4. Interview

37 7 0
                                    

Tidak seperti biasanya gue bangun pagi dengan penuh persiapan yang heboh untuk interview. Berbekal searching tips interview yang baik dan benar, akhirnya gue memantapkan hati dan percaya diri kalau gue pasti bisa diterima jadi admin, meski gue nggak tau pekerjaan admin di Nongu Rent seperti apa.

"Masa anak kuliah kerjanya jadi admin," ketus Mama yang lagi masak nasi goreng dengan tenaga ekstra sampai bunyi 'klontang-klonteng' tapi gue tau, itu bunyi menandakan kesal.

"Buat batu loncatan doang kok, Ma. Mama juga tau kalau Ayana kan nggak suka pajak."

Mama menoleh ke belakang menatap gue kesal, "Jawab aja terooooss ... Kalau kamu nggak suka sama pajak, yaudah kamu nikah kek sama temen kamu yang kerja di bagian pajak atau kalau perlu sama dosen kamu!"

Gue menelan saliva. Nikah? Jauh banget dari pikiran gue saat ini!

"Ya, jodoh nggak ada yang tau, Ma. Pokoknya Mama dukung Ayana ya."

Mama mematikan kompor dan meninggalkan dapur dengan langkah yang kesal.

Gue mengembuskan napas pasrah. Pokoknya gue harus membuktikan bahwa gue bisa sukses meski nggak kerja dibagian pajak.

Berbekal tanya tetangga yang suka bolak-balik Bekasi - Cikarang, nggak butuh waktu lama gue berangkat naik motor pergi ke terminal menuju kantor tersebut. Gue nggak berani naik motor langsung ke Cikarang karena masih buta jalan. Walaupun gue orang Bekasi tetap saja Cikarang masih asing buat gue.

Pukul 07.30 WIB, akhirnya sampai pada alamat yang dituju. Gue terdiam sejenak sambil memandang bangunan di depan gue. Sepi. Sepi banget malah. Bukannya kalau buka sesi wawancara ramai banyak orang yang dipanggil?

Apa jangan-jangan gue salah alamat?

Untungnya nggak berapa lama ada seorang bapak yang keluar mengenakan seragam Nongu Rent. Syukur gue nggak salah alamat.

"Misi, Pak. Ini benar PT. Nongu Rent ya?"

"Oh, iya, Mba. Mau wawancara ya?"

"Iya, Pak."

"Ayo, Mbak. Masuk sini."

Bapak itu mengajak gue masuk. Di dalam gue bertemu dua orang cowok yang sedang menyapu dan pel lantai tapi badannya pagi-pagi sudah dipenuhi oli. Gue diantar menuju lantai dua dan disuruh duduk. Bangunan ini hanya dua tingkat. Lantai dua sepertinya office karena di bawah tadi seperti tempat salon mobil. Nggak berapa lama gue disambut oleh Mbak yang masih muda mengenakan hijab. Gue jamin dia bernama Nandita yang kemarin telepon gue karena suaranya sama persis.

"Tunggu sebentar ya, Mbak. Bapak Deon belum datang."

"Oke, Mba."

Lalu gue ditinggal sendirian karena Mbak tadi dan Bapak yang mengantar gue sedang turun ke bawah. Mata gue berkeliling sebentar. Meja kantor ini hanya ada empat. tiga berjajar di sebelah kiri gue dan satu meja ada di sebelah kanan gue. Meja yang ada di kanan gue itu berhadapan sama salah satu meja di kiri gue, lalu salah satu meja yang berhadapan itu disekat seperti butuh privasi.

Gue yakin pasti Bu Nandita yang mengelola kantor dan duduk berhadapan dengan satu meja yang gue yakini itu meja Bos. Kalau gue diterima, pasti duduk di salah satu meja tiga atau empat.

Sepertinya nggak banyak karyawan yang kerja di sini mengingat mejanya sedikit. Berbekal searching kemarin kalau kantor ini merupakan cabang dari Nongu Rent, jadi sah-sah saja kalau karyawannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Sepuluh menit gue menunggu sendirian. Tak berapa lama suara deru sepatu yang melangkah dengan cepat semakin terdengar jelas hingga pintu terbuka dengan kencang.

GUE VS BOSS DAN DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang