iv. self-portrait

927 133 12
                                    

It's kind of funny when I realised that I've made Yerim's coping mechanism to be somehow quite the opposite of Junmyeon's.

And I also feel like I need to add disclaimers here: the opinions of these characters do not reflect my own. They go with the characterizations for the purpose of this story. Moreover, I am no psychiatrist hence the use of certain psychotic conditions in this story is limited to the knowledge I came up with from literature review on Google. You are more than welcome to correct me if I write something wrongpsychology-wise.

This chapter is way too long for my own liking, but I can't help it. Take a break if you feel overwhelmed reading it.

Enjoy.

"Apa ada seseorang yang kau rasa sungguh mengerti dan dekat denganmu akhir-akhir ini? Maksud Unnie, selain Soojung Unnie-mu, tentu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ada seseorang yang kau rasa sungguh mengerti dan dekat denganmu akhir-akhir ini? Maksud Unnie, selain Soojung Unnie-mu, tentu saja."

"Hmm, ada. Seseorang."

"Apa ini ada hubungannya dengan yang kau katakan pada Unnie sebelumnya bahwa kau bertemu seseorang akhir-akhir ini?"

"Benar. Unnie, aku tahu terlalu awal untuk mengatakan ini, tapi dia tampak seperti pria yang baik."

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya, Sayang?"

"Hmm, kami bertemu di Dignity bulan Mei lalu."

"Kau datang bersama Yonghwa?"

"Tidak. Malam itu aku datang sendirian dan minum banyak sekali. Dia menghampiriku di lantai dansa lalu kami menghabiskan malam bersama. Aku kira itu hanya bertahan satu malam karena aku langsung keluar dari kamar paginya, tapi beberapa hari setelahnya aku menerima pesan dari nomor tak dikenal yang menanyakan apa aku mengingatnya. Ternyata itu dia."

"Kau tahu darimana dia mendapatkan nomormu? Yerim Sayang, kau harus berhati-hati. Kau seringkali tidak bisa tidur karena sasaeng yang mengganggumu setiap malam."

"Aku tahu apa yang kulakukan, Unnie. Aku mencari namanya di Naver dan banyak artikel bermunculan tentangnya. Kami juga sudah beberapa kali bertemu.  Unnie tidak perlu khawatir."

"Ah, begitu, Unnie mengerti. Tapi, ngomong-ngomong, jika Unnie boleh tahu, bagaimana perasaanmu sekarang? Maksud Unnie, berada di dalam suatu hubungan yang bisa dibilang romantis."

"Apa kami bisa dibilang berhubungan romantis jika dia tidak pernah memintaku untuk menjadi kekasihnya?"

"Kau keberatan dengan hal itu?"

"Tidak juga. Dari awal kami hanya bersenang-senang. Dia tidak pernah mempertanyakan keputusanku untuk merokok ataupun minum hingga tak sadarkan diri jika aku berkunjung ke apartemennya."

"Oke, Unnie anggap kau masih belum bisa melepaskan kebiasaanmu yang itu, tapi kau harus pelan-pelan menguranginya demi kesehatan. Sekarang, apa kau merasa aman ketika bersamanya?"

[✔] Ashes || Kim YerimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang