Perpisahan Sekolah

1.6K 137 80
                                    

Di part ini bakalan ketemu The Bros terus ya! Jangan bosen guys sama celotehan mereka hihhi :D Takutnya entar ga bakal ketemu sama mereka lagi. 🙊

*

Happy reading 😁
&
Don't forget to vote n comment! 😉

----------

The bros melihat gadis yang melewati mereka dengan senyuman yang merekah di bibir gadis itu, salah satu dari The bros memandang gadis tersebut intens, lalu berkata, "cantik."

"Eh neng Lia, bisa kesini ga?" tanya Ozi.

Anak ini kalau ketemu cewek bening pasti berasa 'tak tahan!
Untuk menggoda maksudnya.

Namun, tak berniat menggoda gadis itu. Ozi justru membuka tas kecilnya yang di dalamnya berisi kamera DSLR yang sempat diberikan oleh orang tuanya sebelum pulang dari acara.

"Boleh minta tolong fotoin kita-kita Lia?"

Belum sempat Lia menjawab, Ozi sudah dengan cepat menyerahkan kameranya. Cowok itu menyuruh The Bros mengatur pose yang bagus.
Setelah beberapa jepretan, Lia menyerahkan kamera itu ke empunya.

"Makasih ya."

Kali ini yang berucap adalah Bryan, Bryan merasa kesal terhadap spesies temannya yang satu itu.
Siapa lagi kalau bukan si Ozi. Dia meminta tolong orang lain, dan sudah di tolong tapi tak berterima kasih malah main ambil kamera saja, dan...
Asik sendiri dengan melihat-lihat hasil potretan.
Dasar Ozi 'congok', pikirnya.

Akhirnya Bryan-lah yang berucap terima kasih untuk mewakili teman-temannya kepada Lia yang telah memotret mereka.

"Iya, Kak. Sama-sama. Aku pamit dulu, ya, mau ke sanggar tari."
Lia berucap sambil tersenyum.

Belum selangkah penuh, lebih tepatnya Lia yang baru memutar badan dan ingin melangkah. Bryan sudah mencekal tangan Lia dan membuatnya menghentikan keinginannya untuk melangkah pergi. Lia pun menoleh dengan berekspresi bingung.

"Kamu besok lusa ikut tampil di acara perpisahan kedua?" tanya Bryan.

"Iya, Kak. Aku ikut. Soalnya group dance tampil. Kenapa, Kak?"

"Habis kamu tampil dance, keluar bentar ya sama aku?!"

Apa ini ajakan? Lagi? Kenapa?
Rentetan pertanyaan itulah yang mengisi otak Aprilia saat ini.

Lia yang ditanya, bukan, lebih tepatnya dajak seperti itu hanya bisa diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Lagi-lagi dia dibuat bingung oleh sikap Bryan yang tiba-tiba mengajaknya keluar dan acara itu di waktu malam. Apa maksudnya?

Lia memikirkan jawaban sembari melihat teman-teman Bryan. Ketiga cowok itu sedang menatap satu sama lain. Heran, pikir Lia.
Lalu matanya beralih melihat lelaki yang sedang bersender punggung di tiang lapangan.
Alvino menatap dirinya dengan tatapan dan raut muka yang datar.

Melihat Vino, membuat Lia sedikit gugup dan merasa tak enak. Tentu saja alasannya karena beberapa waktu yang lalu. Ia dan Bryan tepergok jalan bersama. Lalu sekarang, Bryan dengan terang-terangan mengajaknya keluar di depan teman gengnya yang jelas-jelas di situ ada Vino juga.

Hurt of April (Terbit + PO Novel Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang