Niat untuk Mengungkapkan Sesuatu

1.4K 109 101
                                    

Happy reading 😁
&
Don't forget to vote n comment! 😉

----------

Hal yang membuatku begitu merasa kecewa adalah, apa yang aku takutkan menjadi sebuah kenyataan.
Namun, aku tetap tak boleh mencela takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
-Aprilia-

*

Hari ini adalah hari ketiga diadakannya class meeting di sekolah SMA Nusa Bangsa.
Lia hanya duduk di samping lapangan sambil melihat pertandingan bulu tangkis yang dimainkan oleh temannya melawan kelas sebelah.

Lia berpikir beruntung saja ia tak ikut sebagai perwakilan kelas untuk olah raga maupun pentas seni, tak membayangkan jika ia melompat-lompat seperti pemain bulu tangkis dan bergerak cepat seperti penari tradisional juga dancer, mau jadi apa dirinya saat ini. Mungkin makhluk di dalam perutnya akan merasa kesakitan pula karena aktivitasnya.
Iya! Aprilia positif hamil, dirinya tahu ketika melakukan tes sendiri dengan testpack yang dibelinya dua hari yang lalu.

Flashback on:

Lia merasa aneh dengan dirinya, tak seperti biasanya ... Ia merasa sering pusing, dan mudah lelah, bahkan terkadang ia mengalami mual pada pagi atau malam hari. Dirinya takut jika apa yang ada di pikirannya akhir-akhir ini akan benar-benar terjadi.

Saat ini Lia berada di depan apotek besar yang terletak di tengah kota.
Ia sengaja memilih apotek yang jauh dari rumah dan sekolahnya, sekaligus jauh pula dari tempat kerjanya agar tak ada yang mengenalinya. Dirinya ingin membeli sesuatu untuk membuktikan kekhawatirannya.

"Saya beli tiga ya kak," ucap Lia.
Perempuan yang dipanggil kak itu berbisik ke teman kerjanya lalu mengambil dan menyerahkan sesuatu yang ingin dibeli oleh Lia.

"Makasih kak, ini uangnya." Lia buru-buru pergi meninggalkan apotek setelah membeli sesuatu yang dia perlukan, lebih tepatnya untuk segera pergi dari para penjaga di apotek itu. Meskipun mereka tak mengenal Lia, dirinya tahu setelah ini ia akan menjadi bahan gosip penjaga apotek yang terlihat seperti ibu-ibu tukang rumpi yang cerewet.

Lia hanya mengenakan seragam sekolah dan menutupinya dengan hoodie panjang miliknya, namun tetap saja rok seragamnya masih bisa terlihat dari luar.
Mungkin karena itu, petugas apotek tadi melihatnya aneh. Pasti Lia dikira yang bukan-bukan sama mereka, biarlah ... toh, orang-orang tak tahu kebenaraannya, lagi pula tak ada yang benar-benar mengenal dia.

BRAK

Kantong plastik yang dipegang Lia tiba-tiba jatuh dan membuat isinya berserakan di tanah.
Lia dengan cepat mengambil barang itu, namun kurang satu lagi yang tertinggal.

"Ini nak, hati-hati ya kalau jalan," tutur Ibu-ibu yang terlihat seumuran dengan almarhumah ibu Lia. Namun, penampilannya menunjukkan kalau wanita paruh baya yang baru saja bertabrakan dengan dirinya itu orang dari kelas atas.

Lia seperti familier dengan wanita di depannya, ia segera membalas ucapan wanita itu.
"Iya bu, makasih. Permisi."
Lia segera mengambil barang yang diberikan oleh wanita itu kepadanya dan melenggang pergi setelah berucap.

Wanita itu diam di tempatnya berdiri, dan melihat Lia yang menjauh dari dirinya. Lia sadar, pasti wanita paruh baya itu berpikiran aneh tentangnya. Sudahlah ... Lebih baik ia segera pulang lalu mengecek hasilnya.

Flashback off.

Lia masih terpikirkan mengenai wanita yang seumuran almarhumah ibunya di depan apotek.
Wajahnya tak asing, mirip dengan kepala sekolahnya, bu Delima. Namun, suaranya berbeda. Tentu saja bu Delima suaranya lebi berat yang terkesan sangat tegas, tapi wanita itu...

Hurt of April (Terbit + PO Novel Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang