Chapter 8: Ungkapan

528 56 427
                                    

"Ada apa? Untuk apa kau kemari?" tanya Tenten ketus kepada gadis berambut merah muda yang katanya membakar catatan satu semesternya.

"Kau ini tidak bisa lebih sopan? Aku ke sini ingin menjelaskan bahwa bukan aku yang mem—"

"Alasan!"

"Sungguh! Itu adalah Tayuya! Dia tahu aku dekat dengan Sasuke. Karena itu dia berusaha menghancurkan hubunganku dengan orang terdekatku termasuk kau!"

Tenten terdiam. Tenten kemudian memilih untuk pergi dari sana. Karena ia masih sangat malas untuk mengurusi masalahnya yang tiada habisnya.

Neji yang baru saja sampai kemudian berkata, "Maafkan saja, Ten. Percaya saja padaku."

Tenten kemudian menatap mata lavender Neji. Menurutnya sepertinya Neji bersungguh-sungguh.

"Sejak kapan aku percaya padamu, Baka?" ujar Tenten.

"Sejak aku selalu memikirkan gadis gila sepertimu? Mungkin."

"Cih! Dasar kau ini! Aku serius."

Sakura hanya menunduk dan terus mengucapkan kata maaf. Namun, Tenten tak bergeming. Entah mengapa, ia tetap saja emosi.

"Berhenti memohon maaf! Kalau aku memaafkanmu tanpa tahu kebenaranya, bagaimana aku bisa percaya! Aku tidak mau memaafkan seseorang dengan kebenaran yang belum jelas!" ujar Tenten dengan perkataan yang menurutnya tidak masuk akal, menohok, dan tidak jelas.

"Kau ... Baiklah, terserah. Neji ..." lirih Sakura pelan, "aku rasa ... kau salah kali ini," gumamnya. Sakura hanya tersenyum pahit kemudian pergi dari sana.

Tenten hanya menatap mereka berdua dengan wajah tidak mengerti. Tetapi, itu bukan masalahnya. Ia tidak mau ikut campur dalam masalah Sakura lagi. Setidaknya sebelum ia mengetahui yang sebenarnya.

Tenten kemudian duduk di bangku kelas yang sedang sepi saat itu. Hanya ada Hinata dan Naruto yang mengobrol di pojokkan. Entahlah, Tenten tidak merasakan apapun. Namun, tetap saja ia menyukai Naruto. Itulah asumsinya.

Hinata kemudian mengatakan pada Neji akan pergi ke kantin membeli Bubble Ice dan Thai Tea untuk mereka berempat. Namun, Naruto sebagai pria yang gentle segera menggantikan Hinata dan sukses membuat Hinata tersenyum.

"Neji-nii, Tenten," panggil Hinata menyadarkan Neji dan Tenten dari aksi tatap menatap mereka.

"Ada apa?" tanya keduanya bersamaan.

"Aku akhir-akhir ini sedikit merasa ..."

Tenten dan Neji kemudian saling memandang dan memilih melanjutkan kalimat Hinata yang menggantung, "Aneh."

Hinata hanya mengangguk dan menunduk sambil entahlah. Mungkin tersenyum tipis.

Neji dan Tenten saling berpandangan dan menatap Hinata heran. Tatapan keduanya seakan mengatakan bahwa Hinata aneh.

"Hei, jangan menatapnya seperti itu!" ujar Ino blak-blakan.

Hinata langsung menunduk karena ditatap heran oleh Tenten dan Neji. Wajahnya memerah. Entahlah ia takut mereka menyadari apa yang ia pikirkan.

"Ba-Baiklah. A-Aku mau menyusul Na-Naruto-kun. Sampai jumpa."

Ino kemudian menatap Hinata yang pergi dengan wajah heran. Mungkin Tenten dan Neji wajar jika melihatnya seperti itu. Karena Hinata memang sedikit aneh.

"Baiklah. Aku pergi dulu."

Ino lantas meninggalkan kedua manusia berbeda gender itu. Neji kemudian menatap Tenten yang kini sedang melamun. Entah mengapa, Neji geram sekali. Rasanya ia ingin memeluk—

The Reason Of Love [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang