10. She said, Yes!

370 37 29
                                    

"Bagaimana Dokter?" tanya Johnny kepada pria berjas putih yang sedang memeriksa kondisi Nara.

Dokter itu menaikkan kedua sudut bibirnya.

Dengan bahasa Inggris yang begitu lancar dan berhasil membuat Johnny menaikkan kedua alisnya karena kagum, dokter itu menjelaskan kondisi Nara. "Kondisinya baik-baik saja meskipun tekanan darahnya belum normal, tolong jaga emosinya dan jangan sampai ia kelelahan, sangat berbahaya bagi seorang ibu hamil trimester ketiga jika tekanan darahnya tinggi," jelas dokter itu.

"Tentang darah yang keluar dari hidungnya, Dokter? Apakah ada hal yang harus kuperhatikan agar tak terulang?" tanya Johnny dengan khawatir.

"Keluar darah melalui hidung pada ibu hamil wajar terjadi, tidak perlu khawatir, apalagi pasien baru beberapa hari tinggal di sini. Perubahan cuaca dan kondisi hormonal bisa menyebabkan mimisan seperti itu, tapi jika masih mengeluarkan darah dan mengkhawatirkan sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit," terang dokter yang memiliki senyum ramah itu.

"Baik Dokter, saya mengerti," sahut Johnny.

"Sekaligus untuk periksa kandungannya juga, apalagi sudah dua kali pasien mengalami hilang kesadaran seperti hari ini." Dokter itu mendecakkan lidahnya sebelum melanjutkan, "kapan terakhir kali pasien memeriksakan kondisi kandungannya?"

Pertanyaan dari dokter itu membuat Johnny malu pada dirinya sendiri, dia menggaruk bagian belakang kepalanya karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang diutarakan kepadanya.

"Hmm, kalau hal itu saya kurang tahu, Dokter."

Menanggapi ketidaktahuan Johnny dokter itu mengangguk." Tidak apa-apa, tapi segera bawa saja ke rumah sakit untuk diperiksa. Untuk hari ini saya tidak akan meresepkan apa-apa, vitamin dari dokter rumah sakit Osaka dilanjutkan saja dan paracetamol boleh diminum apabila ada demam."

"Baik, Dokter," sahut Johnny.

"Biarkan dulu pasien tidur untuk beristirahat," saran dokter itu. "Sepertinya cukup, kalau begitu saya permisi dulu," pamit sang dokter.

"Saya antar," tawar Johnny sembari menemani dokter itu ke pintu depan hingga masuk ke dalam mobil.

Johnny kembali ke dalam rumah, masuk ke dalam kamar di mana Nara terbaring lemah di atas kasurnya. Johnny duduk pada salah satu sisi tempat tidur, menatap wajah kekasihnya yang tertidur tanpa suara. Wajah Nara pucat, rona merah yang selalu ada di pipinya memudar. Johnny mengusap kepala Nara perlahan, lalu mengecup keningnya.

"Jangan sakit," bisiknya di telinga Nara.

Johnny mendengar suara helaan napas Nara yang berat disertai dengan kedipan kelopak mata beberapa kali si pemilik tubuh.

"Hi you," sapa Johnny sembari tersenyum melihat Nara yang terbangun.

"Hi you," balas Nara dengan senyum lemah tersungging di bibirnya. "Sudah berapa lama aku tidur?"

Johnny mengusap pucuk kepala Nara perlahan. "Tidak terlalu lama, kenapa bangun?" tanya Johnny.

"Karena aku ingin bangun, sekarang aku jadi tidak mengantuk."

Nara menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang. Tiba-tiba perutnya berbunyi, lalu keduanya tertawa.

"Aku lapar." Nara mengakui.

"Kau juga lapar ya?" Johnny berbisik di atas perut Nara lalu mengecupnya.

Nara terkikik geli.

"Aku masak buatmu ya?" Johnny menawarkan diri.

"Mau masak apa? Aku bantu ya?" Nara sudah siap-siap bangkit dari posisi tidurnya tapi tubuhnya ditahan pria itu.

"Tidak, siapa bilang kau boleh turun dari tempat tidur?"

Three words Eight Letters 2 [REVISI] ✔ | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang