01|Kembali Salah

2K 225 58
                                    

Gerhana up!
Ada yang kangen?

Happy reading Geranethic!♥

.
.
.

1. Kembali Salah

"Kenapa kamu biarin Sinar berantem?! Papa udah berkali-kali bilang ke kamu, jangan biarin Sinar kena masalah!" bentak Denta pada Gerhana.

Gerhana sedang bersimpuh dikaki Denta, punggungnya terdapat beberapa bekas cambukan. Selalu saja seperti ini, apapun hal yang diperbuat Sinar selalu saja dirinya yang mendapat imbalannya.

"Maaf, Pa. Geran bener-bener gak tau kalau Sinar punya masalah sama Bumi." Sinar tadi pulang dengan wajah yang babak belur, ia bertengkar dengan Bumi, salah satu teman sekelasnya. Hal itu membuat Denta murka, dan Gerhana yang harus menjadi sasaran kemarahan Denta.

"Kamu selalu saja lalai mengawasi Sinar! Papa sekolahin kamu di sana biar bisa jagain Sinar!" Urat leher dan tangan Denta menonjol, menandakan bahwa ia sedang menahan amarah. Walaupun, sebagian dari amarahnya sudah ia luapkan dengan mencabuki punggung Gerhana dengan ikat pinggang.

"Geran janji gak akan gitu lagi, Pa," balas Gerhana, ia tak berani menatap mata Denta.

Celetak!

Celetak!

Celetak!

Denta kembali mencambuk punggung Gerhana dengan ikat pinggangnya. Ia tak peduli dengan punggung Gerhana yang sudah di penuhi luka cambukan.

Sebenarnya Gerhana sangat marah dan kecewa kepada orang tuanya, kenapa mereka selalu pilih kasih? Kenapa selalu Sinar yang diprioritaskan? Bahkan saat Sinar melakukan kesalahan, kenapa selalu ia yang menjadi sasaran kemarahan Denta?

"Masuk ke kamar, kamu gak boleh keluar sebelum makan malam," ucap Denta.

Gerhana bangkit lalu meninggalkan Denta. Matanya memanas, bukan karena sakit dari cambukan tadi. Tapi, sakit yang Gerhana rasakan didapat dari ucapan dan yang melakukannya. Ia menghapus kasar air matanya.

.
.
.

"Den..."

Gerhana membuka matanya saat merasakan seseorang membelai rambutnya.

"Bi Minah..." Gerhana bangkit dari tidurnya sambil meringis.

"Aden makan ya, dari tadi siang perutnya kosong. Bibi masakin Aden nasi goreng." Bi Minah meletakkan nampan yang berisi nasi goreng, segelas susu.

"Ini jam berapa, Bi?" tanya Gerhana sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Jam setengah 9. Kalau Aden udah selesai makan, Aden mandi ya. Habis itu panggil Bibi, biar nanti lukanya Bibi obatin," ucap Bi Minah. Sebenarnya ia kasihan dengan Gerhana. Sejak kecil, ia tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Makasih, Bi," ucap Gerhana setelah menelan nasi yang ada dimulutnya.

Bi Minah menyentuh pipi Gerhana,  "Aden sabar ya. Suatu hari nanti, pasti semuanya akan berubah," ujar Bi Minah.

Gerhana menggenggam tangan Bi Minah, ia menatap Bi Minah dengan kasih sayang. Bagi Gerhana, Bi Minah seperti ibu keduanya.

GerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang