Kota Lama

630 98 0
                                    

“Lele, kau tahu ruang latihan sangat sepi saat tidak ada kau. Tawa lumba-lumbamu itu yang sangat ku rindukan, cepatlah kembali. Ayo kita comeback bersama.” Jaemin menggulung kembali kertas di hadapannya.








Tatapannya memandang tak percaya objek yang kini sedang bergelung di bawah selimut keroppi yang melilit tubuhnya. Kedua matanya mengerjap berkali-kali untuk memastikan bahwa penglihatannya masih normal. Tangannya meletakkan tas punggung warna putih kecil yang sedari tadi menempel di punggung.



Perlahan menghampiri seenggok daging yang masih membuatnya bingung. Apakah ia harus pergi ke dokter mata besok untuk mengecek kelainan halusinasi pada mata atau pergi ke dokter psikolog untuk mengecek keadaan jiwanya yang selalu dibayangi oleh sosok bersurai hijau yang kini mengerjapkan matanya memandang Nara.



“Chenle, kau?” Nara masih diambang kesadarannya sedangkan, sang daging yang berada di atas kasurnya perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Membenarkan surai hijaunya yang nampak berantakan karena tidurnya yang berguling kesana kemari. Matanya menatap perempuan yang masih berdiri tak jauh dari pintu kamar miliknya.



“Kau sudah pulang?” Suaranya masih serak khas seperti orang baru bangun tidur. Langkah perempuan itu bergerak berjalan mendekatinya. Memegang pipi milik laki-laki yang kini mengernyitkan dahinya.
“Kau benar Chenle?” Laki-laki bersurai hijau itu tertawa mendengar pertanyaan dari sang penggemar.



“Apakah aku terlihat terlalu imajiner di matamu?” Chenle tersenyum hingga kedua matanya menyipit. Hingg. Sebuah rasa hangat mengalir di dada Nara melihat senyum itu, senyum yang sangat ia rindukan.
“Kenapa kau kembali? Apakah itu—”



“Ya, dia bukan cinta sejatiku.”
“Kau sudah menciumnya?” Nara beralih duduk di sebelah sang idola.
“Tidak, seseorang yang lain sudah menciumnya.” Nara mengernyitkan dahinya tak paham dengan jawaban dari laki-laki di sampingnya. Menunggu.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Bahkan, sampai lima menit laki-laki yang notabene-nya idola Nara masih bungkam. Tak ada percakapan di antara mereka. Nara hanya menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya.
“Dia…” Tatapan serius perempuan itu layangkan kepada sang empu yang menghentikan ucapannya.



“Mempunyai laki-laki lain selain aku.” Nara membulatkan matanya. Astaga, Chenle. Zhong Chenle, cucu dari konglomerat asli Cina. Member NCT Dream yang sudah terkenal di penjuru dunia. Tampan, imut, lucu, dan seksi bisa menjadi satu. Kini dari mulut manisnya terucap bahwa perempuan yang sudah menjadi kekasihnya dua tahun berselingkuh. Selingkuh. Sungguh tak habis pikir, apa kekurangan dari Chenle. Semua orang mendambakan untuk menjadi kekasih sang idolanya tetapi, perempuan itu. Nara menggelengkan kepalanya tak percaya.



“Apakah salah jika kita memiliki hubungan tetapi, aku tidak pernah menyentuhnya dalam hal yang berlebihan? Apakah salah jika aku tidak pernah menciumnya? Apakah salah jika aku tidak pernah memeluknya saat ia tidur? Apakah salah jika aku memiliki sedikit waktu luang dengannya? Apakah salah—”



“Kau tidak salah. Aku tahu kau sangat mencintainya. Kau ingin menjaganya bukan?” Nara menepuk bahu sang idol meyakinkan makhluk yang tak bisa dilihat manusia lainnya itu. Chenle mengangguk. Umurnya masih sembilan belas tahun tetapi, pikirannya sudah mengetahui bagaimana untuk menjaga perempuan yang menyandang status sebagai kekasihnya.



Nara salut kepada Chenle, sungguh ia mengetahui bagaimana tipe-tipe pacaran di luar sana tetapi, dilihat dari kasus Chenle. Sungguh, polos sekali. seandainya Ryan adalah Chenle. Tak mungkin, Ryan adalah Ryan dan Chenle adalah Chenle. Tak bisa kepribadian manusia ditukar dengan mudahnya.



Langkah Sebuah Takdir (Zhong Chenle)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang