00|Gores Luka

6.2K 371 53
                                    

VOTE, COMMENT, SHARE:)

.
.
.

0. Gores Luka

"Mama, Papa, Sinar dapet peringkat dua," seru seorang anak laki-laki berusia 7 tahun itu kepada orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah.

"Wahh, anak Mama pinter banget sih." Disya Mahakarsa-Mama dari ganda putra mengelus surai rambut Sinar.

"Anak Papa juga ini." Denta Mahakarsa-Papa ganda putra mengangkat Sinar kepangkuannya.

Mereka bertiga tampak sangat bahagia, saling melempar candaan, saling menyayangi. Sempurna.

Seorang anak laki-laki yang juga berusia 7 tahun menatap orang tuanya dan kembarannya dengan tatapan sendu.

"Ma, Pa, Geran dapat juara umum lagi," ucapnya saat ia sudah duduk bergabung dengan orang tua dan kembarannya.

"Wah, pertahankan ya," ucap Disya singkat.

"Sinar, kamu mau hadiah apa dari Papa, hm?"

"Sinar mau robot mainan sama mobil-mobilan," jawab Sinar antusias.

"Oke, ayo kita pergi," kata Denta. Ia menggendong Sinar ke kamar untuk bersiap, Disya, ia menyusul suami dan putra sulungnya, meninggalkan Gerhana yang tersenyum getir melihat keharmonisan keluarganya tanpa menganggap kehadirannya.

"Lagi, lagi, dan lagi. Selalu seperti ini," gumam Gerhana sambil menatap map dan piagam yang ia dapatkan karena menjadi juara umum.

Gerhana memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Ia tersenyum getir saat melihat kamarnya yang begitu monoton. Kamar berwarna abu-abu itu hanya berisi buku-buku tebal. Tak ada foto keluarga di kamar itu, hanya ada lukisan dirinya yang sedang duduk sendiri dengan sendu.

Ketika anak berusia 7 tahun pada umumnya selalu tertawa dan bercanda bersama keluarga, Gerhana tidak. Ia sibuk berkutat pada bukunya, karena, tanpa dirinya pun keluarga mereka sudah bahagia.

"Geran!"

Gerhana langsung berlari keluar ketika mendengar teriakan dari Disya.

"Ada apa, Ma?"

"Mama, Papa, sama Sinar mau ke rumah Eyang. Kamu jaga rumah, jangan kelayapan," ucap Disya.

"Baik, Ma."

Gerhana menatap getir Mama, Papa dan kembarannya yang berada digendongan Papanya. Ia tak pernah dibelai, ia tak pernah di gendong, saat ia sakit Bi Minah-pembantu di rumahnya lah yang merawatnya. Tapi, saat Sinar sakit, Papanya rela tidak masuk kantor.

"Aku benci ini," ucap Gerhana pelan.

Bi Minah menatap sendu anak majikannya itu. Dari bayi, Bi Minah lah yang merawat Gerhana.

"Bibi berharap, Aden tetap sabar ya," gumam Bi Minah.

.
.
.

Kondisi makan malam saat ini berisi tentang celotehan Sinar. Yah, anak itu sedang bercerita tentang teman-teman di kelasnya. Denta dan Disya sesekali menanggapinya dengan kekehan atau anggukan. Sedangkan Gerhana, ia masih menikmati makanannya dengan khidmat.

"Ma, Pa, lusa guru bimbingan olimpiade Geran mau ketemu Mama sama Papa," kata Gerhana setelah menyelesaikan makan malamnya.

GerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang