Warning: word vomit dan an awful lot of dialogues.
a.n The journey of writing this chapter has a lot to do with me dealing with my own issues, so I do not expect you too to make it to the end of this chapter if you don't feel like it—and I'm totally okay with it.
Feel free to tell me whatever thoughts you have regarding this chapter—if you have any.
Enjoy.
"Kau mendapatkan tidur yang cukup akhir-akhir ini?""Lebih baik dari beberapa bulan yang lalu."
"Dan itu masih dibantu oleh pil yang Unnie resepkan? Atau tidak?"
"Kadang-kadang saja, tapi aku lebih sering tertidur tanpa mengonsumsinya."
"Ah, begitu. Unnie senang mendengarnya. Oh ya, Unnie lihat di instagram-mu, kau kembali melakukan pilates, Yerim? Seberapa sering kau latihan, Sayang?"
"Untuk saat ini seminggu sekali saja, Unnie. Unnie tahu, pilates kadang melelahkan, tetapi aku harus akui pilates membuatku fokus dan bugar."
"Lanjutkan jika kau merasa membutuhkannya, meskipun harus Unnie katakan jika kembali melakukan pilates benar-benar bagus untukmu. Ngomong-ngomong, Yerim, kau pergi ke sana sendirian?"
"Tidak. Chaeyoung dan Nayeon Unnie datang bersamaku."
"Twice?"
"Yup."
"Kau sering menghabiskan waktu bersama mereka?"
"Aku inginnya begitu, tapi jadwal kami padat dan waktu kosong kami seringnya tidak sama. Untuk saat ini kami bertemu di tengah jadwal yang memungkinkan saja."
"Bagaimana perasaanmu setelah menghabiskan waktu bersama mereka?"
"Menyenangkan. Unnie benar—aku memang menyukai kesendirian, tetapi bertemu dengan teman ternyata tidak buruk juga. Setidaknya aku tidak merasa kesepian meski itu hanya sebentar."
Nama pasien : Kim Yerim
Umur : 23 Tahun
Waktu Konseling : Sabtu, 15 Oktober 2022—————————
"Oppa?" ruangan luas itu terasa seperti ditutupi oleh kabut tebal saking beratnya deru napas yang dikeluarkan oleh pria di sebelahnya. "Kenapa?" Yerim bertanya dengan suara lirih.
Pria itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Tak kunjung mendapat jawaban, tubuh Yerim secara otomatis bergerak merangkak untuk mengumpulkan pil-pil yang berserakan di lantai, namun baru saja menggengam pilnya yang pertama, Yerim terpaksa berhenti karena pergelangan tangan kanannya kembali dicengkeram dengan kuat oleh orang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Ashes || Kim Yerim
Fanfiction[SELESAI] ❝Yeri never expected Junmyeon to kill himself. Yet she supposes she should have.❞ The aftermath of The Guardian (written in Bahasa Indonesia) Ashes © Jeybenedict, 2020