1 Minutes

3.4K 355 55
                                    

***

Suara detak jantung dari sebuah monitor yang terdapat di sudut ruangan menggema. Terdapat seorang perempuan sedang berbaring di tempat tidur. Wajah perempuan tersebut tampak lebih pucat dari pada biasanya. Rambut curly milik gadis tersebut tertata rapi menjulai ke belakang. Senyum yang biasanya terukir di bibir manisnya tampak memudar.

Angin berhembus dari celah jendela yang sedikit terbuka. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore, dengan cuaca yang sedikit mendung. Membuat suasana tampak mendukung dengan keadaan sang pasien yang tak kunjung bangun dari komanya.

Sudah lebih dari dua minggu, Hayley terbaring lemah di rumah sakit. Badannya terlihat lebih kurus dari sebelum nya. Tetapi kecantikkan dari wajah Hayley tak pernah pudar, itulah yang ada di pikiran laki-laki yang sedang memandang wajah Hayley nanar.

Laki-laki pirang yang selalu bersama dengan Hayley, dia adalah Luke. Sahabat Hayley sejak mereka menginjakkan kaki di sekolah dasar. Mereka terlalu dekat, bahkan keluarga mereka sudah menganggap mereka sebagai anak nya sendiri.

Gadis yang selalu membuat masalah, ceroboh, terlalu hiperaktif—bahkan ia tak sanggup jika di suruh untuk duduk selama satu jam—dan juga cerewet. Sekarang malah terbaring lemah tak berdaya, di tempat tidur. Membuat Luke tak tahan melihatnya.

Luke menggenggam tangan Hayley erat. Berharap apa yang ia perbuat akan membuat Hayley terbangun dari tidur nya. Luke menyelipkan beberapa helai rambut Hayley ke belakang telinga, sambil tersenyum tipis.

Ia masih mengingat bagaimana wajah Hayley yang akan memerah seperti tomat, jika Luke menyelipkan helai rambut Hayley. Menurutnya, perempuan itu akan terlihat lucu jika mereka sedang blushing. Luke terkekeh pelan mengingat nya.

Ia masih mengingat bagaimana keadaan jantungnya saat tangannya tak sengaja menyentuk kulit pucat Hayley. Seperti ada kupu-kupu yang terbang di dalam perut nya—bahkan jika dipikirkan itu terlihat seperti sebuah taman—dan sengatan listrik yang tiba-tiba datang dengan cepat.

Ia masih mengingat bagaimana marah nya Hayley saat Luke dengan sengaja mengacak-acak rambutnya yang sudah di tata nya rapi. Wajahnya akan memerah karena menahan amarah. Lalu setelah itu Luke pasti akan mengcubit pipi Hayley dengan gemas.

Ia masih mengingat bagaimana kacaunya Hayley saat kucing kesayangannya sakit dan mengharuskannya untuk di titipkan di sebuah petshop. Bahkan, Hayley tak hentinya untuk mengungkapkan bagaimana ia merasa bersalah atas sakit yang di derita kucing kesayangannya itu. Sampai mau tak mau Luke harus meluangkan waktu tidurnya, demi mendengarkan setiap penuturan yang gadis itu berikan.

Ia masih mengingat—cukup banyak kata ‘ia masih mengingat’ yang tak akan ada habisnya jika di ceritakan. Terlalu banyak memori yang sudah mereka buat dan itu membuat Luke semakin rindu dengan kehadiran Hayley yang sering kali membuat kacau keadaan.

Luke selalu tahu bagaimana sifat keras kepalanya yang sering kali membuat orang lain jengkel. Begitu pula dengan sifat kecerobohannya yang selalu membuat Luke tak hentinya menasehati Hayley.

Tetapi bagi Luke karena sifat itulah yang membuatnya selalu merindukan kehadiran Hayley di kehidupannya.

Wake up, Hayley.” Lirih Luke entah untuk yang keberapa kalinya. Sudah dua minggu ini, dan hanya kata-kata itulah yang terucap dari bibir Luke.

Hayley tak bergeming sama sekali. Itu membuat Luke menghela nafas frustasi. Ia sudah tak sanggup untuk melihat keadaan Hayley yang semakin lama semakin memburuk.

Pandangan Luke teralih kepada vas bunga yang terdapat di samping kasur. Entah sudah berapa kali Luke mengganti bunga mawar merah tersebut dengan yang baru. Setiap ia datang ke sini pasti Luke akan mengganti bunga tersebut dengan bunga baru yang ia beli sebelum ke sini. Kata nya, supaya lebih terlihat fresh dari sebelumnya.

Luke menutup matanya lama, menahan rasa sedihnya yang sudah meluap. Kondisinya terlihat sangat buruk dari biasanya. Rambut yang sedikit acak-acakan dan baju yang sudah tak tertata rapi. Bahkan ia rela tidak makan hanya karena ingin menunggu Hayley bangun dari tidurnya.

Entah dorongan apa yang membuat Luke bangun dari duduknya dan mendekatkan wajahnya ke arah Hayley. Dengan lembut ia mengecup pelan kening Hayley, lalu turun ke kedua matanya yang masih setia menutup dan hidung Hayley.

Pandangan Luke terhenti di bibir manis Hayley yang terlihat sangat pucat. Dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya, sampai tak ada batas yang menghalanginya. Hanya dengan satu kecupan yang lama. Tetapi membawa pengaruh besar kepada Luke, begitu juga dengan Hayley.

Jantungnya berdegup lebih kencang—seakan ada seorang drummer yang sedang memukul jantungnya dan menganggap itu sebuah drum. Ada rasa yang menggelitik saat bibir mereka bertemu. Rasa rindu Luke seakan-akan meluap sampai melebihi batasnya. Beberapa detik kemudian ia kembali ke tempat nya.

Luke terkekeh pelan dengan apa yang telah ia perbuat. Ia tahu dengan pasti, he already stole her first kiss.

***

a/n: maaf kalau cerita rada nggak seru, terus banyak typo dan pendek gitu soalnya cerita emang cuman sampe beberapa chapter doang, ini aja aku tambahin biar rada banyak hehe sebarin cerita ini keorang lain ya! makasih udah mau baca x

p.s: sengaja update dua kali hari ini hehe ohiya! chapter selanjutnya bakal di update minggu depan ya:) asap x

give me a vomments pls? 

20 Minutes ➸ HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang