2. Siap atau Tidak

991 69 39
                                    

⚠️
Warning
For Mature scene

Terbangun di pagi hari dalam keadaan hamil membuat kondisi Nara kacau balau. Mual, lemas, dan tak ada keinginan untuk memakan apapun membuat dia benar-benar berantakan. Kakek dan neneknya belum tahu, Hikaru dan Kenzo—yang bersekongkol menutupi kondisinya, menyimpan rahasia Nara rapat-rapat sampai dirinya mengizinkan berita itu didengar oleh sang kakek.

"I'll be there in twenty minutes," kata Kenzo di seberang sambungan. "Hikaru literally asked me untuk menemanimu ke dokter kandungan."

Meskipun lemah, Nara masih bisa terkekeh pelan. "No freaking way!" tolaknya. "Bagaimana kalau ada yang melihatmu pergi bersamaku? Apa kata orang-orang?"

Kenzo tertawa. "Ayolah, Nara. Orang-orang tahu kau sepupu Hikaru yang otomatis kau menjadi saudaraku juga, mereka tak akan salah sangka."

"Thanks Kenzo untuk tawaranmu, tapi sungguh, aku sendiri saja. Biar supir yang mengantarku."

"Baiklah, let me know if you need me."

"Sure."

Nara mematikan sambungan teleponnya, merebahkan lagi tubuhnya di atas kasur sebelum mual menyerangnya lagi. Ia bergegas ke toilet dan lagi-lagi memuntahkan cairan putih di sana.

"Aku lelah..." keluhnya.

.TWEL Extended.

Nara mematut dirinya di depan cermin, menyapukan lipbalm di atas bibirnya. Dia sudah berpakaian rapi, bersiap-siap akan ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Terakhir, dia menyemprotkan minyak wangi favoritnya, Byredo La Tulipe pada pergelangan tangannya. Senyumnya merekah ketika wewangian segar itu sampai ke indera penciumannya.

"Enak sekali wanginya, mualku seakan hilang," ungkapnya bermonolog.

Nara memutuskan untuk memasukkan botol minyak wangi itu ke dalam tasnya. Agar ketika dia merasa mual selama perjalanan dia bisa menghirup segarnya aroma minyak wangi itu.

Atensi Nara seakan teralihkan ketika ponselnya mengeluarkan notifikasi. Ia mengambil ponselnya, membuka layar dengan sensor wajahnya. Sebuah pesan masuk dari Kenzo.

||Ishikawa Kenzo

Yakin, tak mau ditemani ke dokter?

Nara menyunggingkan dua sudut bibirnya. "Orang ini persisten sekali, sudah kukatakan tidak perlu. Nanti malah dikira dia suamiku oleh orang-orang," keluh Nara sembari menggelengkan kepalanya.

Hayashi Nara ||

Tidak usah, terima kasih. Aku diantar supir saja. Apa nanti kata orang-orang kalau kau yang mengantarku?


|| Ishikawa Kenzo

Baiklah, kabari aku kalau ada apa-apa.

Nara||
Tentu.

Nara memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas, dia sudah bersiap keluar dari apartemennya ketika tiba-tiba bel apartemennya berbunyi. Berjalan menuju pintu masuk, Nara melihat ke arah layar LCD yang dipasang di dekat pintu masuknya. Seorang lelaki paruh baya berseragam jas lengkap khas apartemen itu berdiri di sana, membawa satu bouquet besar bunga peony di tangannya.

"Yamada-san," ucap Nara ketika membuka pintu apartemennya, menyapa ramah seraya membungkuk sopan ke arah laki-laki berumur yang sudah dikenalnya itu.

Three words Eight Letters 2 [REVISI] ✔ | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang