04|Hukuman Untuk Gerhana

1.6K 197 81
                                    

GERHANA UPDATE LAGI!

Buat kalian jangan lupa voment and share ya:)

Aku gak maksa kalian buat voment, tergantung kaliannya sih mau voment atau gak.

04. Hukuman Untuk Gerhana

Celetak!

Celetak!

Celetak!

Seperti biasa. Seratus cambukan untuk satu kesalahan. Gerhana hanya bisa memejamkan matanya saat ikat pinggang itu menghantam tubuhnya. Meninggalkan luka fisik dan batin.

"Siapa suruh kamu mukulin Sinar sampai babak belur seperti itu, hah?! Dasar anak gak tau diri!"

Sudah Gerhana duga. Penyebabnya pasti masalah di sekolah tadi. Ia sudah tak kaget dengan hal ini.

Sesampainya di rumah tadi, Gerhana langsung di seret dan di hantam cambuk. Bahkan beberapa kali ia mendapat tamparan dari Denta.

"Saya sudah bilang, kalau kamu saya sekolahkan di situ untuk menjaga Sinar. Bukan melukainya!" bentak Denta. Ia benar-benar murka saat melihat Sinar pulang dengan keadaan babak belur, dan penyebabnya adalah Gerhana. Seseorang yang harusnya menjadi tameng Sinar.

"Ke-kenapa aku selalu sa-salah di mata, Papa?" tanya Gerhana lirih. Tangannya bertumpu pada meja agar ia bisa berdiri.

"Karena kamu memang salah!" jawab Denta tanpa menatap Gerhana.

"Bisa Papa kasih tau alasan kenapa selama ini aku di benci?"

Gerhana muak, ia benar-benar muak dengan dunia yang seakan mempermainkannya. Tak mengizinkannya untuk tertawa lepas seperti orang di luar sana.

"Saya benci kamu," ucap Denta yang langsung membuat Gerhana memejamkan mata. Sakit. Selama ini Gerhana hidup di lingkungan orang-orang yang membencinya.

Dulu masih ada Sinar yang melindunginya, membelanya saat mendapat amukan dari Denta, menghapus air matanya saat ia menangis, menghiburnya saar ia bersedih. Tapi itu dulu. Sinar kecil akan ikut menangis ketika melihat Gerhana di hukum oleh Denta. Tapi, Sinar yang sekarang justru senang melihat hal itu.

"Alasan Papa benci aku apa?" tanya Gerhana. Ia ingin tau apa penyebab dirinya di benci.

"Pembunuh."

Deg!

Satu kata yang keluar dari mulut Denta membuat dunia Gerhana seakan berhenti. Pembunuh? Apa maksudnya? Gerhana benar-benar tak mengerti.

"Ma-maksud Papa?"

Denta diam benerapa saat, memandang kosong kedepan. "Kembali ke kamar. Jangan keluar sampai besok pagi." Denta melangkahkan kakinya meninggalkan Gerhana.

Pembunuh?

Kata itu selalu berputar di pikiran Gerhana. Apa makna kata itu?

***

Gerhana selesai membersihkan badannya, kini ia sedang berdiri di depan cermin dalam keadaan telanjang dada. Tubuhnya di penuhi luka, begitu juga hatinya.

"Gak adil! Ini semua gak adil. Kenapa selalu aku yang salah, kenapa selalu aku yang terkena imbasnya," lirih Gerhana.

Ia menyentuh lengannya yang ada bekas luka. "Yang kemarin aja belum sembuh, ini udah ada lagi," kekeh Gerhana.

Gerhana berjalan ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya dengan tengkurap. Tentu saja, tak mungkinkan jika dia harus tidur dengan telentang. Perlahan matanya menutup, rasa kantuk membuatnya tak sanggup menahan matanya untuk tetap terbuka.

Bi Minah memasuki kamar Gerhana dengan membawa kotak P3K, ia melihat Gerhana sedang tertidur tanpa mengenakan baju. Hatinya teriris ketika melihat punggung Gerhana yang di penuhi luka. Bi Minah duduk di tepi ranjang, tangannya sibuk mengobati luka-luka Gerhana. Tanpa di sadari, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Bagaimana bisa Gerhana terlihat baik-baik saja setelah apa yang di lakukan kedua orang tuanya padanya?

"Bibi kenapa nangis?" Bi Minah mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap Gerhana yang tertanya sudah terbangun.

"Bibi ganggu Aden tidur ya?" tanya Bi Minah.

Gerhana duduk, kemudian ia mengusap air mata Bi Minah.

"Bibi kenapa nangis?" tanya Gerhana lagi.

Bi Minah menggeleng. "Bibi gak pa-pa kok, Den. Sini biar Bibi obatin lukanya," ucap Bi Minah lembut.

Gerhana meraih tangan Bi Minah, membawanya ke dada. "Apakah Bibi juga bisa sembuhin luka Geran yang ada di sini?" tanya Gerhana dengan tatapan melas.

Tak tau harus menjawab apa, Bi Minah membawa Gerhana ke pelukannya. "Geran capek Bi. Kenapa Geran gak pernah bahagia, apa salah Geran, Bi?" racau Gerhana, air matanya sudah meluncur bebas.

Bi Minah hanya diam mendengarkan segala keluh kesah Gerhana, karena ia sendiri tak tau harus berbuat apa.

"Geran capek, Geran pengen bahagia, Geran pengen di sayangi sama Mama dan Papa, kayak mereka sayang ke Sinar. Geran--Geran pengen bahagia." Gerhana mempererat pelukannya pada Bi Minah, hanya Bi Minah yang menyayanginya sepenuh hati.

"Geran capek, Bi. Geran pengen pulang," lirih Gerhana.

"Den Geran jangan ngomong gitu," tegur Bi Minah. Jelas ia paham apa yang di maksud pulang.

Bi Minah merasakan napas Gerhana yang teratur, sepertinya ia sudah tidur. Benar, Gerhana sudah tidur. Dengan perlahan Bi Minah merebahkan tubuh Gerhana, lalu menyelimutinya. Saat Bi Minah menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi kening Gerhana, ia terkejut karena suhu badan Gerhana panas.

"Ya Allah ini panas banget," ucap Bi Minah sambil mengecek suhu badan Gerhana.

Dengan cekatan ia mengambil baskom berisi air dan handuk kecil untuk mengompres Gerhana.

"Cepet sembuh ya, Den," ucap Bi Minah setelah selesai mengompres Gerhana. Kemudian ia keluar, membiarkan Gerhana terlelap.

____________________________________

GIMANA PART INI?

DIKIT YA?

LAGI MINIM IDE BANGET, MAKANYA UPDATENYA LAMA.

PART SELANJUTNYA AKU USAHAIN BANYAK DEH, BIAR KALIAN PUAS BACANYA:)

KALAU GERHANA UDAH PART 20 DAN CRAZY CLASS PART 10, AKU BAKAL PUBLISH CERITA BARU:)

AYO DONG KASIH VOMENTNYA, BIAR AKU MAKIN SEMANGAT!

GerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang