Ini cerita gue tentang dosen dan boss yang buat gue harus tarik napas berkali-kali. Mungkin sebagian orang akan mengira cerita gue ini beruntung bisa dekat dengan mereka, tapi buat gue yang menjalani semua itu gondok setengah mati. Malah gue bersyukur deh kalau kalian nggak dekat sama dosen dan bos yang super duper buat elo naik darah, emosi, dan kesal tapi tidak bisa mengeluarkan semua amarah lo ke orang yang dituju.
Bayangkan ... Hari-hari elo nggak jauh-jauh dari dua orang yang menyebalkan, hingga membuat kehidupan serasa diujung tanduk. Mau bunuh diri tapi masih takut dosa, bertahan tapi menyakitkan. Yah, seperti itulah kehidupan yang gue jalani sekarang.
Dan ... Inilah kisah cerita gue. Silakan dibaca dan dinikmati. Kalau jatuh cinta sama dosen atau bos, gue nggak mau tanggung jawab. Tapi, kalau elo jadi kesal sama dua pria itu, mari kita bergandeng tangan dan buat perkumpulan CeCeBa "Cewek-Cewek Basmi hamA."
***
"Lulus SMK lebih baik kuliah dulu, kalau langsung kerja gajinya nggak sesuai," komentar Ibu Rani dalam perkumpulan arisan nyokap di rumah.
"Bener tuh, Bu, kalau kuliah kan kerjanya langsung punya jabatan," sambung salah satu ibu yang nggak gue kenal.
"Jangan kayak anaknya Bu itu tuh, yang anaknya cuma kerja jadi —"
"Hush ... Udah-udah. Saran saya Ayana mending kuliah dulu aja, Bu Aida."
Nyokap langsung memandang gue penuh makna dan gue cuma mesem nggak jelas.
Dasar ibu-ibu kalau lagi arisan hebohnya melebihi demo. Memang ya, banyak orang bilang lebih baik setelah lulus SMK langsung kuliah saja, karena cari pekerjaan dengan lulusan SMK itu gajinya kecil. Tidak sampai UMR, katanya. Karena gue pada masa itu terlalu polos dan kurang paham cara menata masa depan, akhirnya gue ikut saran nyokap untuk kuliah perpajakan.
Pada tau Gayus Tambunan? Kalau enggak tau lebih baik searching dulu deh. Gara-gara pemberitaan Gayus itu, nyokap selalu minta pendapat dari teman-temannya andai kata kerja dibagian perpajakan banyak duitnya atau enggak. Dan semua banyak yang bilang jurusan perpajakan itu membuat hidup jadi makmur asal kerja yang benar jangan mencari jalur haram. Akhirnya setelah gue lulus dari SMK, nyokap daftar ke kampus dengan memberikan jaminan akan masuk Bea Cukai. Pokoknya kata nyokap begitu. Gue sih cuma iya, he-eh, sok atuh. Yang penting jadi anak kuliah, Cuy!
"PPh 21, PPh 23, Pasal 4 ayat 2 ... Arrgghh!" gue senewen sendiri.
"Tarik napas dulu, Na." Oly menepuk pundak gue yang daritadi bertahan mendengarkan keluh kesah di kamar untuk menemani gue submit mata kuliah malam ini. Malam yang jadi penentuan masa depan gue.
"Semakin gue jalanin ternyata bukan pilihan gue, Ly." gue tarik napas lagi sebentar sambil mencepol rambut lalu rebahan di samping Oly.
"Tapi nasi udah jadi bubur, Na. Tinggal satu mata kuliah lagi dan skripsian. Selesai deh."
"Iya sih. Tapi gue tuh berasa terjebak diantara pasal-pasal dan perhitungan yang bikin gue kesel sendiri. Darah daging gue sebagai penulis amatiran bergejolak dan menyalahkan diri gue sendiri kenapa lulus sekolah nggak minta untuk kuliah jurusan sastra," lanjut gue penuh penyesalan.
Kenapa sih penyesalan selalu ada di akhir setelah dijalani semuanya. Huft!
"Tapi hikmahnya elo bisa kenal gue, kan," Oly tersenyum sambil menyenggol bahu gue.
Gue mengacak-acak rambut Oly. Gemas. Sebagai sahabat! Gue masih normal, Cuy!
Karena gue memang tipe orang yang nggak mau nyerah gitu aja. So, gue harus berusaha sedikit lagi untuk terus mengejar ketinggalan nilai mata kuliah gue. Perpajakan Internasional.
Gara-gara mata kuliah itu gue harus menunda wisuda. Teman-teman gue udah ninggalin gue wisuda termasuk Oly. Sedangkan gue bisa apa?"Sialan emang Pak Jiemi!" rutuk gue berkali-kali tiap ingat kekesalan gue sama tuh Dosen.
"Masa cuma gue doang yang dapet nilai D? Apa-apaan sih! IPK gue juga nggak buruk banget!"
"Lagian, elo sering banget sih bikin dia murka."
Gue berpikir sebentar. "Kayaknya nggak sering deh."
Oly malah menoyor pala gue. "Lo lupa berapa kali izin ke toilet tapi nggak balik lagi? Tugas jarang lo kerjain, presentasi cuma mencetin laptop doang, dan waktu elo ketiduran di kelas pake alasan bintitan. Lo lupa, hah?!" Nada Oly meninggi di telinga gue. Gue yang mengingat itu malah cengar-cengir nggak jelas.
"Ternyata sebego itu ya gue," mengingat semua kejadian di kelas Pak Jiemi karena perlakuan gue, makin menyadarkan gue kalau pantas dapat nilai D.
"Sekarang elo cuma punya dua pilihan nih." lirik Oly serius.
"Apa?"
"Pilihan pertama, elo masuk kuliah pagi tapi ketemu dan sekelas sama junior aneh yang demen banget sama lo. Pilihan kedua, masuk kuliah malem tapi ketemu tuh dosen lagi. Pilih mana lo?"
"Ckck. Hidup gue sepertinya nggak jauh-jauh sama nasib apes ya."
"Terus elo pilih mana, Ayana!"
"Bentar-bentar. Gue tarik napas dulu sebelum rencana studi gue di submit."
"Elah, Tarik napas mulu!"
"Iya ... Bentar-bentar. Gue mau nonton drakor dulu."
"Ayana ... Please!"
Arghhh!!
Gue harus pilih yang mana? Sedangkan gue juga mau kuliah selesai dan wisuda.
"Yah, dari pada sekelas sama junior yang bikin gue nggak nyaman. Mau gimana lagi, jam malem cuma dia doang, kan." Gue mengacak rambut yang makin nggak beraturan karena seharian mikir mau kuliah jam malam atau pagi.
Pasrah. Akhirnya gue putuskan untuk masuk kuliah jam malam biar bisa sambil kerja. Lagi pula jam malam lebih banyak diisi sama orang-orang kerja.
"Ya Tuhan, kuatkan aku sampai akhir semester ini," dengan cepat dan nggak mau mikir lagi, gue langsung klik tombol add dan otomatis jadwal gue udah masuk ke sistem.
"Yuk bisa, yuk!" Oly menyemangati gue.
"Kuliah terakhir, yuk!" ucap gue dengan lantang.
"Eh ... Tapi kalau elo nggak lulus lagi matkul Pak Jiemi gimana, Na?" pertanyaan Oly buat gue merinding kelu membayangkan akan gagal lagi wisuda tahun ini.
"Lo mau buat gue mati mendadak, Ly? Setelah gue submit!"
Oly cengengesan melihat gue frustasi, sedangkan gue bukan merasakan frustasi lagi tapi udah benar-benar kalut.
"Mungkin ini takdir Tuhan, Na."
"Maksud lo?"
"Ya ... Siapa tahu aja elo sama Pak Jiemi berjodoh tapi lewat jalur gak lulus wisuda. Judul FTV-nya cintaku bertepuk sebelah dosen," Oly tertawa terbahak-bahak sedangkan gue yang mendengar itu kesal setengah mati.
Enak aja, takdir jodoh gue lewat jalur menyebalkan seperti itu.
"Amit-amit deh gue sama Pak Jiemi."
"Jangan gitu lo, Na. Nanti kena karma."
"Diiiihhhh ."
Gue langsung melemparkan bantal ke Oly. Dan akhirnya malam ini kamar gue berakhir seperti kapal pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUE VS BOSS DAN DOSEN
ChickLitIni cerita hidup gue tentang dosen dan boss gue yang sifatnya hampir sama. Sama-sama ketus, keras kepala dan nggak punya rasa kasihan. Mau lepas tapi gue butuh mereka berdua untuk kesuksesan hidup gue. Gimana dong???? (Belum ada Revisi)