Alea dengan seragam putih abu-abu yang rapih menuruni anak tangga satu persatu dengan senyuman yang tidak pernah pudar langkahnya di percepat ketika melihat wanita paruh baya yang sedang terdiam menatap kosong sekitar.
"Mamah" panggil Alea lembut, tidak ada jawaban sama sekali. Dada Alea rasanya sakit harus melihat keadaan Mamahnya yang seperti sekarang sudah hampir lima tahun berlalu tapi Mamahnya tidak mau berbicara dengan siapapun.
"Mah ini Alea"
"Non Ibu nggak mau makan" ucap Mbo Inah, asisten rumah tangga sekaligus perawat Mamahnya yang sedari tadi berdiri.
"Biar Alea aja Mbo"
Mbo mengangguk memberikan sepiring nasi yang masih utuh "Mah makan ya Alea siapin" tapi tidak ada sautan apapun yang akhirnya Alea menaruh kembali makanannya.
Alea mencoba menggenggam tangan hangat mamahnya "Mah..."
Mamah yang merasakan sentuhan hangat pada tangannya beralih menatap Alea kedua bola matanya bertemu dengan mata Alea, tatapan yang tadinya kosong kini menjadi tatapan yang dari dulu Alea tidak paham. Mamah segera mendorong Alea membuat gadis itu terjungkal kebelakang dan segera mendorong kursih rodanya meninggalkan Alea yang merasakan matanya memanas.
"Non gapapa?" Tanya mbo membantu Alea berdiri.
Alea mengangguk dan tersenyum "Nggak apa-apa, Alea berangkat ya Mbo" Alea menyalami tangan Mbo dan segera keluar rumah menuju halte menunggu angkot.
Setelah beberapa menit menunggu di halte akhirnya angkot datang, segera mungkin Alea masuk dan duduk di tempat kosong yang memang angkot hari ini agak penuh.
Ting
Handphone Alea berbunyi bertanda ada pesan masuk dan itu dari sahabatnya Zea, tumben sekali gadis yang malas bicara itu menghubunginya sepagi ini biasanya pagi-pagi begini yang masuk itu notif dari Fabby dan Alika yang sangat random.
Zea:
Lea buku fisika gue jangan lupa.
Awas kalo lupa!Setelah membaca itu seketika Alea panik, ia segera melacak keberadaan buku milik sahabatnya di tas "Aduh ini kebawa nggak si" gumamnya sendiri tanpa sadar tempat yang tadinya kosong sekarang terisi oleh lelaki jangkung.
"ADA!"
Citt
Tiba-tiba angkot mengerem membuat Alea terhuyung ke depan buku yang tadinya ditangannya pun terjatuh dan jidatnya beradu dengan punggung lelaki tadi.
"Eh so- Bara" kagetnya.
Bara tidak jawab hanya diam tidak menjawab dan tetap duduk di tempatnya tanpa bergeser sedikit pun.
"Maaf ya semua, tadi tiba-tiba ada yang berhentiin angkot" kekeh supir.
"Lain kali hati-hati pak, gimana si" omel ibu-ibu.
"Tomat saya jadi loncat nih" protes yang lainnya.
"Mas geser dong" ucap lelaki yang baru masuk ke angkot menyuruh Bara agar bergeser ke dekat Alea.
"Mas aja yang di sana" Ucap Bara.
"Nggak mau saya udah punya pacar, lagian itu kan pacar mas masa jauhan? Berantem?"
"Dia bu-"
"Cepetan mas tinggal geser doang, saya bisa telat masak nih" desak ibu-ibu
Dengan menghela nafas Bara menggeserkan tubuhnya lebih dekat dengan Alea, Alea yang melihat itu hanya bisa tersenyum benar-benar the power of ibu-ibu.
"Kamu kenapa naik angkot? Biasanya pake motor?"
Bara diam tidak menjawab.
"Di pinjem sama Gara ya?"
Bara tetap diam.
"Hm apa bensinnya abis?" Oceh Alea.
"Mas kalau ceweknya nanya itu di jawab jangan diem aja, nanti kalau ceweknya di ambil cowok lain baru tau rasa!" Omel ibu-ibu disebelah Alea.
Bara melihat wajah Alea yang sekarang sedang tersenyum simpul seperti menandakan bahwa dirinya menang kali ini.
"Kempes" jawabnya singkat.
Alea mengangguk dan tidak henti-hentinya menatap wajah Bara seraya tersenyum manis. Bara yang tau Alea pasti selalu saja menatapnya seperti itu tidak ambil pusing hanya diam saja. Saat tidak ada yang berbicara di angkot lagi dan lagi mobil angkot berhenti dengan sendirinya.
"Kenapa berhenti pak?"
"Tujuan saya kan di depan?"
"Kenapa lagi pak? Untung sayuran saya ga loncat-loncat lagi"
ricuh yang terjadi.
"Maaf semuanya, mobilnya mogok"
"Yah si bapak"ujar orang-orang di dalam hampir serempak kecuali Alea dan Bara.
Mau tak mau semuanya turun menunggu angkutan umum datang, namun kerap kali saat Alea dan Bara ingin menaiki angkot di dalamnya selalu saja penuh dan sekarang sisa mereka berdua di jalan yang memang rawan orang-orang jalan kesana dan mau tak mau mereka harus berjalan ke sekolah yang memang tidak terlalu jauh.
"BARA KALAU KITA TELAT GIMANA!?"
Bara tidak menjawab dia hanya diam dan mempercepat jalannya.
"BARA TUNGGUIN!"
"Kenapa kakinya panjang banget si? Pasti makan tangga!" Gerutu Alea dan mensejajarkan langkahnya dengan Bara.
"Jangan cepet-cepet jalannya" Omel Alea.
"Lima menit" jawab Bara.
"Hah? Apanya lima menit? Ngomelnya?"
"Lo pinter apa bego si?" Tanya balik Bara tersulut emosi.
Alea hanya diam beberapa detik.
"Astaga Bara ngajak Alea pacaran lima menit gitu?" Ucapnya menepuk jidat.
"Lima menit gerbang di tutup bego!"
Alea melototkan matanya dengan spontan ia menarik Bara untuk berlari bersamanya, Bara yang kaget hanya bisa mengikuti langkah Alea. Tidak pernah berubah pikir Elbara.
TBC
Terimakasih sudah membaca cerita saya 💗
Harap tinggalkan jejakk💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA OKE] Dandelion's bunga yang di bilang rentan, padahal nyatanya tidak. Bunga kecil yang tertiup angin akan terbang dengan sendirinya, dandelion akan tumbuh di manapun ia berlabuh tidak peduli seberapa banyak dia terjatuh. Sama...