Tuhan itu Ada

6 6 2
                                    

"Itu gadis itu. Cepat tanggap dia!"

Bambang dan Muvria sama terkejutnya ketika melihat sekelompok pria bertubuh tinggi besar berlari cepat kearah mereka. Muvria langsung kalang kabut, melihat sekumpulan laki-laki berwajah seram itu ia sangat yakin bahwa mereka adalah suruhan Mami Xelin untuk menangkap nya.

Tak perlu berfikir lagi, Muvria langsung berlari memburu menerobos kerumunan pasar. Bambang yang masih sangat terkejut diam membiarkan Muvria pergi tanpa berniat untuk mencegahnya.

Segerombolan pria itu mengejar Muvria sampai punggung mereka tak terlihat menghilang di tengah keramaian. Salah seorang dari mereka berhenti sejenak tepat di hadapan Bambang sembari berkata. "Tunggu bagian mu dan ibumu." Ia berkata dengan nada mengancam.

Bambang masih diam di tempatnya sembari mencoba mencerna kata yang baru saja diucapkan oleh pria itu. "Tidak mungkin, apakah perkataan Muvria benar?" tanya frustrasi pada dirinya sendiri. Ia langsung berlari kearah yang di lalui oleh Muvria dan sekumpulan pria tadi.


                           💥💥💥

Keringat membanjiri seluruh tubuh, jantung yang berdetak kencang menimbulkan rasa sesak, tetapi itu tidak penghalang bagi gadis malang itu untuk terus berlari menghindari kejaran pemangsa.

Muvria berlari sangat cepat, bahkan ini adalah laju kecepatan yang sangat tinggi ia alami selama masa hidupnya mungkin saja ia pasti akan memenangkan pertandingan jika ini adalah lomba sains nasional melihat bagaimana ia begitu sangat cepat berlari. Semangat untuk terhindar dari kejaran sekumpulan pria kejam itu membuatnya menambah laju kecepatannya. Akan tetapi, lagi dan lagi ia berada di ujung jurang yang amat dalam ketika tak sengaja ia menyentuh kasar batu berukuran sedang sehingga membuat lututnya mencium kasar aspal.

Erangan yang tertahan keluar dari bibir kering Muvria. Ia menatap lirih lututnya yang terluka. Cairan merah mengalir deras sehingga menimbulkan rasa perih yang luar biasa.

Muvria berusaha keras untuk bangkit, tetapi benturan keras tadi membuat lututnya susah untuk di gerakan.

Dari jarak 6 meter Muvria melihat Mami Xelin dan bawahnya baru keluar dari simpang sebelah barat berlari cepat kearahnya.

Air mata Muvria tergelincir membasahi pipinya. Ia menangkap raut kemenangan dari wajah-wajah yang tidak mempunyai nurani itu.

Gadis malang itu hanya diam menatap sayu lututnya yang terluka. Rasa nyeri dan perih yang amat luar biasa seakan lututnya lumpuh saat itu juga.

Muvria tidak tahu harus berbuat apa, melihat langkah kaki mereka yang semakin mendekat membuat Muvria berputus asa akan nasibnya yang di ambang kehancuran.

Sekitar jarak 2 meter Mami Xelin menghentikan langkahnya begitu juga dengan bawahnya. Wanita paruh baya itu menampilkan seringai kejam. "Sudah cukup bermainnya?... Sayang!" Perkataan wanita itu terdengar sangat mengerikan.

"Akh... Kau membuat Mami capek, CK," 

"Tidak akan mudah lepas dari Mami manis. You know?" Ia berkata menegaskan

Muvria tak menghiraukan celoteh Mami Xelin. Ia hanya diam seraya memejamkan matanya pasrah akan nasibnya. Mungkin ini akhir perjuangan ku. Pikirnya.

Pasrah jika dirinya akan di tarik paksa oleh bawahan Mami Xelin, sebab untuk berlari sudah tidak mungkin lagi melihat kondisinya yang sekarang.

"Ku pasrahkan diriku akan mu, ya Tuhanku, tapi ku mohon beri aku kekuatan untuk terhindar dari orang-orang zalim ini," batin Muvria memohon.

"Tangkap anak nakal itu!"

"Ria naik!"

Teriakkan perintah Mami Xelin bersamaan dengan seruan seseorang, sontak membuat Muvria membuka matanya dan saat itu juga Muvria langsung meloncat masuk ke dalam angkot asal suara pria yang memanggilnya.

Pria bertubuh besar itu menggeram. Sekitar dua jengkal lagi ia hampir menangkap Muvria, tapi sialnya angkot yang tiba-tiba berhenti itu membantu Muvria kabur.

"Akh sial. Kenapa dia lepas lagi."

Mami Xelin menatap marah satu persatu bawahnya. "Dasar tidak becus! Apa yang kalian lihat?"

"Apa kami perlu berlari mengejar angkot nya. Mami?" Salah satu bawahnya bertanya dengan polosnya seketika langsung membuat amarah Mami Xelin semakin membuncah.

"Dasar bodoh! Cari cara lain. Cepat kejar dia!" titah Mami Xelin berang dan saat itu juga seluruh bawahnya langsung kalangan kabut mencari cara untuk segera menyusul Muvria.

"Akh..." teriak wanita paruh baya itu frustrasi.




Jangan Rebut Hak KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang