Bonus Chapter

1.7K 238 56
                                    

“Sumpah, aku tidak menyangka jika mimpimu itu akan setragis itu. Kau sungguh tega, masa aku harus meninggal dengan cara seperti itu. Terlalu cheesy,” Komentar Hayley sambil tertawa dengan kencang. Saat tadi ku ceritakan tentang mimpi yang sangat membuatku terganggu itu.

Hayley menyuapkan beberapa potongan kue ulangtahunku ke dalam mulutnya. Kue yang tadi di bawa Hayley, ternyata dibuat olehnya sendiri. Aku tidak menyangka ia bisa membuat kue seperti itu. Walaupun aku percaya itu ada campur tangan ibunya.

“Tapi mimpimu itu sungguh sangat lucu.” Akunya sambil menerawang ke langit-langit. Kami memang sedang duduk di rumput taman rumahku. “Aku tidak menyangka kau menangisiku sampai seperti itu. Kau itu sangat sweet, kau tahu?” Katanya sambil mencubit kedua pipiku.

Aku meringis kesakitan. “Enyahkan tangan menyebalkanmu itu dari wajahku.” Umpatku sambil mencoba untuk melepaskan tangan Hayley dari pipiku. Hayley terkekeh pelan sambil merebahkan badannya di rumput.

Gadis itu memandang langit-langit. Melihat itu aku mengikuti apa yang ia lakukan, aku mulai merebahkan badanku di sampingnya.

“Um, Hayley,” Panggilku, dia menoleh kearahku sambil menaikkan sebelah alisnya. “Aku ingin bilang terima kasih karena kau mau membuatkan kejutan ini untukku.” Kataku tulus yang membuatnya ikut tersebut.

It’s okay. Itukan gunanya teman?” Tanyanya sambil memalingkan pandangan kearah lain. Aku tersenyum kecut mendengarnya. Apakah dia hanya menganggapku sebatas teman? Jika ia itu sangat menyakitkan.

Ku kira terkena Friendzone itu tidak seburuk yang orang lain rasakan. Tapi ternyata rasanya lebih nyeri ketika kau mendengar penuturan itu dari orang yang kau cintai.

“Um, Iya, kau benar. Itulah gunanya teman.” Lirihku.

Terjadi keheningkan yang cukup lama. Tak ada yang ingin memulai berbicara lebih dulu. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk angkat bicara lebih dulu.

“Luke, aku ingin tanya, apa mimpimu itu semuanya benar yang kau rasakan?” Tanyanya tiba-tiba. Aku sedikit bingung dengan pertanyaannya malah mengangguk kaku.

“Hmm, Iya, kenapa memangnya?”

Hayley menatapku jahil. “Berarti yang pas kau menyatakan perasaanmu itu sungguhan, kan?” Tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya.

Aku berdecak kesal. Sialan, tahu begitu aku tidak usah mengangguk tadi. Lagipula salahku juga menceritakan mimpi itu secara keseluruhan.

Aku menggeleng cepat. “Um, tidak! Siapa yang bilang? Maksudku hanya bagian itu saja yang tidak sungguhan. Mana mungkin aku suka dengan—“ Belum selesai perkataanku tapi mataku langsung melihat kalau mimik wajahnya berubah saat aku berkata seperti itu.

What happen with her? Apa ada yang salah dengan perkataanku tadi?

“Oh, jadi itu tidak sungguhan? Aku kira itu sungguhan,” Lirihnya sambil tersenyum pahit. Ada rasa bersalah di dalam diriku setelah melihatnya seperti itu.

Aku menghela nafas berkali-kali. “Hayley, ada sesuatu yang ingin kuberitahu.” Ia menaikkan sebelah alisnya penasaran.

“Um, sebenarnya apa yang tadi kukatakan itu salah.” Aku menggigit bibir bawahku. “Jadi begini, semua yang aku ceritakan kepadamu itu, semua itu benar adanya.” Lanjutku. Hayley tampak terkejut mendengar perkataanku.

“Jangan bilang kalau kau itu—“

“Iya,” Potongku cepat. “I’m in love with you, Hayley. You make me happy in a way no one else can. Kau tahu? Jauh sebelum aku menggenalmu, aku tidak percaya apa artinya cinta. I think it was weird and just a bullshit. And then I met you. I don’t wanna think about you everyday. But it just happens.”

Hayley menutup mulutnya tak percaya. “Luke,” Lirihnya tapi aku mengabaikannya.

I love you not only for who you are, but for who I am when I am with you.” Aku tersenyum lalu mengambil kedua tangannya. “Hayley, would you be mine, please?” Tanyaku dengan wajah berbinar. Aku bisa melihat kalau tubuhnya menegang.

Tapi apa yang kubayangan ternyata salah. Hayley melepaskan genggaman tanganku dari tangannya. Aku menatapnya kecewa. Oh god, jangan bilang kalau dia..

“Maaf, Luke, tapi aku tidak bisa.” Jawabnya sambil memalingakan wajah kearah lain.

Shit! Dugaanku benar, ternyata kejadian yang ada di mimpi dengan yang ada di dunia nyata sama saja. Ini sangat membuatku sakit.

“Kau tidak serius, bukan?” Tanyaku dengan hati-hati.

“Um, memang tidak.” Katanya sambil tertawa kencang. “Bukankah itu yang aku bilang di dalam mimpimu itukan?” Tanyanya dengan nada meledek.

Aku menatapnya bingung. “Jadi, apa jawabanmu?” Tanyaku tidak sabaran.

“Sini, akan kubisikkan kau sesuatu.” Suruhnya, aku yang masih tampak bingung tetap mengikuti apa yang dia suruh. Pada saat wajahku mendekat kearahnya, ada sesuatu yang terjadi.

She kiss me on my cheeks. “I would, babe.” She said.

Lalu ia berlari pergi meninggalkanku yang masih diam tidak bergerak. Mencoba untuk mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi. Tetapi beberapa detik kemudian, aku tersenyum senang.

“Dasar perempuan menyebalkan.” Umpatku lalu pergi mengejarnya ke dalam rumah.

***

a/n: ini buat kalian yang minta gue buat bikin bonus chapternya hihi semoga ada yang suka ya! ohiya gue mau bilang makasih banget ya buat kalian yang udah mau baca cerita abal gue ini yang gejelas apaan hahaha makasih banget bangetan<33 diisi ya! pengen tau aku apa kesan kalian terhadap cerita ini hihihi

1. menurut kalian bagaimana cerita ini? jelek, alay, gaketebak or anything

2. first impersonate buat aku dongsist;3

gimme a vomments ya guys! thanks xx

20 Minutes ➸ HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang