7 Minutes -end-

1.5K 223 32
                                    

***

Detik demi detik terasa sangat cepat saat kau bersama denganku.

Pagi terasa lebih cepat berganti dengan malam.

Bulan terasa berganti dengan tahun lebih cepat dari pada biasanya.

Dan semua itu sama seperti hatiku yang tak pernah bisa cepat melupakanmu.

***

Hayley meninggal dua hari setelah perjanjian kecil yang kami buat di taman belakang rumah sakit. Setelah sore berganti dengan malam, penyakit yang ia derita semakin parah dan ia langsung di larikan ke ICU. Ketika kankernya, yang merupakan bagian dari dirinya, akhirnya menghentikan jantungnya, yang juga merupakan bagian dari dirinya.

Dia meninggal tanpa berkata apapun kepadaku, kecuali saat dua hari yang lalu. Saat itu ibunya meneleponku, wanita paruh baya itu tak berkata apapun dan hanya tangisan memilukan yang aku dengar dari ponsel yang ku genggam.

Dari itu aku tahu, jika seseorang yang sangat berharga dalam hidupku telah menghembuskan nafas terakhirnya, dan pergi begitu saja tanpa berniat untuk kembali.

Saat itu aku merasa tak tertahankan, seluruhnya. Setiap detik lebih buruk daripada detik yang baru berlalu dan berjalan sangat lambat dari biasanya.

Tanpa ku sadari air mataku meluncur begitu saja saat aku datang dengan tergesa-gesa ke ruangan Hayley. Di sana aku melihat keluarganya berkumpul, dan hanya ada tangisan yang ku dengar dari setiap sudut di dalam ruangan itu.

Dokter yang tepat berada di samping ku saat itu, menepuk pundak ku dan berkata, “Hidup memang tak pernah bisa kita tebak, memang rasanya sangat menyakitkan jika melihat orang yang sangat istimewa dalam hidup kita, meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Entah apa alasan dokter tersebut berkata seperti itu kepadaku, mungkin karena ia sangat iba melihat keadaanku yang sudah seperti tak tertahankan. Atau mungkin ia pernah merasakan kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya.

Mungkin ini terasa sangat cepat, padahal baru dua hari yang lalu aku menyatakan perasaanku kepadanya. Bahkan ia belum sempat berkata, Iya atau Tidak, walaupun aku sudah tahu ia pasti akan berkata Tidak, setelah mendengar tuturan yang dulu ku pikir itu hanya omong kosong yang ia buat.

Aku sekarang mengetahui, kenapa ia selalu berkata ‘Aku tak bisa, Luke’ atau ‘Kau tak akan mengerti.’ Aku tahu dengan pasti apa arti yang ia katakan. Mungkin ia sudah tahu kalau hidupnya tak akan lama lagi, atau mungkin dia berpikir hidupnya akan berhenti saat itu juga.

Aku juga tahu, mengapa ia memaksaku untuk membuat janji kecil itu. Dan mengatakan tak akan menganggapku lagi di hidupnya, jika aku mengingkari janji tersebut.

Pada saat pemakaman Hayley beberapa jam yang lalu, aku sempat di panggil untuk melontarkan beberapa patah kata. Sebelum jasad Hayley di kuburkan di tanah.

Pada saat itu aku berkata, “Kita hidup di alam semesta yang membaktikan diri pada penciptaan dan penghapusan kesadaran. Hayley tidak meninggal setelah pertempuran panjang melawan kanker. Dia meninggal setelah pertempuran panjang mempertahankan kesadaran, menjadi korban dari kebutuhan alam semesta untuk menciptakan dan membatalkan segala yang mungkin.”

Sebenarnya kutipan itu pernah kubaca di salah satu novel bestseller yang sempat di baca oleh Hayley. Kalau tidak salah novel itu berjudul The Fault In Our Stars, mungkin cerita itu hampir sama dengan perjalanan hidup yang dialami Hayley. Walaupun ada beberapa yang memang tak sama dengan kenyataannya.

Aku melihat kearah pemakaman Hayley, entah sudah berapa lama aku bersimpu di depan pemakaman ini. Rasanya aku tak kuasa meninggalkan Hayley sendiri di sana. Apalagi ia satu-satunya teman perempuan yang ku punya, aku merasakan kehilangan yang teramat sangat.

Setelah melontarkan doa yang cukup panjang, akhirnya aku bangkit, walaupun ada rasa tidak rela. Belum sempat aku berbalik dan berniat untuk meninggalkan pemakaman. Ada seseorang yang menepuk pundakku pelan, dan terlihat wanita paruh baya yang sangat ku kenal. Dengan pakaian yang masih sama seperti yang ia kenakan tadi. Dengan mata lembabnya yang tak tertutup kaca mata hitam, yang seperti ku pakai.

Ia memberikanku sebuah kertas yang dilipat. “Dia sempat memberikan ini padaku, dan ia berpesan untuk memberikannya kepadamu.” Katanya.

Aku mengambil kertas tersebut.

“Kau yang tabah dengan semua ini, aku yakin anakku tak akan pernah mau  melihatmu menangisinya sepanjang hari.” Lanjutnya, sambil tersenyum manis, senyum yang sangat mirip dengan Hayley. Lalu ia pergi berlalu begitu saja meninggalkanku yang masih setia menatap kertas yang diberikan oleh ibu Hayley tadi.

Aku membuka lipatan kertas itu dan terpampanglah tulisan Hayley yang sedikit berantakan.

Untuk teman istimewaku,

     Aku tak tahu mengapa aku menuliskan ini kepadamu, Luke. Maaf karena tulisanku yang terlihat sangat berantakan. Aku menuliskan ia beberapa jam setelah kita membuat janji kecil di taman belakang rumah sakit.

     Aku hanya ingin bilang, aku sangat mencintaimu melebihi kau mencintaiku. Jujur saat aku berkata kalau kau harus mencari perempuan lain dan mencintainya dengan sepenuh hati, itu sangat menyakitkan. Aku merasa tak rela melihatmu bersama dengan yang lain. Tetapi setelah aku merenung, aku tahu kalau aku tak akan bisa melihat kau bersama dengan yang lain. Berarti itu artinya aku tak akan merasakan sakit yang lebih parah. Karena aku akan pergi dan menjauh darimu.

     Luke, I’m in love with you. I know that love is just a shout into the void, and that oblivion is inevitable, and that we're all doomed and that there will come a day when all our labor has been returned to dust, and i know the sun will swallow the only earth we'll ever have, and i am in love with you.

     Kau pasti pernah membaca kutipan itu, bukan? Yeah, itu yang di katakan oleh Augustus kepada Hazel. Dan sekarang aku mengatakannya kepadamu. Sedikit aneh, tetapi itu memang yang kurasakan kepada mu. Aku mencintaimu, Luke Hemmings.

     Jika kau bertanya mengapa aku bisa mencintaimu, aku dengan lantang akan menjawabnya. Karena kau berbeda dengan yang lain, sama seperti yang pernah ku katakan kepada waktu itu. Aku beruntung karena bisa mencintaimu, dan aku juga beruntung karena kau bisa mencintaiku.

     Kau tidak bisa memilih apakah kau akan terluka di dunia ini, tapi kau bisa ikut menentukan siapa yang melukaimu. Aku menyukai semua pilihan-pilihanku. Kuharap kau juga menyukai semua pilihan-pilihan mu.

Yours,

Hayley.

Aku tersenyum kecut saat selesai membaca surat tersebut. Tapi ada satu hal yang aku pelajari dari perjalanan hidup Hayley, ketika dia berkata, ‘aku menyukai semua pilihan-pilihanku.’ Memang tak pernah kita tahu bahwa pilihan yang sudah kita buat adalah jalan terbaik atau buruk. Tetapi jika kita bisa menyukai pilihan tersebut pasti akan berjalan sesuai dengan apa yang kita bayangkan.

Dan hal yang aku tahu, Hayley, gadis yang selalu ku dambakan. Dia telah memilih pilihan hidupnya. Dia lebih memilih untuk tidak terluka lebih parah. Karena dia tahu itu akan membuat orang lain sedih ketika melihatnya seperti itu.

***

a/n: Aye! udah abis nih seneng banget akhirnya abis juga haha ini aku sengaja pake luke's pov gitu supaya bisa dapet feelsnya tapi ngga tau deh dapet apa tidak? haha ohiya jangan sedih ya ini masih ada epilog kok;p aku yakin deh kalian pasti ngga akan bisa nebak epilognya(?) lol okay gue sotoy banget but i wanna say thank you so much for all readers yang baca cerita abal gue hehe yang udah mau kasih vomments juga love xx

20 Minutes ➸ HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang