"Unnie dengar lagu baru kalian menduduki berbagai tangga lagu minggu ini? Kau sudah bekerja keras, Yerim, Unnie senang melihat pencapaianmu."
"Hmm terima kasih?"
"Ada apa? Kau tidak terlihat bahagia. Apa yang mengganggu pikiranmu? Atau ada hal yang ingin kau diskusikan dengan Unnie?"
"Unnie tahu ini sudah memasuki bulan apa, kan?"
"Ah ya, Unnie tahu, Sayang. Kau mau membicarakannya?"
"Entahlah. Selalu saja seperti ini di tiap tahunnya. Aku lelah dan tidak tahu apa tahun ini aku akan berkunjung ke sana atau tidak."
"Kau mau memberitahu Unnie mengapa?"
"Unnie janji kan, tidak akan bosa mendengar ceritaku?"
"Yerim."
"Fine.... Akhir-akhir ini, mimpi buruk itu lebih sering datang, membuatku takut untuk memejamkan mata. Aku sudah tidak tidur selama dua hari. Unnie, apalagi yang harus kulakukan? Aku tahu Junmyeon Oppa tidak akan senang jika dia melihatku terus menerus seperti ini. Aku selalu mengecewakan orang-orang. Mereka berharap aku baik-baik saja, padahal kepalaku rasanya ingin pecah. Senyum Junmyeon Oppa malam itu terus terbayang di kepalaku, dan dadaku selalu terasa sempit, Unnie."
"Yerim, tidak apa-apa. Jangan tahan tangismu."
"Aku benci diriku sendiri yang seperti ini. Seperti anak kecil saja."
"Iya, Unnie paham. Sangat paham. Sekarang coba tanyakan pada bagian dirimu yang terluka, 'apa yang kau lakukan yang membuatmu membenci dirimu sendiri?'"
"Ak-aku..."
"Kau merasa bersalah, Sayang? Sampai sekarang?"
"Apa itu terlalu jelas, Unnie? Aku merasa bersalah—sangat bersalah. Aku membenci diriku karena jika malam itu aku lebih jeli dengan tanda-tanda yang ditunjukkan Junmyeon Oppa, mungkin aku bisa mencegahnya. Tetapi jika iya, bagaimana caranya? Kadang aku berpikir, seberapa besar sakit yang Oppa rasakan hingga dia berpikir untuk merahasiakannya sendiri dan tidak mau berbagi denganku? Aku adik yang sangat tidak berguna, ya."
"Yerim, kau tahu itu bukan salahmu atau salah siapapun, bukan? Kita sudah membicarakan ini sebelumnya, dan sudah Unnie katakan, ketika orang-orang memilih mengakhiri hidup mereka, mereka tidak ingin benar-benar pergi. Mereka hanya ingin rasa sakit yang mereka rasakan hilang. Ini bukan salah siapa-siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Ashes || Kim Yerim
Fanfic[SELESAI] ❝Yeri never expected Junmyeon to kill himself. Yet she supposes she should have.❞ The aftermath of The Guardian (written in Bahasa Indonesia) Ashes © Jeybenedict, 2020