Ingatan Masa Lalu

1.9K 223 65
                                    

Happy reading 😁
&
Don't forget to vote n comment! 😉

----------

Lia menjalani hari seperti biasa, meski badannya masih terasa sakit terutama di bagian punggungnya. Namun, ia tak mau jika sampai tak masuk sekolah.

Pagi-pagi, Lia menaiki angkot yang menuju sekolahnya. Di dalam angkot yang masih lenggang itu, dirinya duduk di kursi samping kemudi dan menatap keluar jendela angkot sambil memikirkan kejadian perundungan yang dialaminya kemarin.

Dulu waktu Lia masih kelas sepuluh, dirinya pernah di-bully oleh Fiona dan teman-temannya dengan kasar--sama seperti kejadian kemarin. Ia diperlakukan seperti itu karena Fiona mengira, dulu Lia menjilat guru pelatih dance di sekolahnya. Fiona seolah menuduh tanpa dasar mengenai Lia yang bisa ikut bergabung dalam guest star acara sekolah sebelah. Lalu membuat sepupu Fiona tak bisa ikut bergabung karena Aprilia. Padahal, bila diukur dari segi kemampuan, Lia lebih mampu daripada Fanny--sepupunya Fiona. Itu juga terbukti dari penilaian objektif dari pelatih ekskul dance sendiri.

Lia masih mengingat perkataan salah satu teman Fiona,
"Udah lah.. Ga usah deketin Galih! Lo kalo udah jadi bitchnya si Erick, ya lanjutin aja dong. Atau engga ya lo lanjut sama Vino sana, tapi masa iya Vino mau sama elo."

"Apa maksudnya? Bitch? Kak Erick?"

Tiba-tiba ingatan tentang kejadian tiga tahun yang lalu berputar kembali di otaknya, waktu itu ketika dirinya masih satu sekolah SMP dengan kaka kelasnya yang bernama Erick.
Tangannya meremas rok sekolah yang dipakainya, ketika mengingat hal yang menyesakkan itu.

*~*

Tiga bulan berlalu. Akhir-akhir ini, para murid kelas dua belas selalu di sibukkan dengan persiapan ujian nasional. Bahkan minggu depan UN akan segera dilaksanakan.

"Njir. Kok gue makin banyak belajar, makin pusing sih," rutuk Ozi di dalam kelas.

"Ya kagak usah belajar aja, sih, Zi! Ribet bener," sahut Doni sekenanya.

"Lo kurang, ya, vitaminnya, Zi? gue ada." Rangga terbahak sendiri setelah mengatakan itu ke Ozi.

"Ck, cewe mulu!" gerutu Bryan yang masih bisa didengar teman-temannya.

Ini memang waktu istirahat, tapi lima sekawan itu memilih stay di dalam kelas. Untuk jajanan mereka sendiri, Doni menyuruh adik kelas yang sudah akrab dengan dirinya untuk membeli makanan ringan di kantin. Tentu saja bukan untuk dimakan oleh Doni sendiri, melainkan untuk asupan sahabat-sahabatnya juga. Terbukti mereka berceloteh ria dengan makanan yang masih di dalam mulut. Sedikit tak ada akhlak memang.

"Eh Bros, gue mau ngomong sama kalian."
Ke-empat sekawan itu menoleh ke temannya yang seperti meminta perhatian.

Rangga berbicara seperti menginterupsi. Membuat Vino, Bryan, Ozi dan Doni memerhatikan Rangga dan menunggu apa yang ingin dikatakan temannya.
Lama mereka menunggu dan yang ditunggu hanya menyengir selama beberapa detik.

Vino membuka suara, "Kalau gak ada yang mau diomongin, ya gak usah bilang, Ngga."

"Hehhe, ntar aja deh gue ngomongnya ke kalian kalau udah selesai UN," jawab Rangga.

"Kampret lo Ngga. Udah nungguin gue, lo mau ngomong apaan dah emang? Ga nunggu kita-kita pada punya anak sekalian gitu?!" Kesal Bryan dengan kelakuan teman satunya itu.

"Si Rangga keknya mau nikah deh Bros kalau udah lulus," sahut Ozi.

"Ya itu emang pasti lah, emang lo mau kalo sampe temen lo itu melajang seumur hidup?! Dia 'kan kaga betah juga hidup tanpa cewek," Doni berbicara sambil menyonyor teman yang dia rasa sedikit bego itu.

Hurt of April (Terbit + PO Novel Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang