagi karena gue ingin kerja, mau gak mau dan suka gak suka, gue harus terima bertemu Pak Jiemi lagi.

"Selamat datang di kelas perpajakan. Baik, kita mulai! Namun sebelumnya saya ingin menggali apa yang telah Anda pelajari di semester sebelumnya."

Mampus gue!

Gue berasa berhenti bernapas.

"Tolong jelaskan PPh pasal 24 dan Subjek pajak Bentuk Usaha Tetap."

DEG!

Gue lupa!!!!

Ya Tuhan, gue ingetnya Lee Min Ho udah kelar wamil.

"Ayana, Tolong jelaskan!"

Byaarrr ...

Badan gue langsung kaku dan tegang. Pikiran gue nggak tahu ke mana. Gue sama sekali nggak tahu jawabannya dan shock-nya dia ternyata masih inget gue.

"Ayana!"

Gue tersadar, "Eh, ngg ... Itu, Pak ... Maaf, saya lu-pa," jawab gue pelan, takut, dan malu. Ya elo pikir aja deh, baru masuk kelas udah kelihatan begonya.

"Minggu depan, jika ada yang tidak paham dengan pembahasan semester sebelumnya, terpaksa saya kurangi nilainya," ucapnya tegas dan lantang. Menggema ke seisi ruangan sampai ke jantung gue yang bikin gue malu parah.

Pak Jiemi menyambar absen yang tergeletak di mejanya. Dia mengeluarkan pulpen dari saku bajunya lalu seperti mencoret sesuatu di sana. Tidak berapa lama dia melempar absennya ke mahasiswi di depannya.

"Paham semua?!" getaran suaranya lagi dengan mata yang berkeliling lalu mengunci menatap gue yang kelu.

Tak berapa lama dia menggeleng kepalanya seakan kecewa. Gue paham ekspresi itu karena selalu ditujukan setiap gue nggak bisa jawab. Pak Jiemi melanjutkan penjelasan mata kuliah sampai absen itu estafet ke arah gue. Gue buka absen itu dan benar-benar buat gue terkejut.

Nama gue ada di deretan pertama dengan lingkaran merah.

INI MAKSUDNYA APAA? APA GUE NGGAK AKAN LULUS LAGI DAN DAPET NILAI E GITU?

***

Keluar dari kampus dengan gontai sambil menunduk, karena menghindar jadi bahan pembicaraan yang buat gue makin drop sama pikiran gue sendiri, takut jika kehidupan gue akan gagal. Sampai menunggu TransJakarta datang, gue masih mikir maksud dari lingkaran merah di absen. Sumpah, gue malu kalau ternyata pikiran negatif ini sama seperti pikiran semua orang di kelas. Rasanya gue nyesel masuk kuliah Pak Jiemi kalau tahu gue diperlihatkan begonya. Tapi, kalau gue pikir lagi kayaknya lebih malu masuk pagi ketemu adik kelas apalagi junior ganjen karena kewibawaan gue sebagai senior bakalan hancur. Adik kelas itu banyak yang tahu gue, karena sebelumnya gue merupakan koordinator acara ospek dan ditambah nge-hits sebagai mantan pacar ketua BEM. Mantep? Bagi gue nggak!

Setelah gue masuk TransJakarta yang sudah mulai longgar itu, handphone gue bergetar tanda ada whatsapp masuk.

Malam.

Ini nomor Ayana bukan ya?

Gw Ricki ketua kelas perpajakan tadi.

Gue diam sejenak. Ini orang dapet dari mana nomor gue?

Oh iya ... gue lupa kalau di absen tadi harus nulis masing-masing no hape. Oke, baik lah.

Iya, ini gue.

Ada apa, Ki?

Tidak berapa lama whatsapp gue bergetar lagi. Ricki mengirimkan undangan grup whatsapp perpajakan.

Masuk grup ya, Na. Disuruh Pak Jiemi.

Sejenak gue mengerutkan dahi, bingung karena semester kemarin nggak ada grup seperti ini. Tapi yaudah lah, gue terima tautan itu. semoga dengan ini jalan gue lancar jaya karena dari grup WhatsApp jadi tahu mana yang kelihatan pintar agar segera mengakrabkan diri.

Malam semakin sepi, gue mengenakan headset dan memutar Podcast cerita malam tentang kehidupan yang harus dijalani. Kehidupan layaknya sebuah roda yang berputar, jika kita akan berhenti pasti roda tidak akan berputar dan stuck di situ saja. Namun, jika kita berusaha untuk mengendarai pastinya roda akan terus berputar sampai ke pemberhentian terakhir. Sama seperti kehidupan, jika kita memilih untuk tetap bertahan tanpa mengubah kondisi menjadi lebih baik, pasti tidak akan maju menjadi seperti apa yang kita inginkan.

Gue tertegun sejenak, sepertinya kehidupan yang gue jalani sekarang salah satu kerikil yang lagi dilewati dalam kehidupan gue untuk menuju kehidupan yang bahagia. Tuhan tau kapan waktu yang tepat, dan tugas gue sekarang harus bertahan sampai waktu itu tiba.

Ya ... Gue harus menyelesaikan mata kuliah dan skripsi gue ini. 

GUE VS BOSS DAN DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang