1

96 16 2
                                    

"Bertemu kembali denganmu, aku bahagia dan sedih disaat bersamaan. Aku bahagia karena akhirnya aku bisa melihatmu lagi, aku sedih karena kita kembali asing seperti tidak pernah mengenal masing-masing."

-❄❄❄-

Hari kedua di tahun ajaran baru.

Pagi sekali, zheya sudah berada di kelas nya. Lagi-lagi masih sedikit orang yang sudah berada di sekolah.

-Zheya pov

Untuk mengisi waktu luang, aku beranjak ke koridor depan kelas untuk sekedar duduk dan membaca novel kesayanganku.

Daripada aku hanya berdiam diri, lebih baik membaca. Lagipula di kelas terasa menyeramkan kalau tidak ada orang seperti ini, pikirku.

Karena terlalu fokus membaca, aku tidak sadar sudah banyak orang di sekitarku. Ketika aku melihat sekitar, mataku tak sengaja menatap orang yang selama ini aku coba hilangkan dari ingatanku.

"Anjir ini ga mungkin kan!?" Ucapku dengan ekspresi kaget.

Rika yang berada di sampingku merasa aneh dan bertanya, "Apaan zhey?apanya yang gak mungkin?"

"Kak Faiz sekolah disini woy!? Ya ampun gue baru inget dulu dia pernah bilang bakalan sekolah disini. Kenapa gue baru ingetnya sekarang sih, gimana gue mau move on anjir kalau bakalan sering ketemu kayak gini," Jawabku dan belum mengalihkan pandangan dari cowok itu.

Rika juga ikutan kaget, "Mana zhey mana? kok bisa lupa sih, aneh banget,"

"Itu---" Balasku sambil menunjuk ke arah cowok itu berada.

Tiba-tiba kak Faiz melihat ke arahku, aku salah tingkah karena ketahuan sedang memperhatikannya, tapi aku coba menutupi kekagetan ku dan mencoba tersenyum kepadanya. Tapi dia malah membuang muka dan tak membalas senyumanku.

"Sialan, masih aja punya dendam ya dia, udah mah whatsapp di blok, disenyumin malah buang muka. Besar banget kayaknya kesalahan gue," Batinku kesal.

-❄❄❄-


Bel masuk pun berbunyi, anak-anak berhamburan menuju kelasnya masing-masing, karena KBM akan segera dimulai.

Aku merasa tidak fokus saat ini, yang aku fikirkan hanya Kak Faiz, apa aku harus benar-benar mengakhiri semua ini dan kemudian berusaha menghindar darinya, atau aku harus berjuang kembali untuk mendapatkan hati dia?

Jujur, sebenarnya sampai saat ini pun aku belum bisa menghilangkan Kak Faiz dari hatiku.

Tapi.. Dilihat dari respon Kak Faiz tadi, kayaknya dia beneran benci aku. Kayaknya gak mungkin dia ngasih kesempatan buat aku lagi.

Aah entahlah, bukan saatnya aku berfikir tentang dia. Aku harus fokus belajar, belajar, dan belajar.

-❄❄❄-


-Faiz pov

Ternyata benar kata Aksya, Zheya masuk sekolah sini. Tiap ngelihat dia, gue selalu ngerasa, rasa sakit yang udah hampir sembuh ini terluka lagi. Tapi disisi lain gue ngerasa seneng bisa ngelihat dia lagi.

Gue bingung sama perasaan gue sendiri. Apa gue coba minta saran aja ya dari temen gue..

"HEH! Ngapain lo ngelamun sendirian gitu?! Mikirin apaan hayoh!?" Ucap Julrio mengagetkanku.

Aku langsung memandanginya dengan ketus. "Apasih anjir ngagetin banget sih lo! Gue ga mikirin apa-apa, siapa juga yang ngelamun, so tau lo!"

"Yeuu kalem dong boss, gue kan cuman nebak" Jawab dia tak kalah ketus.

Gue berpikir kayaknya gak ada salahnya gue coba cerita sama si Julrio.

"Eh, Jul, gue mau cerita serius nih, tapi lo harus ngasih saran ya kalau gue udah selesai cerita."

"Ya kalau gue ngerti permasalahannya gue kasih saran. Cerita mah cerita aja sih, Iz. Kayak ke siapa aja," Ujar Julrio.

Gue berfikir lagi, ini tindakan yang bakalan gue lakuin bener ngga ya, apa gue gak perlu cerita aja, tapi gue butuh saran.

"Lo tau kan mantan gue yang namanya Zheya? Dia sekolah disini. Gue ga nyangka sih kita bakalan ketemu lagi, karena dia pernah bilang kalau dia mau sekolah di luar kota. Tapi ternyata kita satu sekolah lagi."

Gue jeda sebentar, menunggu respon Julrio.
"Eh lo kok diem aja, dengerin cerita gue apa nggak sih!? Ucapku kesal.

"Gue dengerin kok, suudzon mulu lo! Gue kira masih ada lanjutannya hehe," Balas dia sambil nyengir.

"Ya terus emang kenapa kalau mantan lo itu sekolah disini? Lo gagal move on apa gimana?" Lanjut Julrio dengan nada mengejek.

Gue tersentak. Benar juga kata Julrio, gue harusnya biasa aja, bersikap sewajarnya. Gak perlu kefikiran kayak gini.

"Ya gak gitu anjir, gue ngerasa asing aja. Tadi gue ketemu dia di koridor. Dia senyum, tapi gue ngalihin pandangan karena gak nyangka. Pasti dia kepikiran sih, soalnya hal kecil aja bisa bikin dia kepikiran terus," Ujarku sambil memelas.

Julrio menghela nafas, "Ya pasti kepikiran lah bego. Dia pasti nyangka nya lo gak suka lihat dia. Lagian kalau lo udah gak punya perasaan lagi sama dia kenapa harus mikirin dia sih? Ya bodoamat dong harusnya."

Lagi-lagi gue membenarkan perkataan Julrio. "Ah au ah, males amat ngurusin cewek, mending nge-game. Mabar kuy!"

"Yaudah ayoo," Ucap Julrio.

CENTER OF MY UNIVERSE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang