BAB 3 . Keluarga adalah rumah pertamaku

30 3 0
                                    

  Jika dunia luar terlalu dingin untukmu , pulanglah dan ibu akan membuatkan untukmu secangkir teh dan sepotong roti panas .


  " Hari ini dingin , dan hujan masih belum reda .
   Angin di luar sepertinya berhembus terlalu kencang .
   Semoga angin ini mampu membawa pergi semua rindu .
   Namun tentu saja tidak bisa .
   Aku pun berharap hujan dapat menghapus segala duka . Namun ternyata tidak semudah itu .
   Untuk orang yang pura-pura tersenyum saat ia bersedih , seperti diriku ini ...
   Dunia ini terlalu dingin , bahkan air mataku bisa membeku .
   Namun jika dunia yang dingin ini membekukan senyumanku .
   Aku harap akan begitu sampai akhir,"

   Aku berkata seperti itu dan menuliskannya pada secarik kertas. Yah , aku suka menuliskan apa yang muncul di pikiranku . Dan aku berharap tulisanku bisa mengubah cara seseorang dalam menulis kisah hidupnya agar menjadi lebih baik .
   Yah sudahlah , lagipula ini cuma harapan . Takkan terwujud jika tidak ada usaha .
   Suara hujan ini benar-benar ribut , aku kesulitan berpikir.
Ah , sebaiknya aku membaca buku .
Tapi aku sudah membaca tiap kata dalam buku ini . Membaca apa yang telah dipahami sepertinya kurang menyenangkan .
   Aku mencari kertas untuk sekedar dicoret-coret dengan kata-kata yang masuk di pikiranku .
Tapi aku tidak tahu harus berbicara apa ?

Aku penasaran , apakah ada hal yang bisa aku lakukan untuk ibuku , jadi aku menuruni tangga dan ke ruang keluarga .

" Ibu ada yang bisa aku bantu ?"

Saat itu ibu sedang menonton televisi .
" Tidak ada ," jawabnya dengan pelan.

" Aku akan membuatkan secangkir teh untuk ibu ,"

" Terimakasih , tapi ibu baru saja membuatnya . Kamu pasti lapar . Panggil adikmu , itu ada lauk di meja makan ,"

Aku lalu berjalan ke kamar Lyfia dan mengetuk pintunya

" Lyfia ... yuk makan ,"

Dia sama sekali tidak menjawab.

" Lyfia... ,"

Lalu aku merasa seperti ada jari yang mengetuk punggungku .
" Aku di sini ,"

Lalu aku berbalik .
"Dimana ?"

" Di bawah kak ,"

Lalu aku menundukkan kepalaku dan menatapnya sambil tersenyum .

" Masih pendek yah.... ,"

Brukkk ... dia langsung meninju rahangku . Rasanya rahangku seperti bergeser .

" Jangan mengatakannya ,"

Lalu saat di ruang makan ada yang aneh . Lauknya memang dimasak hanya untuk dua orang .
"Lauknya terlalu sedikit kak ,"

" Ibu belum makan yah ?" Tanyaku . Lagipula ruang keluarga ke ruang makan jaraknya dekat . Ah tidak , suara hujan ini berisik , suaraku pasti tidak terdengar jelas . Lalu aku berjalan ke tempat ibu duduk dan bertanya sekali lagi .

" Ibu belum makan yah ?"

" Lauknya kurang . Kalian berdua makan saja dulu ," jawab ibuku .

" Ibu , nggak boleh telat makan . Bisa-bisa ibu sakit lagi ,"

Lalu aku berjalan ke kamarku dan mengambil uang di tasku . Hanya ada empat ribu ,"

ARTI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang