late night ride

5K 696 12
                                    





Jaemin melirik layar handphone nya yang menyala ditengah tengah kegiatannya mengerjakan tugas. Dia menaikkan sebelah alisnya heran ketika melihat sambungan panggilan dari Jeno.

Segera, Jaemin meraih handphone nya lalu menggeser ikon telepon hijau itu ke kanan lalu memencet tombol loudspeakernya.

"hai Jen, kau belum tidur?"

"ah aku tidak bisa tidur, Na. Aku rindu sekali dengan mu"

Jaemin pun terkekeh kecil mendengar ucapan Jeno yang terdengar seperti rengekan.

"ini jam dua pagi Jeno, biasanya kau sudah ada di alam mimpi di jam segini"

"aku sudah cukup tidur dan sekarang aku membutuhkan mu"

"baiklah, kalau begitu jangan tutup teleponnya. Aku akan menemanimu"

"aku tau kau sedang mengerjakan tugas, darl. Lihatlah ke luar jendela kamar mu sekarang"

"huh? Ada apa?"

"lihat saja"

Jaemin pun menurutinya, kakinya melangkah ke arah jendela yang berada disebelah kanannya. Tangannya bergerak membuka tirai jendela lalu melihat ke sekitar, tepat dibawah sana Jeno tengah bersandar di mobilnya sambil melambaikan tangannya.

"late night ride, darl?"

Ajakan Jeno terdengar menggiurkan karena sudah lama lelaki itu tak mengajaknya untuk berkendara di larut malam seperti dulu. Bukan karena Jeno malas atau tak ingin mengajak Jaemin, cuma jadwal kuliah dan tugas mereka menguras waktu kebersamaan mereka. Walaupun sudah setahun berkuliah, rasanya tugas dan proyek tidak ada habisnya menghampiri mereka.

"sure!" ucap Jaemin menyetujui. Dengan terburu dia mematikan sambungan teleponnya dan meraih hoodie hitamnya.

Jaemin membuka pintu kamarnya perlahan agar tidak membangunkan bibi dan pamannya. Ah selama berkuliah, Jaemin tinggal bersama bibi dan pamannya sedangkan Jeno menyewa sebuah apartment yang tak jauh dari rumah yang kini Jaemin tinggali.

Setelah berhati hati untuk tidak mengeluarkan suara, akhirnya Jaemin sudah berada di luar rumah. Dia segera berlari kecil ke arah Jeno lalu menerjangnya dengan pelukan, Jeno meraih pinggang ramping Jaemin untuk direngkuh. Jeno juga langsung menciumi pipinya gemas hingga Jaemin terkikik geli.

"ayo berangkat?" ajak Jeno dan Jaemin menganggukkan kepalanya semangat. Keduanya menaiki mobil Jeno yang serba berwarna hitam itu.

Jeno mulai mengendarai mobilnya, Jaemin sendiri tengah sibuk memutar lagu dari player yang ada di mobil Jeno. Malam itu lagu milik Lewis Capaldi yang berjudul before you go menjadi pilihan Jaemin untuk menemani perjalanan mereka.

So, before you go
Was there something I could've said to make it all stop hurting?
It kills me how your mind can make you feel so worthless

Jaemin bergumam— ikut melantunkan lagu tersebut, Jeno meraih tangan kiri Jaemin lalu menggenggamnya erat. Jaemin menolehkan kepalanya pada Jeno ketika kekasihnya itu membawa tangannya untuk diciumi dengan lembut, Jaemin hanya mengulas senyuman lembutnya.

Setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit, mereka tiba disebuah lokasi yang dimana hanya Jeno dan Jaemin yang tahu. Jeno mengajak Jaemin untuk keluar dan mulai menginjakkan kaki diatas rerumputan hijau, keduanya melangkah mendekati sebuah danau yang terlihat indah dibawah sinar rembulan.

Keduanya duduk diatas rerumputan itu lalu memandangi takjub pemandangan disana. Kunang kunang terlihat berterbangan diatas rerumputan tinggi dan mengelilingi sebuah pohon besar.

Jaemin menyandarkan kepalanya nyaman di bahu kokoh Jeno, tangan Jeno pun melingkar di bahu Jaemin— merangkul kekasihnya itu dengan hangat.

"I want to spend the rest of my life with you, Jen" bisik Jaemin sembari menatap bulan yang bersinar terang dengan bentuk bulat sempurna.

Jeno mengulas senyuman pahitnya lalu mendekatkan kepalanya pada Jaemin dan mencium pucuk kepala kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang.

"me too, let's spend our life together, Na. Don't leave me, okay?"














Tbc







Our TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang