Kabur

5 6 2
                                    




Muvria mendengus geram, dengan gerakan cepat ia mempelintir tangan Bambang membuat tubuh Bambang ikut terangkat keatas sehingga pantatnya mencium kasar lantai. Aksi Muvria tak berhenti sampai disitu, ia menendang sesuatu yang sangat intim bagi pria sehingga membuat Bambang meraung sakit.

Ketidak ber-dayaan keluarga itu di manfaatkan oleh Muvria, ia segera berlari memburu sekencang mungkin meninggalkan rumah yang bukan lagi tempat ia berlindung.

Teriakan histeris wanita paruh baya itu beriringan dengan perintah nya "Kejar dia! Bambang."

Bambang diam untuk beberapa saat menimang perintah ibunya. "Bagaimana dengan Abak, Mande?" tanyanya cemas.

"Serahkan sama Mande, cepatlah kejar dia!" Ia berkata meyakinkan. 

           

                             💥💥💥


Napas Muvria memburu, keringat membanjiri seluruh tubuhnya berpacu dengan rasa sesak yang menghantam jantung nya.

Muvria meredakan seruh napasnya yang terasa amat sesak, gadis malang itu menghembuskan napas lega ketika melihat kebelakang tidak ada lagi orang yang mengejarnya. Tiba-tiba rasa haus menghantam tenggorokannya. Ia berbalik hendak mengarah kearah warung yang tidak jauh dari tempatnya berada. Namun, langkah terhenti ketika mata sayu nya menangkap seorang wanita paruh baya berpenampilan fashionable, rambut lebat wanita itu tergulung membentuk sasak, dengan gaya angkuhnya ia menyapu udara dengan kipas merah yang di tangannya, ditemani dengan beberapa pria berbadan tinggi tegap yang setia berjalan di belakangnya. Ibarat prajurit yang mengawal ratu nya.

Muvria langsung kalang kabut. "Matilah aku." batinnya. Dengan sigap ia langsung mengumpatkan dirinya di balik rumah orang. Terancam sudah keselamatan nya. Bebas dari kandang anjing tak, kini ia mulai berada dalam intaian macan.

Muvria memperhatikan ke sekelilingnya, tidak ada jalan untuk kabur. Ini adalah lorong kecil yang arah jalurnya menuju tempat yang sama. Tidak ada cara lain untuk kabur selain melalui jalan yang dilalui oleh Mami Xelin. Pikirnya.

Otak Muvria bekerja keras memikirkan jalan untuk kabur. Ditengah kesibukannya bertempur dengan pikirannya hentakkan tanah memperjelas bahwa langkah Mami Xelin dan bawahnya semakin mendekat.

Kecemasan kini menghantui Muvria. Tidak tahu apa yang dilakukannya, tiba-tiba ia mengacak-ngacak rambutnya. Ia berjongkok mengambil tanah dengan brutal dan mengoleskan nya ke seluruh tubuhku hingga membuat kaos putihnya ternoda.

Langkah kaki Mami Xelin dan bawahnya tiba-tiba berhenti ketika kemunculan tiba-tiba seorang wanita yang menimbulkan rasa jijik. Rambutnya yang acak-acakan hampir menutupi seluruh wajahnya, seluruh tubuhku terlihat kotor tak terawat di tambah lagi air liurnya yang terus keluar.

Siapa saja yang melihat penampilan Muvria pasti akan mengira ia orang gila. Entah ide darimana demi tidak tertangkap oleh Mami Xelin dan tak mau nasibnya berakhir di neraka. Muvria rela menyamar sebagai orang yang tidak waras. "Nasib lebih penting daripada penampilan." Muvria membatin.

Jalannya yang dibuat sempayongan dengan air liur yang tidak henti keluar membuat Mami Xelin dan bawahnya menghindar jijik menjauh darinya. Rasanya hampir seluruh isi perut mereka di putar habis menimbulkan rasa mual yang luar biasa.

Muvria mengintip Mami Xelin dari ekor matanya yang di tutup helaian rambut. Dalam hati ia bersyukur kepada Tuhan yang kuasa. Tak butuh waktu lama, Muvria segera berlari memburu sekencang mungkin berharap segera keluar dari lingkungan yang bukan lagi tempat nya berlindung.


                       💥💥💥

Suara hiruk-pikuk pasar yang memekakkan telinga, di tambah lagi dengan antrian panjang loket yang menimbulkan rasa sesak.

Muvria berdecak frustrasi. Rasa cemasnya ingin segera meninggalkan tempat ini membuatnya tak sabaran menunggu antrian panjang manusia yang saling berdesakan. Ingin rasanya ia segera menerobos antrian agar ia cepat pergi, tetapi hasratnya itu terhenti ketika tangannya ditarik kasar oleh seseorang sehingga mau tak mau badannya ikut tertarik.

"Bambang"

Nama itu meluncur dengan sendirinya dari bibir kaku Muvria, matanya membulat sempurna. Kemunculan Bambang yang secara tiba-tiba membuat nya sangat terkejut, tanpa ia sadari Bambang kini telah membawanya ke sudut gang menjauh dari keramaian pasar.

"Kau tidak akan bisa pergi." ujarnya berseringai kejam.

"Lepas brengsek!"

"Tidak akan. Ikut aku!" Bambang berkata tegas seraya berjalan cepat dan semakin mempererat cekalan nya di tangan kecil Muvria, tetapi langkah nya terhenti ketika dengan sekuat tenaga Muvria melepaskan tangannya dari cekalan Bambang.

Bambang ingin kembali menarik tangan Muvria, tapi niat nya terhenti ketika mendengar isakan tangis Muvria.

"Kau brengsek Bambang! Kalian semua brengsek." Gadis itu menggumam lirih disela isakan tangis nya. Kepalanya terangkat menatap Bambang penuh dengan kebencian. "Aku membenci mu! Aku membenci Mande mu. Dan aku benci kalian semua!'

"Aku lebih membenci gadis jahat seperti mu. Dasar tidak tahu balas Budi!"

Muvria tertawa masam. "Balas Budi?" ulangnya menatap Bambang dengan lekat. "Apa balas yang kau maksud dengan Mande mu menjual ku kepada germo ganas itu?" tanya Muvria berteriak marah tepat di wajah Bambang.

Bambang membeku berusaha mencerna kata-kata Muvria barusan. "Apa yang baru saja kau katakan?" tanyanya tidak mengerti.

Muvria berdecak. "Jangan berpura tidak tahu dengan rencana busuk yang sudah kalian susun tapi."

"Dasar ambigu. Apa kau pikir dengan membalikkan kata, kau bisa lepas dariku?"

"Persetan dengan mu, yang jelas. Aku tidak akan mau Mande mu menjual ku dengan Mami Xelin wanita iblis itu!"

"Dasar pembohong, aku tidak akan perca..." ucapan Bambang menggantung ketika tak sengaja mendengar teriakkan seseorang.

"Itu gadis itu. Cepat tangkap dia!"

Jangan Rebut Hak KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang